Menyebalkan

77 34 173
                                    

Sandi membawa Bobi kepada teman-teman nya yang sedang berkumpul di ruang menonton, tapi tidak menonton, hanya membiarkan tv menyala dan mereka sibuk dengan dunia nya masing masing.

Yoga yang sedang mabar motor lejen dengan Johan dan Jimmi yang sedang menelpon pacarnya yang ke...entah ke berapa.

"Perhatian semuanya, saya membawa produk baru untuk dijadikan babu. Hehe canda doang bob" Sandi meminta maaf setelah mendapat tatapan sinis dari Bobi.

"Kenalin rakyat baru dirumah ini, namanya Bobi" Sandi memperkenalkan Bobi pada teman temannya.

"Gue Johan"

"Yoga"

"Jimmi"

Semuanya memperkenalkan diri, baru saja Johan mau bertanya Bobi sudah lebih dulu berucap "bisa langsung tunjukin kamarnya dimana ga?". Ucap Bobi membuat semuanya menatap Bobi dengan tatapan yang sulit diartikan.

"O-oh iya, hayu gue tunjukin" ajak Sandi, agak ngeri juga dia kalo ngobrol sama modelan Bobi gini. Mana di tindik, mukanya datar lagi gada senyum senyumnya.

"Ini kamar lo, pasti udah tau kan kalo di kamar gaada toilet,toilet nya ada disana terus disana terus dilantai atas ada dua" Sandi menunjuk toilet yang berada di lantai bawah karena kamar yang berada di lantai atas sudah terisi hanya kamar bawah yang kosong.

Bobi mengangguk lalu masuk ke dalam kamar yang kemarin sudah dibersihkan oleh yang lain.

Brak

Pintu ditutup oleh Bobi, membuat Sandi menggerutu "gue juga ga bakal ngintip kali gaada sopan sopannya penghuni baru juga, gue santet lu tau rasa" bibir Sandi komat kamit mengatai Bobi.

"Napa lu?" Tanya Johan saat melihat ekspresi Sandi yang begitu jelek, ahh tapi setiap hari Sandi memang jelek itu kata Johan.

"Ehh tu ya penghuni baru gaada sopan sopannya njing" ucapan Sandi berhasil membuat teman temannya berkumpul membuat lingkaran.

Tentu sudah bisa ditebak apa yang selanjutnya akan terjadi. Ya betul, GIBAH kalo kata Yoga gibah tidak hanya berlaku untuk perempuan tapi laki laki juga perlu gibah.

Kalo kata Johan bukan gibah tapi BERTUKAR INFORMASI. Terserah mereka saja, semaunya, semerdeka mereka.

"Iya anying aing baru mau nanya basa basi aja udah sewot nanyain kamar" kesal Johan.

"Kek nya, tu orang ga ramah deh" Jimmi yang sudah selesai menjadi buaya pun ikut bicara.

"Ga boleh nilai orang dari covernya cuy" Yoga berusaha positif thinking.

"Ya lo liat aja tadi kelakuannya, terus tadi pas nyampe kamarnya dia langsung masuk kamar nutup pintu ga ngomong apapun, bilang makasih kek. Anying ini mah kagak" Sandi semakin kesal mengingat kejadian tadi.

"Mungkin perjalanan nya jauh, jadi dia cape" Yoga masih berusaha meyakinkan teman temannya agar tidak menilai orang dari covernya.

"Serahhh" Sandi pundung ia pergi ke kamarnya dengan kaki yang di hentak hentakkan, berharap teman temannya membujuknya namun itu mustahil.

.

Siang ini Naka yang baru pulang dari kuliah langsung mandi dan pergi ke taman belakang untuk menonton video.

Ia duduk di sebuah ayunan yang memang tersedia disana. Baru saja ia akan memutar videonya, keberadaan seseorang berhasil membuat Naka mengurungkan niatnya untuk menonton.

Naka mengendap endap mengikuti langkah seorang pria, mau apa? dan siapa dia? Kenapa dia bisa ada disini? Itu yang dipikirkan oleh Naka, sosoknya asing bukan teman teman laknat yang sering ia temui setiap harinya.

Rasa penasarannya semakin bertambah saat pria itu jongkok dan seperti menggali tanah.

"Anjing! jangan jangan transaksi narkoba lagi" Naka masih sibuk memperhatikan pria itu.

"Kalo gue samperin terus gue digebugin sama dia berabe urusan, terus nanti gue di fitnah jadi tersangka kan ga etis Naka yang ganteng, dan baik hati ini masuk berita. seorang pria tampan ditemukan tengah melakukan transaksi barang haram" Naka asik bergumam sambil menirukan reporter-reporter yang sering ia lihat di tv.

Akhirnya ia kembali masuk ke rumah untuk menghampiri yang lain tapi ternyata tidak ada seorang pun di rumah.

"Rumah segede ini isinya cuma gue? Apa ini adil, mana ada orang aneh lagi" kesal Naka, ia memasuki dapur untuk mengambil minum dan cemilan.

Saat sedang asik menyantap cemilan, sebuah tepukan di pundak Naka berhasil membuatnya tersedak.

Uhuk uhuk

Naka menoleh untuk melihat makhluk laknat mana yang berani mengganggu nya yang sedang memakan cemilan.

"Goblok! kalo gue modar gara gara keselek gimana?" Kesal Naka, lalu menghampiri orang yang menepuk pundaknya dan ternyata dia adalah Toni.

"Lebay lo! kaya ditepuk setan aja" Toni mengambil minuman yang sama sekali belum Naka minum.

Naka melotot melihat kelakuan Toni "kan lo emang setan" ucap Naka lalu duduk ke tempat semula.

"Setan teriak setan, lo lebih setan dari gue" Toni mengambil cemilan yang tadi dimakan Naka.

Naka yang sudah bingung harus mengeluarkan umpatan seperti apa lagi hanya bisa pasrah.

"Gue tadi liat orang aneh" ucap Naka, ia berjalan mengambil cemilan yang baru. Bertukar informasi tanpa cemilan itu kurang lengkap kalo kata Naka.

"Sandi maksud lo?" Tanya Toni yang masih fokus pada cemilannya.

"Bukan anying, ya emang sih dia aneh tapi ini bukan" ucap Naka sambil berfikir, benar Sandi memang aneh saking anehnya Naka ingin menjual dia. Itu yang Naka pikirkan.

"Siapa? Vino?" Tanya Toni lagi.

Lagi lagi dapat gelengan dari Naka "bukan anying ih si Vino emang aneh sih, tapi bukan dia. Gue gatau ga kenal kalo semua penghuni sini gue udah tau dengan jelas" ucap Naka.

"Siapa lagi yang aneh kalo bukan Sandi sama Vino, semua normal ko" Toni berfikir, memikirkan hari dimana Vino menjual sebuah peliharaan pada Johan.

"Ahh iya si Johan juga aneh sih". Bagaimana tidak aneh, peliharaan yang dijual Vino itu adalah sebuah batu, dan Johan mau membelinya. Memang apa yang bisa dilakukan oleh sebuah batu? Kayang juga sepertinya tidak bisa dan lebih aneh lagi Johan memberi nama batu itu dengan nama jjeongddol atau  dongjeol ahh atau apa lah itu, Toni tidak ingin pusing karena memikirkan batu Johan, dan yang lebih parah lagi Johan memberikan fasilitas pada batu nya itu.

Jika saja Johan mendengar ada yang menyebut peliharaannya dengan sebutan batu, ia pasti akan marah.

Toni menggeleng kan kepalanya pusing, mengingat kelakuan teman temannya yang diluar nalar itu.

"Gue liat dia lagi jongkok di taman belakang terus gali tanah kaya lagi transaksi narkoba" ucap Naka pelan, takutnya orang yang dibicarakan tiba tiba muncul di belakang terus nyambit leher dia kan ga lucu.

Toni terdiam mendengar kalimat Naka. Tapi beberapa menit kemudian dirinya lanjut memakan cemilan.






Kenalin peliharaan Johan lupa namanya:") jjongddol apa ddongjoll ya?:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenalin peliharaan Johan lupa namanya:") jjongddol apa ddongjoll ya?:")

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang