Tuduhan

40 18 83
                                    



Semua penghuni kamar menghampiri asal keributan.

"Ada apa si?" Tanya Johnny yang sedikit berlari menuruni tangga.

Semua orang tidak menjawab sampai akhirnya Johnny melihat Sandi lalu menghampiri jasad Sandi.

"Lo semua ngapain malah diem aja bukan nya cepet cepet dibawa" Johnny membawa Sandi keluar kamar lalu dibaringkan di sofa ruang tengah.

"Jelasin?" Ucap Toni datar pada Naka.

"Lo semua nuduh gue?" Ucap Naka saat melihat semua orang menatapnya dengan tatapan menyudutkan.

"Kalo bukan lo, siapa lagi? Jelas jelas lo yang ada di dalem" ucap Bobi.

"Lo semua juga tau kan seberapa deketnya gue sama Sandi, mana berani gue berbuat gini sama Sandi" ucap Naka meyakinkan semua orang.

"Terus gue harus nuduh siapa? Setan?" Ucap Yoga.

"Gue juga gatau dia kenapa, gue baru pulang terus denger suara orang gedor gedor pintu dari arah pintu itu..." Ucapan Naka terpotong.

"Mana ada penjahat ngaku, Yang ada penjara penuh" ucap Bobi.

Sedangkan yang lainnya hanya diam percaya tidak percaya karena mereka tau seberapa dekat Sandi dan Naka.

"Udah udah sekarang kita urus dulu dia, terus kasih ke Keluarga nya" lerai Surya.

Semua orang membereskan kekacauan itu, namun mereka tidak lapor polisi karena bukti yang mereka punya belum tentu benar. Tentu saja mereka sempat berdebat karena ada pihak yang ingin melaporkan Naka, namun ada yang tidak ingin melaporkan Naka karena bukti belum kuat.

Setelah diserahkan kepada Keluarganya Sandi di makamkan di tanah keluarga nya.

Semua orang yang mengantar Sandi ke tempat peristirahatan terakhir satu persatu pulang.

"San, bangsat lo, bajingan! tega banget ngasih beban ke gue, lo kan tau kalo gue orangnya pemalas" ucap Naka berusaha menahan tangis.

"Gue janji pasti gue bakal cari tau semuanya, lo yang tenang disana San" Naka pergi meninggalkan tempat pemakaman, tanpa dia sadari ada orang yang memperhatikan nya dari tadi.

"Gue yakin pasti bukan lo orangnya" ucap Joshua, orang yang sedari tadi memperhatikan Naka dari jauh karena kasihan melihat Naka dan takut terjadi apa apa, bagaimana pun Naka masih temannya.




.
.




Malam tiba, suasana rumah tidak ramai seperti biasanya. Semuanya masih merasa sedih atas kepergian salah satu matahari mereka.

Tak ada lagi senyuman dan candaan Sandi, tak ada lagi orang yang akan menyebut bahwa daun bawang adalah aloevera.

Semuanya kehilangan Sandi. Apakah akan ada lagi korban selanjutnya?

Apa mereka tidak penasaran dengan kamar itu? Entah mereka malas atau tidak terpikir, yang jelas tidak ada orang yang memeriksa kamar itu, kamar yang saat ini sudah bersih dari darah Sandi dan sudah terkunci kembali. Karena sudah dibersihkan oleh seseorang yang membuat kekacauan.

Andai saja Naka menelusuri lebih lanjut kamar itu ia mungkin akan menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan.

Merebahkan dirinya di kursi panjang ditemani bulan yang menyinarinya, kepala Naka pusing memikirkan banyak hal.

Siapa yang membuat Sandi menjadi seperti itu?

Siapa pelakunya?

Siapa dalang dari semua ini?

Kembali teringat percakapan Sandi di gazebo waktu itu Naka bangkit dari rebahannya.

Apa itu pertanda bahwa Sandi memang akan pergi?

Apa Sandi mengetahui sesuatu? Mengapa dia berkata demikian?

Naka berdecak kesal, malas memikirkan nya namun bagaimanapun ia harus mencari dalangnya, dihidupkan nya satu batang rokok lalu ia hisap dan dikeluarkan lah asapnya seolah mencari ketenangan.

"Jangan kebanyakan ngerokok" ucap seseorang yang berjalan menghampiri Naka.

"Napa? Lo juga mau nuduh gue? Belum puas lo semua!" ucap Naka.

"Gatau apa yang gue pikirin, hati gue nyuruh buat percaya sama lo dan percaya kalo lo ga ngelakuin itu" ucapnya saat sudah duduk di sebelah Naka yang ternyata adalah Johan.

Naka terkekeh "terus gue harus percaya sama lo?" Ucap Naka.

"Terserah lo mau percaya atau engga gue ga peduli yang jelas gue percaya sama lo"

"Lo inget perkataan Sandi waktu itu? Dia ga mungkin ngomong gitu di depan orangnya kan?" Ucapan Naka diangguki Johan, keduanya terdiam larut dengan pikirannya masing masing.

"Masih mau nemenin pembunuh lo?" Ucap seseorang yang ternyata adalah Jimmi.

Naka menekan rokoknya yang masih menyala, ada rasa kesal ketika ia mendengar kalimat itu padahal bukan dia pelakunya.

Johan menghela nafasnya sudah ia duga setelah ini pasti akan ada percekcokan dan saling menuduh satu sama lain.

"Jo, lo masih mau nemenin pembunuh?" Tanya Jimmi lagi.

Johan bangkit dari duduknya "gue waktu itu liat tetangga mukulin anak kucing" ucap Johan, tentu saja perkataannya ini mengandung arti, jika Jimmi mengerti.

Jimmi mengerutkan keningnya"napa jadi bahas kucing, bangsat" ucap Jimmi.

Naka yang masih setia duduk mendengar kalimat Johan dan berfikir apa artinya lalu ia bangkit berniat pergi ke kamarnya.

"Lo udah bunuh Sandi jangan harap hidup lo tenang" ucap Jimmi saat Naka melewatinya.

"Kalo nyatanya bukan gue yang bunuh lo mau apa?" Tanya Naka.

"Lo masih mau ngelak? Jelas jelas lo yang bunuh".

"Lo ada bukti?" Naka menaikkan satu alisnya tatapan nya datar ia menghampiri Jimmi.

"Jelas jelas cuma lo yang ada di kamar itu"

"Tau apa lo? Apa lo tau kejadian sebelumnya?"

"Gue yakin pasti lo yang bunuh, baju lo aja penuh sama darah masih butuh bukti lo?"

"Jelas jelas buktinya cuma gue yang tau" ucap Naka pergi meninggalkan Jimmi.

Semakin malam semakin sunyi besar kemungkinan orang orang sudah tertidur lelap namun nyatanya masih ada yang membuka mata.

"Yang nyuruh lo bunuh Sandi siapa?" Ucap nya datar.

Yang ditanya hanya terdiam entah tak bisa menjawab atau memang malas menjawab.

"Jawab!"

"Kalo gue ga bunuh dia,dia pasti bakal bilang sama yang lain"

"Tapi gara gara lo kita kehilangan milyaran rupiah"

Yang ditanya hanya bisa menunduk

"Lain kali jangan gegabah, gue akuin keputusan lo emang bener". Ia menghembuskan nafasnya kasa
r "hati hati sama Naka dia pasti bakal nyari tau abis ini, hati hati sama semuanya juga lo bertiga jangan sampai ketahuan!". Ucapnya lalu pergi diikuti oleh yang lainnya.

"S-suara nya kaya ga asing tapi siapa?" Ucap seseorang yang sedang berada dikamar mandi yang tak sengaja mendengar perbincangan tersebut "apa maksudnya bertiga?"


This double up!!

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang