Ruang Rahasia

30 12 48
                                    

Pagi ini Toni kembali melakukan aktivitas nya, yaitu memasak untuk para beban. Bedanya kali ini dia ditemani oleh Joshua dan Jihan bukan Yoga, karena Yoga masih belum ditemukan.

"Gue kangen Yoga." ucap Joshua.

"Bukan cuma lo, gue juga kangen ko." ucap Toni.

Di meja makan sudah ada Surya, Vino dan Jimmi yang sedang sibuk dengan ponselnya masing masing.

Lalu datang Johnny dengan Naka, Johnny mengambil langkah untuk duduk di kursi meja makan, Naka mengambil langkah menuju kulkas diambil nya kaleng soda lalu berniat pergi meninggalkan dapur.

"Mau kemana lo?" Tanya Toni pada Naka.

"Kampus." ucap Naka singkat.

"Lupa lo sama kebiasaan pagi kita?" Tanya Toni.

Naka membalikkan badannya menatap Toni. "Kalo gue duduk disana nanti bakal ada yang pergi, gamau makan bareng gue. Gue kan pembunuh." ucap Naka.

"Duduk lo makan disini!" Suruh Toni.

"Yaudah biar gue yang pergi." ucap Jimmi bangkit dari duduknya.

"Lo juga diem! Gaada yang boleh makan diluar, kita ga boleh hilangin kebiasaan pagi kita. Walaupun orangnya berkurang kita harus tetap menjaga kekeluargaan kita." ucap Toni memperingatkan semuanya.

Lalu datang Johan duduk di samping Johnny disusul oleh Naka yang duduk di tempatnya. Tak lama Toni, Joshua dan Jihan selesai memasak.

Mereka semua makan tanpa ada obrolan seperti biasanya yang ada hanya terdengar dentingan sendok makan yang beradu dengan piring.




Siang ini keadaan rumah sangat sepi karena ditinggal oleh sebagian penghuni rumah.

Di dalam sebuah kamar yang terdapat ruangan rahasia yang cukup luas atau mungkin sangat luas  terdapat seorang pria yang tubuhnya diikat di kursi.

Mengerjapkan mata menyesuaikan dengan cahaya lampu, matanya mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan ini.

Bau amis mulai menyeruak masuk ke indera penciumannya hampir saja ia muntah. Dirinya terlonjak kaget saat melihat sebuah jajaran toples yang berisi ginjal.

Pria yang tak lain adalah Yoga memberontak berusaha melepaskan ikatannya walau sangat tidak mungkin terlepas karena dia diikat dengan kuat.

Salah satu pria yang menggunakan pakaian APD itu membalikkan badan nya menatap Yoga. Menyimpan pisau yang berlumuran darah lalu melepas sarung tangannya kemudian menurunkan maskernya agar memperlihatkan wajahnya.

"Udah sadar? Lama juga lo bangun." ucapnya.

Namun Yoga tidak menggubris nya matanya terfokus pada apa yang pria itu kerjakan tadi.

Tubuh manusia utuh yang sedang dia ambil organ organ pentingnya membuat Yoga kembali menahan muntahnya.

"Gausah kaget gitu kaya ga pernah liat manusia aja." ucapnya datar "abis ini giliran lo." lanjutnya membuat Yoga melotot.

"Bisu lo?" Tanya pria itu "oh iya mulut lo di perban." ucapnya diiringi kekehan.

"Lo jangan ganggu ya, gue mau kerja dulu." ucapnya lagi lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.







Johnny dan Johan yang baru pulang dari kampus setelah menyelesaikan beberapa tugas akhir yang membuat keduanya pusing cape lelah letih lesu dan lainnya.

Rumah 95; 95LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang