Kesedihan Penghuni

42 20 76
                                    

Matahari kembali menyapa membangunkan semua insan yang masih setia dengan kasur dan selimutnya.

Pagi kali ini ada sedikit perubahan, jika biasanya mereka ribut, heboh dan berteriak teriak kali ini tidak ada lagi kehebohan dan teriakkan.

Masih sama sama merasakan kesedihan yang mendalam akibat ditinggalkan oleh Sandi.

Naka yang biasanya sibuk mencari kamar mandi kosong, kali ini dirinya terlihat lesu. Ada banyak pertanyaan di benaknya.

Meski masih dilanda kesedihan yang mendalam Toni tetap memasak untuk para penghuni rumah namun kali ini dia tidak ditemani oleh Yoga tapi ditemani oleh Joshua dan Jihan karena Yoga belum keluar kamar.

Toni mengerti bagaimana perasaan Yoga karena betapa dekatnya dia dengan Sandi wajar bila ia bersedih.

Satu persatu mulai memasuki dapur untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan.

Perpaduan suara spatula dan wajan seolah menjadi musik yang mengalun di dapur memecah keheningan yang disuguhkan para pemilik kamar.

Disodorkannya satu mangkok besar yang berisi masakan andalan Toni. Jika biasanya mereka akan ribut karena ingin menyendok duluan namun kali ini berbeda.

Seakan semua malas untuk menyentuh makanan tapi cacing berteriak minta diisi.

Di meja makan sudah lengkap minus Naka dan Yoga.

Tak lama Naka memasuki dapur lalu duduk ditempat yang biasa ia duduki.

Trang

Jimmi menyimpan sendok nya dengan kasar, menghasilkan suara yang keras karena memang keadaan sedang hening.

"Gue gamau satu meja sama pembunuh" ucap Jimmi beranjak dari duduknya.

"JIMMI!" Tegur Joshua namun diabaikan oleh Jimmi.

Vino ikut beranjak dari duduknya "gue udah telat, gue duluan" ucapnya meninggalkan semua yang sedang duduk di meja makan, bukan duduk di meja nya tapi di kursinya.

Setelah Jimmi dan Vino, kini giliran Naka yang beranjak dari duduknya "kalo lo semua udah gamau makan sama gue, bilang! biar gue yang pergi". Naka hendak melangkah namun tangannya ditarik agar kembali duduk oleh Johan yang berada di sampingnya.

"Duduk! Lo belum makan dari kemaren sore" ucap Johan datar dan masih setia menyantap sarapannya.

Awali pagi mu dengan makan sarapan bukan makan harapan!

Dengan sangat terpaksa Naka duduk lalu mulai menyuapkan nasi goreng ke mulutnya, jika boleh jujur Naka saat ini sangat lapar karena dari sore kemarin dia belum makan terlalu sibuk memikirkan Sandi.

Hening~

Hanya dentingan sendok yang terdengar jika biasanya akan banyak candaan, kali ini sangat berbeda jauh Joshua merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini mengapa jadi begini? Padahal bukan ini yang Joshua inginkan.

Mengapa semuanya menjadi sangat berbeda? Memang benar kehilangan Sandi membuat semuanya bersedih tapi apa harus meninggalkan meja makan seperti ini? Padahal mereka juga belum tau pasti siapa pelakunya.

Banyak hal aneh terjadi, Joshua menyaksikan banyak hal, pembicaraan pembicaraan yang ia sendiri tak mengerti maksudnya dan tak tahu siapa orangnya.

Jika boleh Joshua ber suudzon semua keanehan ini terjadi tepat saat Bobi memasuki rumah ini.

Jihan sangat ingin bertanya dan berbicara namun ia terlalu takut melihat satu persatu wajah para penghuni kamar yang sedang tidak bersahabat, ia mengerti walau belum terlalu mengenal mereka tapi pasti mereka sangat sedih kehilangan salah satu teman.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang