End~

47 11 52
                                    

Salah satu peluru berhasil mengenai kulit salah satu manusia yang ada disana.

"Lo semua diem atau atasan lo ini gue bunuh!" ucap Bobi.

Tepat setelah hitungan ketiga, Johan mengarahkan pistol nya kepada kaki Busuk. Dan Bobi yang sudah siap di posisinya dengan segera mengunci pergerakan Busuk. Yang lain?.

Yang lain sudah di tahan oleh beberapa orang yang tadi masuk bersama Johan. Dan mereka adalah bagian dari kepolisian. Tanpa mereka sadari sebenarnya sedari tadi orang orang itu sudah berada di belakang mereka.

Toni berontak dengan menendang trofi penjaga yang menahannya. Alhasil dia berhasil kabur.

Namun dengan cepat Naka mengejar Toni. Pisau lipat yang tadi Johan ambil dari Busuk, ternyata Johan berikan pada Naka untuk berjaga-jaga. Ingat waktu Naka merasa bingung? Kalo gainget balik lagi sana baca!. Waktu itu Naka bingung karena Johan memberikan pisau lipat itu pada tangannya. Walau Naka bingung dengan semua ini, tapi ia tetap mengikuti permainan.

"TONI!" teriak Naka, karena Toni terus berlari, sampai mencapai ruangan ujung, jalan buntu.

"Lo mau bunuh gue?" Tanya Toni.

"Sejak kapan lo kaya gini?" Naka menghampiri Toni.

"Lo gaperlu tau semua tentang kehidupan gue! Lo cuma orang asing Naka!" ucap Toni.

Naka menghela nafas berat. "Harusnya gak gini cara lo ngasilin duit Ton!". Naka semakin mendekati Toni.

"Gausah ikut campur urusan gue! Hidup gue terserah gue, mau gimanapun gue menghasilkan duit. Itu urusan gue bukan urusan lo! LO BUKAN SIAPA SIAPA GUE, NAKA!". Toni berteriak diakhir kalimatnya.

"GUE ADEK LO BANGSAT!". Naka ikut berteriak.

Toni tertawa mendengar perkataan Naka. "Adek? Gue gapernah anggap lo sebagai adek gue! Jangan hanya karena gue numpang di rumah lo, itu berarti kita saudara. GUE CUMA NUMPANG DIRUMAH LO!"

PLAK

Naka menampar pipi Toni.

"Orang tua gue udah nganggap lo sebagai anaknya! Walau kita bukan satu darah!"

"Iya, karena gue cuma anak yang di pungut dari panti asuhan!"

Naka mengepalkan tangannya, ingin sekali menghujani Toni dengan pukulan. Namun memori masa kecilnya tiba-tiba terputar di otak.

"Lo lemah! Gue gapunya adek yang lemah!" Toni hendak pergi namun berhasil ditahan oleh Naka.

Dan akhirnya Naka melayangkan satu pukulan pada Toni. Namun Toni tidak tinggal diam, ia membalas pukulan Naka. Dan akhirnya mereka berkelahi. Toni mengeluarkan pisau lipat yang ia punya.

Srrret

Pisau lipat Toni berhasil menyayat permukaan kulit tangan Naka.

"Akhhh" Naka meringis merasakan perih.

"Berhenti sampe sini, biarin gue pergi! Sebelum gue nambah luka ditubuh lo." Toni sedikit iba saat melihat darah mengalir dari tangan kanan Naka.

Namun Naka tetap berusaha menahan Toni.

"NAKA!" teriak Toni. Ia menghindari serangan dari Naka.

"Oke kalo itu mau lo!" Toni balik menyerang Naka. Dengan brutal membuat Naka kewalahan.

"Gue ada salah apa sama lo?" Tanya Naka yang berusaha menahan serangan Toni.

"GUE IRI KARENA KELUARGA LO UTUH! MEREKA SAYANG SAMA LO! SEDANGKAN GUE.. GUE DIBUANG DI PANTI ASUHAN."

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang