Tragedi

30 11 37
                                    


Naka segera turun dari motornya untuk menghampiri wanita paruh baya itu.

"Ibu gapapa?" Tanya Naka.

"Saya gapapa ko." ucapnya sambil tersenyum.

"Saya tadi lagi banyak pikiran bu, saya minta maaf." Naka terus terusan meminta maaf.

"Gapapa ko, ibu juga tadi mau nyebrang gak liat liat."

"Ibu mau kemana? Biar saya anter." Naka menawarkan tumpangan.

"Gausah, tujuan saya udah deket kok." ucap ibu itu lagi lagi diiringi dengan senyuman.

"Beneran bu?" Tanya Naka memastikan. Dan ibu itu langsung mengangguk. "Yaudah kalo gitu saya pergi duluan ya bu." pamit Naka.

Setelah mendapat anggukan dari ibu-ibu tersebut, Naka menjalankan motornya menuju kafe yang sudah ditentukan oleh Johan.

Setelah beberapa menit mengendarai motor, Naka akhirnya sampai di tempat tujuan. Turun dari motor, tidak lupa melepas helm lalu ia berjalan menghampiri Johan yang sudah menunggunya dari tadi.

"Lama banget anjing lo." Kesal Johan saat melihat Naka duduk didepannya dan dengan tidak sopannya ia menyeruput kopi milik Johan.

"Sorry, tadi ban motor gue ngadat, mana hampir nabrak ibu-ibu lagi." ucap Naka setelah meminum kopi Johan.

"Ibu-ibu nya gimana? Gapapa? Ga minta tanggung jawab? Ga luka kan?" Johan memberikan semua pertanyaan yang dipikirkan otaknya.

"Gapapa. Makanya gue sampai disini dengan selamat dan masih dengan wajah ganteng." ucap Naka sambil mengelus dagunya. Membuat Johan ingin sekali memberi bogeman pada wajah Naka, hanya saja saat ini Johan sedang membutuhkan Naka.

"Najis banget pedenya!" Ucap Johan.

"Ada apa nih? Gue mau kuliah mau nuntut ilmu biar otak gue lancar." ucap Naka.

"Ilmu ga salah apa-apa ko dituntut." Ucap Johan. Mengambil kembali gelas kopi yang  berada ditangan Naka.

"Ga gitu anjir! Makanya kalo waktunya kuliah tu masuk jangan bolos mulu!" Ucap Naka kesal. Ia memanggil pelayan untuk membuatkan pesanannya "Samain ya." ucap Naka kepada sang pelayan, menunjuk kopi Johan agar di samakan pesanannya.

"Gue mau bicara serius sama lo." ucap Johan merubah raut wajah nya menjadi serius.

"Tapi gue gamau di seriusin sama lo, jo." Ucap Naka enteng.

"Gue serius anjing!" Kesal Johan karena Naka tak kunjung serius.

"Gausah ngegas bisa ga sih!" Naka ikutan kesal karena daritadi Johan terus ngegas, mungkin sudah ketularan Surya.

"Pas kejadian Sandi meninggal waktu itu, lo ada didalem kamar kan?" Johan memulai pembicaraan seriusnya.

Naka mengangguk sebagai jawaban "Napa?" Tanya nya.

"Lo lihat-lihat kamarnya gak? Masuk lebih dalem ga?" Tanya Johan penasaran, ia sedikit mencondongkan tubuhnya pada Naka.

Naka terlihat seperti berfikir lalu menggeleng "boro boro mau lihat-lihat kamar, keburu panik gue lihat Sandi terkapar mana penuh darah lagi, kenapa emang?" Tanya Naka.

"Gue kemarin masuk kamar itu bareng Johnny..." Johan menunduk menjeda ucapannya membuat Naka semakin penasaran, apa kalimat Johan berikutnya.

"Kamar itu ternyata punya ruangan rahasia, tempat mereka misahin organ manusia yang dapat dijual dan sisa tubuh yang gak bergunanya mereka bakar kaya di kremasi gitu. Disitu juga ada alat buat bakarnya, dan kayanya ruangan itu kedap suara banget soalnya dari luar ga kedengaran apa apa..." Johan berhenti ia meneguk kopinya, lelah juga bicara terus menerus.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang