-22- <3

136 21 2
                                    

Bestihh! Kemarin aku apdet cepat kann???? Nah itu karena aku lagi happy kiyowokkk, sebabb... 1 hari setelah aku update bab 20 itu prolog ku tembus 224 read! Omg! Thx bgt yg udah bawa rombongan~~

Jangan lupa, setiap baca perbab star buttonnya di klik kawan😎🙏komen kasih kritik/saran juga!. Biar aku updatenya rajinnn...

****


2 hari setelah pengungkapan rahasia itu. Kini, Zikri tengah berada di balkon kamarnya, menatap santriwan/wati yang berlalu lalang di bawah sana, dengan bisingnya kendaraan yang berada di luar pesantren, serta indahnya langit yang di taburi banyak bintang.

Setelah pengungkapan rahasia lusa lalu, Zikri dan Faziera memiliki jarak, rasa canggung muncul begitu saja. Zikri sebenarnya ingin marah, namun, marah tidak akan menyelesaikan masalah. Dengan marah, maka akan timbul rugi pada diri sendiri. Yang ada di dalam pikirannya saat ini, kenapa mereka semua jahat? Memisahkan kedua sahabat sehingga 11 tahun lamanya, dan saat mereka di pertemukan kembali, dirinya malah di bohongi dengan sandiwara yang mereka buat.

Zikri mengedarkan pandangannya ke bawah, kamar yg di tempati Faziera dan Alifah tidak begitu jauh dari keberadaannya. Zikri mengamati kamar itu. Dan tiba-tiba Alifah menyembulkan kepalanya di pintu, membuat Zikri terkejut.

"Astagfirullah," ucap Zikri reflek sembari mengelus-elus dadanya dengan tangan kanannya. Dan mengalihkan pandangannya ke langit.

Alifah menatap Zikri yang berada di atas sana, dan mengacungkan jari tengahnya sampai Zikri menoleh ke arahnya.

2 menit kemudian, di rasa Alifah sudah tidak ada, Zikri pun mengalihkan pandangannya lagi ke arah kamar VVIP itu. Terlihat di sana Alifah mengacungkan jari tengahnya dengan wajah mengejek sembari menjulurkan lidahnya.

"Stres!" desis Zikri sembari menunjukkan kepalan tangan kanannya. Rasanya ingin menampol Sepupunya itu sampai mental ke pluto.

Dari jauh sana, Alifah berkomat-kamit tidak jelas. Dan Alifah kembali masuk ke kamarnya.

Brakkk!

"INNALILLAHI!" pekik Faziera.
"Kamu kenapa sih? Bikin orang jantungan aja!" celotehnya.

Alifah meringis menampakkan watadosnya.
"Mau lihat ayang gak?" Alifah menaik turunkan alisnya.

"Hah?"

Alifah memutar bola matanya jengah, nasib sekali memiliki sahabat lemot seperti Faziera ini.

"Gus tampan anak tunggal kaya raya itu ada di luar," ujar Alifah malas, berjalan lesu ke ranjangnya, dan mendaratkan bokongnya disisi ranjang.

Faziera nampak tak percaya, Faziera memicingkan matanya mencari letak kebohongan di mimik wajah Alifah.

"Seriusan, dia di balkon..." Alifah menggertakkan giginya geram.
"Ngintip dari pintu aja kalau kamu malu." sambungnya sembari membuka lembaran kertas polio.

"Nggak minat." balas Faziera kembali dengan kesibukannya. Mengartikan kitab kuning.

Alifah menatap nyalang ke arah Faziera, "Dulu mah di pantengin terus ya? Eh sekarang di biarin, karena udah yakin itu Ustadz gak bakal ke mana-mana. Gak bakal di colong orang," cibir Alifah.

"Pakyu!" seru Faziera melototi Alifah.

Alifah terlonjak, "Astagfirullah ukhti, lambenya di jaga!" tegur Alifah mengelus-elus dadanya.

[On Going] 1. UZPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang