Pasar

33 12 56
                                    

Sesuai janji kemarin hari ini Naka akan pergi ke pasar untuk belanja bulanan, namun karena Naka tak suka pasar jadi ia lebih memilih supermarket. Karena pasar adalah tempat berkumpulnya para ibu-ibu dan tempatnya yang becek, kotor Naka tidak suka itu.

Saat sudah menaiki motornya dan memakai helm ada seseorang yang juga ikut naik di jok belakang lalu memeluk Naka. 

Naka melihat kearah belakang, dilihatnya Johan yang tersenyum lebar.

"Gue lurus Jo, walaupun gue jomblo." ucap Naka sambil memutar kunci motor lalu menstarter.

"Gue juga lurus ko, paling kalo belok juga mampir ke bakso mang Nanang." ucap Johan, ia menyandarkan kepalanya di punggung Naka. 

"Jo, gue gamau reputasi gue di depan cewe-cewe ancur ya." ucap Naka sambil menggoyangkan pundaknya agar Johan bangkit.

"Halah lagian reputasi lo udah jelek di depan cewe-cewe."

"Bukannya lo ada kelas?" 

"Demi lo! gue rela bolos deh."

"Bego jangan keseringan bolos udah akhir juga. Gapapa gue ga di temenin, lo ke kampus aja." 

"Heh! Kalo gue ga temenin lo, lo pasti bakal pergi ke supermarket udah tau harganya mahal. Terus ya kalo lo ke pasar pun nanti pasti harga cabe satu biji seratus ribu aja pasti lo beli langsung." Johan menepuk helm Naka.

"Jadi ke pasar nih?" Tanya Naka.

"Yoi." ucap Johan yang kembali memeluk Naka.

Naka hanya bisa pasrah sudah tidak peduli lagi karena pasti akan susah melarang Johan yang notabenenya keras kepala dan ingin enak sendiri.

Mulai melajukan motor membelah jalanan komplek yang sepi ahh memang setiap hari sepi seperti ini.

"Gue punya hadiah buat lo." ucap Johan sambil sedikit memajukan badannya takutnya Naka tidak mendengar.

"Warung bi Piah? Yang deket pasar?" Ucap Naka walau tidak yakin tapi ia yakin bahwa Johan mengatakan warung bi Piah.

Johan mengangguk "tumben lo ga budeg." ucapnya.

"Lo pengen beli gudeg? Oke deh." ucap Naka.

Johan mengangguk senang karena akhirnya Naka mendengar saat berada di motor.

Tiga puluh menit perjalanan karena jarak pasar dan rumah lumayan jauh. Naka menghentikan motornya di warung bi Piah membuat Johan bingung.

"Lo laper? Ngapain parkir disini?" Tanya Johan.

"Lah bukannya lo tadi pengen beli gudeg di warung bi Piah." ucap Naka ikutan bingung.

Johan menggelengkan kepalanya ternyata Naka masih budeg saat berada di motor, ia berjalan menuju pasar mendahului Naka karena warung Bi Piah ini berada di sebrang pasar.

Naka buru buru mengambil kunci motor yang masih menggantung lalu mengejar Johan.

"Jo! Gak jadi beli gudeg?" Tanya Naka yang masih bingung.

"Nanti aja balik dari sini." ucap Johan tanpa menoleh.

Berkeliling di pasar yang sudah mulai dipadati orang-orang yang sedang berburu bahan makanan, dirasa sudah cukup Johan akhirnya selesai membeli bahan-bahan dan kebutuhan lainnya. Walau tadi sempat ada drama pergi dahulu agar dipanggil kembali lalu diberi harga murah, kalau kata Johan itu strategi agar diberi harga murah tapi kalo ga di panggil panggil berarti nawarnya kurang jago.

Mereka berdua keluar dari pasar berjalan menuju warung bi Piah untuk membeli sarapan. 

"Lo yang nawar gue yang malu tau ga Jo." ucap Naka saat sudah duduk di salah satu kursi panjang.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang