BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH

42.7K 4.8K 1.6K
                                    

Ig roleplayer!
@wnoonaofc_
@ofc.elsalvadorgen3
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

Tandai kalo masih ada kesalahan kata.

—Happy Reading!—

“Diego udah keluar dari Elsalvador

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Diego udah keluar dari Elsalvador.”

Pria itu terkekeh pelan, menatap si lawan bicara dengan seringai. “Jadi mereka benar-benar masuk perangkap kita?”

Laki-laki yang menjadi lawan bicara pria itu, mengangguk kaku. “Ya, sesuai rencana lo, Bang.”

“Ck, tapi gue rasa, nggak mungkin semudah ini. Untuk rencana selanjutnya, lakuin hati-hati, Al.”

***

“Kak Lima?” panggil gadis itu berbisik, sambil memperhatikan Barra yang sedang berlatih basket. “Kak Lima tau nggak, kenapa Kak Pael ganteng banget?”

Panglima mendelik, menegak dengan kasar air mineral ditangannya sampai habis. Lalu, menatap gadis itu dengan datar. “Apa? Tadi lo ngomong apa?”

Cecilia mendongak, berkedip pelan. Lalu beralih menatap Barra sesaat, sebelum kembali menatap Panglima.

Kini mereka berada di lapangan belakang gedung universitas Alaska, seperti biasa, seperti melakukan jadwal rutin dengan berlatih ditempat ini setiap sore.

“Cecil tadi nanya, kenapa Kak Pael ganteng—”

“Jangan lo terusin.” sela Panglima kesal, lalu meraih tas miliknya. “Kita pulang sekarang!”

Gadis itu mencebik. “Loh, kok pulang?!”

Panglima tidak menanggapi. Laki-laki itu menatap Barra, Zares, Agsam dan Farhan yang sedang melanjutkan permainan.

“Gue pulang duluan!” seru pelan laki-laki itu.

Farhan menoleh dengan kening mengkerut. Pun dengan Agsam, Barra, dan Zares. Zico, laki-laki itu entah kemana. “Lim, lo 'kan baru main lima belas menit. Kok udah mau pulang sih? Gak seru, njir!”

Panglima menatap Cecilia dari ekor matanya. “Ada urusan.” alibi laki-laki itu, lalu kembali menarik tangan gadis itu agar meninggalkan lapangan itu.

Cecilia sendiri, tampak mencabik kesal menatap punggung laki-laki jakung itu.

“LIM, MONYET! WOI, URUSAN APA?!” teriak Zares, diabaikan Panglima. “BANGSAT LO, LIM!”

Barra menggelengkan kepala. “Tia-ti lo, Zar. Besok-besok nggak bisa liat matahari lagi.”

Agsam tersenyum tipis, lalu melempar bola basket itu pada Zares.

PANGLIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang