Siapa?

55 21 163
                                    

Setelah melewati minggu pagi yang nikmat karena traktiran Surya, siang ini sebagian penghuni rumah berkumpul di gazebo yang berada di taman belakang. Menikmati angin sepoi-sepoi sambil bermain gitar, walau tidak jelas nada nya, namun lumayan enak untuk di dengar.

Tidak semua penghuni rumah sedang berkumpul. Minus Bobi, Naka dan Toni yang entah pergi kemana. Mereka tidak peduli.

Disaat yang lain sedang sibuk melempar candaan. Joshua hanya terdiam, otaknya masih memikirkan kejadian semalam, yang menurutnya seperti ada yang aneh.

Gaboleh dipendem sendiri sih ini harus cerita, ucap batin Joshua.

Tapi ke siapa?.

Matanya menatap satu persatu orang yang ada disana.

Surya? Ahh, ga dulu, nanti dia ngegas duluan padahal belum tau yang sebenarnya.

Johan? Dia pasti ga peduli, karena ga ada untungnya buat dia.

Johnny? Eumm kurang meyakinkan walau badan gede tapi dia takut kecoa.

Vino? Ahh dia mah yang ada nanti di bikin vlog.

Jimmi? Kurang meyakinkan.

Sandi? Yoga? Apalagi mereka berdua.

"WOY!" Satu teriakan berhasil membuyarkan lamunan Joshua.

"Ngelamun aja lo, tiati kesambet" ucap Johnny.

"Mikirin apaan si? Tugas? kerjaan? Duit?" Tanya Surya.

"Enak aja gitu, ngelamun di tempat adem gini" ucap Joshua diiringi dengan senyuman.

Pendem dulu deh sampe tau kebenaran nya nanti. Batin Joshua kembali berucap.

Joshua pun ikut melempar candaan dengan teman-temannya, walau otaknya masih sibuk memikirkan banyak hal.

.

.


Malam ini, Sandi terbangun karena merasakan haus dan persediaan air di kamar sudah habis, dengan sangat terpaksa dia harus berjalan menuju dapur. Dilihatnya jam ternyata sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Sandi sedikit ketakutan ketika melihat jam dan keadaan rumah yang minim pencahayaan, karena memang jika malam sebagian lampu akan dimatikan.

Dengan langkah cepat ia berjalan menuju dapur, mengambil sebotol air putih lalu beranjak keluar dapur, namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang berjalan menuju kamar dekat tangga dan masuk ke kamar begitu saja.

Sandi bersembunyi sambil memperhatikan orang tersebut, karena pencahayaan yang minim ia tidak bisa melihat siapa orangnya.

"Ngapain?" Tanya seseorang yang berhasil membuat Sandi ingin mengeluarkan segala umpatan, namun ia tahan saat melihat orang itu, ternyata Toni. Orang yang Sandi segani, entah kenapa kalo menurut Sandi Toni itu sedikit menyeramkan, walau Naka dan Johnny menyeramkan tapi diatas Naka dan Johnny masih ada Toni.

Sandi mengelus dadanya mencoba menstabilkan nafas dan jantungnya yang berdetak cepat.

"Kek liat setan aja lo" ucap Toni berjalan melewati Sandi.

Sandi hanya bisa bergumam "kan lo setannya! kaget gue anjim" gumam Sandi.

"Gue denger!" ucap Toni tanpa membalikkan badannya.

Sandi hanya tertawa canggung lalu berlari menuju kamarnya, melewati Toni yang sedang berjalan santai.

"Dasar ga guna!" gumam Toni sambil melirik sesuatu.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang