PANGLIMA [END]

BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN

Ini betewe! Latar tahun dicerita Panglima itu, masih 2022, yaaaa.

Ig roleplayer!
@wnoonaofc_
@ofc.elsalvadorgen3
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

Tandai kalo masih ada kesalahan kata.

—Happy Reading!—

Januar terkekeh kecil, mengusap pipi gadis itu, yang nampak basah karna air mata. Januar tak akan menduga. Jika Cecilia akan sampai menangis seperti ini. Padahal, Januar hanya ingin bertanya. Apalagi mengingat usulan Amar—tangan kanannya. Yang mengatakan, Cecilia mungkin saja membutuhkan sosok Ibu. Meski itu bukan Melisa.

“Jangan–hiks. Cecil nggak mau! Cecil nggak mau Ayah!”

Januar gemas! Pria itu memeluk Cecilia, pun menghujami puncak kepala gadis itu dengan kecupan bertubi-tubi. Melihat gadis itu menangis tersedu-sedu, Januar berkeinginan menjahili gadis itu. Januar melirik Panglima sesaat, lalu kembali menatap Cecilia.

“Kenapa nggak mau? Kan, kamu bisa punya Bunda, Amor.”

Cecilia menggeleng brutal. Tanpa ragu, memeluk Januar dengan sangat-sangat erat. “Gak boleh! Cecil nggak mau! Nanti kayak Bawang Putih, Putri Snow White sama Cinderella, masa Mama barunya jahat, kaya hantu!”

Hantu? Bibir Januar berkedut, nampak menahan tawa. Beda lagi dengan Panglima, laki-laki itu malah masuk kembali masuk ke kamar mandi, —entah melakukan apa.

“Jangan, Ayah! Jangan–hiks.” Cecilia mendongak, dengan mata berkaca-kaca. “Kalo Ayah mau Bunda baru buat Cecil, Cecil mau sama Om ganteng itu aja! Gak lagi sama Ayah! Gak mau lagi, hiks.” ucap gadis itu dengan nada mengancam.

Kening Januar mengkerut. Nampak asing dengan—Om ganteng. Kenapa Cecilia sering sekali menyematkan kata ganteng pada orang baru yang ditemuinya? Januar ‘kan juga mau. “Huh, siapa Om ganteng hm?”

Cecilia mencebik kesal. “Yang biasanya sama Ayah itu, loh!”

“Uncle Amar?” tebak Januar.

Cecilia menggeleng. “Bukan, Ayah!”

“Lalu?”

“Ituuuuuuu! Yang ituuu loh. Yang biasanya sama Tante baik.” sungut gadis itu, membantu Januar mengingat-ngingat. Yang kenyataannya, sama sekali tidak membantu Januar.