RIP

55 17 107
                                    

Siang ini Sandi sedang berada dirumah sendiri, karena memang belum berangkat.

Saat sedang menuruni tangga sambil memegang ponsel, menghidupkan fitur kamera lalu mulai merecord. Niatnya, ia ingin membuat vlog mengikuti jejak Vino. Sandi mendengar suara, lalu ia mencari asal suara itu dan berhenti tepat di depan pintu kamar bawah.

Sandi menyimpan ponselnya disaku dengan keadaan masih merekam, karena pintu sedikit terbuka ia tertarik untuk melihat ke dalamnya. Karena rasa penasaran yang sudah tidak bisa ditahan, ditambah kemarin ia mencium aroma aneh namun aroma itu sekarang tidak ada.

Kriet

Ia membuka pintu lalu menyusuri isi kamar tersebut, semakin masuk ia semakin mencium aroma bau anyir darah, hampir saja ia muntah, untung nya masih bisa di tahan. Pencahayaan disini sangat minim, entah lampunya masih berfungsi atau tidak.

Grep

"Anjing!" Umpat Sandi kaget.

Tiba tiba saja ada tangan yang melilit di lehernya dengan genggaman pisau lipat di tangan nya membuat tubuh Sandi menegang.

"Karena lo udah berani masuk, lo bakal terima akibatnya" ucap seseorang yang menodongkan pisau.

Sandi semakin tegang sekaligus tak menyangka saat mendengar suara itu.

"Lo baru disini tapi udah ningkah" ucap Sandi.

Orang itu hanya tertawa mendengar perkataan Sandi "lo gausah pikirin gue, pikirin aja diri lo sendiri."

Jleb

"Akhhh" pekik Sandi kala pisau lipat yang tadinya di leher sekarang menusuk di perut Sandi lalu dicabut kembali.

"Sorry kalo gue masih baru tapi udah banyak tungkah" ucapnya, yang lagi lagi menancapkan pisau di perut Sandi.

Susah payah Sandi memberontak namun percuma, karena saat ini tenaganya sudah tidak ada.

"M-mau l-lo ap-apa anjing?!" Tanya Sandi susah payah, tangannya memegang tangan orang itu agar berhenti.

"Gue kerja disini, jadi gue mau duit dan berhubung lo masuk jadi gue ga perlu repot-repot nyari diluar" ucapnya.

"J-jadi ini kerjaan yang k-kalian maksud m-malem itu" ucap Sandi yang pernah mendengar perbincangan orang yang membahas pekerjaan.

Aliran darah dari perut Sandi sudah mulai menetes ke lantai.

Brukh

Ia menghempas tubuh Sandi ke lantai karena Sandi sudah tidak sanggup berdiri.

"Lo tunggu disini, nanti gue balik lagi. Gausah banyak tingkah lo!" dia meninggalkan Sandi yang terkapar di lantai dengan darah yang terus keluar.

"Ga gue g-ga boleh lemah gue harus k-kasih tau yang lain" Sandi berusaha menyeret tubuh nya menuju pintu karena sudah tidak mampu berdiri.

Saat sampai di pintu ternyata pintu terkunci.

"Ah udah kaya di film film aja anjing gaada jalan keluar" ucap Sandi sambil menyandarkan tubuhnya di pintu, dengan susah payah dia duduk sambil memegang perutnya yang terus mengeluarkan darah, menekannya agar tidak terlalu banyak darah yang keluar.

"Ya Allah gue sadar amal gue tipis, tapi tolong kali ini kabulin doa gue yang ini, kirim seseorang yang tepat buat gue kasih tau kebenaran nya, maaf ya Allah bahasa aku gaada sopan sopannya" ucap Sandi memohon.

Tap

Tap

Tap

Terdengar suara langkah kaki dari luar, Sandi yang mendengar pun langsung menggedor pintu sekeras mungkin entah di dengar atau tidak, dia tidak peduli.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang