BAGIAN SEBELAS

101K 8.5K 790
                                    

Jangan lupa dishare ya. Masukin kereading list kalian.

Ig roleplayer!
@wnoonaofc_
@elsalvador.universe
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

Tandai kalo masih ada kesalahan kata.

—Happy Reading!—

Dibelakang Universitas Alaska

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibelakang Universitas Alaska. Tepat dilapangan luas yang jarang terpakai. Ketujuh Inti Èlsalvador kini tengah berkumpul disana. Ditambah dengan newbie mereka, Cecilia Zamora, gadis mungil itu, nampak duduk nyaman sambil menatap ketujuh Inti Èlsalvador itu bermain basket.

Beberapa jam yang lalu, Panglima menjemputnya dikantor Raden. Dan kini, Panglima membawa gadis itu ketempat ini.

“Lempar dong kepala lo, Zic!”

“Ngeri, ya, Bar!”

“Hiaaa, serangan Peri Wings!”

“Yang kalah wajib teraktir Pecel lele Mbah Dukun!”

“Barra tolol! Lempar ke gue dong!”

“Ckck, lemparan lo slay banget, Han!”

“1 .. 2 ... 3, itu donat punya Rahmat. BODO AMAT!” balas Farhan, dengan pantun alakadarnya.

Cecilia terkikik, sambil memakan kentang goreng dipangkuannya. Gadis mungil memakai topi rajut itu, nampak sangat menikmati pertengkaran Zares, Zico, Farhan dan Diego sebagai hiburan.

Tak lama setelah itu, ketujuh Inti Èlsalvador itu menghampiri Cecilia dengan baju penuh keringat. Jika saja otak Cecilia itu tidak terlalu polos, mungkin gadis itu akan bersemu melihat perut kotak-kotak yang dimiliki ketujuh Inti Èlsalvador itu.

Panglima nampak menghampiri dengan langkah santai, dengan bola basket dilengan kiri. Dan, ketika Panglima berdiri dengan Cecilia, bola itu langsung dilemparkan laki-laki itu keasal tempat. Panglima menunduk, menatap Cecilia dengan seperti biasa, datar tapi penuh kehangatan.

“Lap-in keringat gue.”

"Ay, ay, Kapten!" seru Cecilia semangat 45.

Gadis itu mengambil handuk kecil disampingnya, dan menyapukannya diwajah serta leher Panglima dengan telaten. “Kak Lima wangi!”

PANGLIMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang