BAGIAN LIMA PULUH

69.6K 5.3K 1.6K
                                    

Ig roleplayer!
@wnoonaofc_
@ofc.elsalvadorgen3
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

Tandai kalo masih ada kesalahan kata.

—Happy Reading!—

Ekspresi Lima, ketika ngeliat bocil sama Jergar :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Lima, ketika ngeliat bocil sama Jergar :D

···

! H A P P Y R E A D I N G !
– PELUK TAK SAMPAI · END –

“Miaw-miaw! Jangan berantem terus sama Tayi, kasihan Tayi, loh, 'bentar lagi mau punya bayi kucing!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Miaw-miaw! Jangan berantem terus sama Tayi, kasihan Tayi, loh, 'bentar lagi mau punya bayi kucing!”

Gadis kecil itu, terlalu sibuk mengomeli kucing miliknya, sampai tidak sadar ada tamu yang menatapnya sedari tadi.

Bibi Meri, sedikit bingung ingin memberikan reaksi apa. Hampir dua puluh lima tahun bekerja disini, Bibi Meri sampai mengetahui hampir keseluruhan cerita pahitnya sang majikan, Januar.

Jadi, melihat bagaimana tatapan wanita itu pada Cecilia, Bibi Meri tidak tau harus senang atau sedih. “Ayo, Nya.”

Melisa sedikit terhenyak, lalu menatap Bibi Meri tidak enak hati. Ada Yoseph dan Jergar dibelakang wanita itu, yang turut menatap Cecilia sedari tadi.

“Mas Janu-nya mana, Bik?” tanya Melisa, sedikit menyita perhatian Cecilia.

“Tuan masi—”

“Tante Meli!”

Atensi Melisa beralih pada Cecilia. “Halo, sayang! Kamu apa kabar?”

PANGLIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang