Usaha Untuk Kabur

27 10 42
                                    

Mengerjapkan mata guna memperjelas pandangan, setelah melihat dengan sempurna ia mengedarkan pandangannya.

Hanya dinding yang dapat ia lihat dan satu tv berukuran sedang, ruangan dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Dan hanya ada dirinya diruangan ini.

"Akhh!" Ia memberontak berusaha melepaskan tali yang mengikat dirinya dengan kursi, walau sangat mustahil terlepas. Yang penting usaha dulu.

Dirasa usahanya tak akan berhasil ia kembali diam, melihat dinding sekitar. Tertangkap oleh netranya sebuah kamera cctv yang begitu kecil menempel di sudut atas dinding.

Flashh

Tiba tiba saja tv itu menyala, memperlihatkan sesuatu yang membuatnya jijik, mual dan kaget tentunya.

"Lihat lah ini salah satu teman kalian, dan kalian akan bernasib sama seperti dia. Bersiap siaplah wahai para uangku"

Seseorang dengan menggunakan pakaian APD lengkap dan masker, berbicara dengan suara yang disamarkan seperti tukang baso borik eh boraks.

"Setan lo semua!" Kesalnya saat melihat tayangan di tv itu.

Tubuh Yoga yang sudah tidak berdaya itu, bagian tubuhnya sudah tak lagi utuh. Bagian perutnya sudah tidak sempurna, bagian bagian tubuh yang pentingnya sudah tidak ada.

Dan yang lebih parah lagi, orang itu membiarkan mata Yoga terbuka, dibiarkan melotot tanpa ada niatan untuk menutupnya.

Sama halnya seperti pria tadi, pria ini juga mengedarkan pandangannya. Namun pemandangan nya sama hanya dinding dan satu televisi.

Entah saat ini dirinya sedang beruntung atau bagaimana. Yang jelas ia bersyukur saat ini karena menggunakan gelang dari bahan stainless. Otaknya mendadak lancar ia menggesekkan gelang itu pada tali yang mengikat tubuhnya. Dan sudah dipastikan tangannya akan ikut tergores.

Sama seperti di ruangan tadi. Tv tiba-tiba menyala menayangkan tayangan yang sama. Ia melirik nya sebentar lalu fokus kembali pada kegiatan sebelumnya.

Cukup lama ia berjibaku dengan tali itu. Akhirnya tali terputus seperti hubungan kalian. Lalu ia melepas tali yang mengikat kedua tangannya. Tentu membutuhkan waktu karena tidak mudah.

Setelah berhasil, ia beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu. Sudah ia duga pintunya pasti akan terkunci.

Ia merogoh saku celana nya lalu mengeluarkan jepitan rambut berwarna hitam. Di masukannya ke tempat pintu dan tarraaa  pintu pun terbuka.

"Untung banget emang gue nonton cara membobol pintu rumah." gumamnya.

Memang sudah cocok menjadi maling dia ini. Mengendap berjalan keluar, tidak lupa matanya menengok kanan kiri untuk memastikan situasi aman.

Belum jauh melangkah, ia sudah melihat sebuah pintu yang sama seperti pintu yang ia bobol tadi.

"Buka, engga, buka, engga, buka." dirinya bergumam sambil menghitung jarinya.

"Oke, sorry ga bakal gue buka." berjalan sebentar lalu kembali ke pintu tersebut. "Canda elah, gue buka nih." Ia kembali memasukan jepitan tadi.

Baru saja pintu berhasil terbuka, sudah ada yang memergokinya.

"HEY!" teriak orang itu. Membuat dirinya otomatis menoleh.

"Shit!". Ia kembali menutup pintu lalu, berlari. Kemana pun yang penting tidak tertangkap.

Namun kali ini keberuntungan sedang tidak berpihak. Ia malah memasuki ruangan yang tadi ditayangkan di tv.

Berniat kabur kembali, namun orang-orang yang tadi mengejarnya sudah berada di pintu, menjaga agar dirinya tidak kabur.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang