BAGIAN DUA

139K 11.1K 1.1K
                                    

Untuk readers CECILIMA makasih udah bantu promosi di sosmed kalian.

Just ig roleplayer! :)
@wnoonaofc_
@elsalvador.universe
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

HAPPY READING!💅

“Tadi disuntik, ya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tadi disuntik, ya?”

Panglima menoleh. Laki-laki itu terdiam beberapa saat, sebelum mengangguk samar. Itu suntikan pereda nyeri—yang digunakan Dokter tadi, untuk mengeluarkan peluru dari bahu Panglima. Para penculik itu, sulit dimengerti Panglima. Repot-repot sekali. Goyangan dilengan laki-laki itu, membuat Panglima menatap Cecilia dengan bingung.

“Apa?”

Cecilia menunduk, mengusap perutnya dengan pelan, menggunakan tangan kanan, sebab tangan kiri gadis itu terborgol dengan tangan kanan Panglima. “Cecil laper. Kok, mereka nggak ngasih kita makan? Ini udah tiga hari, lho. Perut Cecil sakit. Cecil bisa mati, kalo nggak makan.”

Panglima menatap datar, gadis disampingnya ini. Mengeluh, heh? “Lo nggak lupa 'kan, kita lagi disekap, bukan lagi diajak liburan?”

“Tapi 'kan laperrrrrrrr!”

Laki-laki itu mendengus pelan. Tidak mengatakan apapun. Mau Cecilia meraung-raung kelaparan-pun, Panglima tidak tahu harus melakukan apa. Toh, mereka sekarang disekap didalam gudang bukan sedang pergi bertamasya. Apalagi dengan kondisi tangan saling terborgol, Panglima tidak bisa melakukan apa-apa.

“Mereka kenapa nyulik kita, sih?”

“Cecil 'kan, nggak punya apa-apa, selain celengan babi.”

“Apa, mereka mau nyulik Kitty?”

"Gak! Kitty itu nggak ada harga dirinya, murah, sepuluh ribu, udah dapat dua ekor. Kasian si Kuntil, mati duluan. Jadi tinggal Kitty aja."

“Menurut kamu, mereka kenapa nyulik kita?” Cecilia, menoleh pada Panglima, sedang laki-laki itu nampak memejamkan mata.

“Kamu tidur, ya?”

Cecilia perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah laki-laki itu, menatap Panglima yang sedang memejamkan mata itu, dengan mata bulatnya. “Kamu tidur, kok tetep ganteng? Cecil iri.”

Gawat! Cecilia merasakan laki-laki itu tidak bernapas. Jangan-jangan ....

“Hai, kamu. Iya, kamu? Gak mati 'kan?” Cecilia menggoyangkan lengan Panglima dengan pelan.

PANGLIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang