-20- Ingin mengakhiri

135 17 2
                                    

Oii aku up lagi niiii!!
Jangan lupa bawa rombongan yy^^
Voment juga jgn lupa bestihhhh~

Lafffffff u

Absen
Zizi=Zira Zikri

****

"Aku gak nyangka kalau tragedi itu sebagian rencana rahasia ini," Aisyah sedari tadi menatap ke depan dengan tatapan kosong, dan mulutnya terus bercerita pada Alifah yang asyik melamun. Entah Alifah menyimaknya atau tidak.

Mereka berdua kini tengah berada di kamar VVIP-nya setelah acara pergok memergoki kedua pria paruh baya serta satu remaja tadi. Sangat melelahkan, mereka hanya meminta maaf dan melanjutkan rencana ini. Ya walaupun katanya sampai Aisyah lulus SMA.

"ASSALAMUALAIKUM!" seseorang masuk ke dalam kamar VVIP dua A dengan wajah sumringahnya. Syasya, ya itu Syasya. Pasti dia dari rumah ndalem karena ba'da isya Zikri memerintahkan Syasya untuk pergi ke rumahnya. Aisyah hanya bisa mendengus sebal, jujur saja dirinya sangat merutuki nasibnya sendiri, kenapa dirinya malah mengusulkan rencana ini??? Ah sangat tidak ramah otaknya.

"Waalaikumsalam," balas Alifah masih dalam keadaan melamun. Entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang ini.

Aisyah menyipitkan matanya dan menggigit pipi bagian dalamnya. Detik setelahnya, "Waalaikumsalam," jawabnya lalu mengambil novel di meja belajarnya. Ya karena memang posisi dirinya sedang terduduk rapih di kursi belajarnya.

Syasya berdehem, lalu duduk tepat di sebelah Alifah. "Agaknya ada yang cemburu nih!" seru Syasya.

Kalimat itu membuat atensi Aisyah menatap nyalang ke sumber suara, asli kalau bukan saudara udah Aisyah gorok lehernya. Ia pun kembali membaca buku tebal itu.

Syasya terkekeh, dan tersadar bahwa gadis di sampingnya sedang melamun ria. "Heh?" ucapnya membuyarkan lamunan Alifah. "Ada apa, al?" Syasya mengerutkan dahinya saat Alifah sudah tersadar dari lamunannya.

"Mas Bryan ku bakalan kamu embat juga?"

Syasya melongo mendengar respon Alifah, Aisyah pun memperlihatkan matanya yang tadi tertutup buku.

"Astagfirullah, lambe mu mohon di jaga!" hardik Syasya. Aisyah menyemburkan tawanya.

"Lagian kamu ambil iki dari aku!" seloroh Aisyah asal, dan melanjutkan aktivitasnya. Membaca novel dengan menutupi wajahnya.

"Heh?!" Syasya bangun dari duduknya, siap beradu argumen dengan sepupunya. Melipat balutan kain sampai sikunya, Syasya berkacak pinggang. "Emang siapa sih yang ngerencanain hal gini?? Emang saya yang ngerancanain??? Hah???"

Aisyah terlonjak kaget, dan meringis.

"Jadi, kamu mandang saya sebagai pelakor gitu?? IYA?!" innalillahi. Tamat riwayat Aisyah jika sudah begini.

Alifah diam menyimak, dan mengambil satu snack yang ia letakkan di bawah bantal. Membukanya, dan memakannya sembari menonton keributan di depannya. Sangat seru jika ada yang beradu argumen seperti ini.

Aisyah bingung harus menjawab apa, asli takut banget kalau udah kayak gini. Syasya kalau marah bagaikan singa lepas dari kandang, bikin takut orang.

"Eng-enggak gitu ma-maksudnya," Aisyah menyengir di akhir katanya. "Bercanda doang kok, hihi."

"Bercanda?" Syasya tersenyum remeh, "Gak mungkin, ra! Kamu lagi kesal'kan? Makanya dengan mudah kamu ngomong kayak gitu!" ucapnya menggebu-gebu.

Alifah masih diam, duduk sila di ranjang, dan menikmati camilannya. Sangat seru, karena hanya adu mulut, tidak adu fisik.

[On Going] 1. UZPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang