PANGLIMA [END]

BAB DUA PULUH SEMBILAN

Kemarin aku masukin profesi Tante Jane itu Pengacara, tapi chap kemarin malah punya butik. Gak papa, lah. Anggap aja emang gitu.

Ig roleplayer!
@wnoonaofc_
@ofc.elsalvadorgen3
@inilimaaaa
@cecilia.zmra
@princeagsam_
@kembarraraphael_
@zico.refarzan
@alzaresel_
@sebastianfarhan_
@diegorvnndra_
@fazura.rachella
@winona_theresiaa
@jelanya_kesyaira
@bearlyzwiena_

Tandai kalo masih ada kesalahan kata.

—Happy Reading!—

“ÈLSALVADOR HARGA MATI! NOW OR NEVER!”

Alarm ponsel Panglima berdering lima belas menit yang lalu. Alarm yang dipasangkan Panglima, agar Cecilia tidak terlambat bangun pagi untuk sekolah. Tapi karna hari ini hari libur, Cecilia memiliki alasan untuk bermalas-malasan diatas tempat tidur. Cecilia perlu mengisi tenaga untuk acara besok malam.

“Cuci muka sana!”

Cecilia melirik sekilas, pada punggung laki-laki itu. Panglima duduk menghadap jendela, dengan bertelanjang dada sambil memangku gitar.

Fyi, saat ini mereka berada di mansion Narendra. Mansion Januar Danuyaksa Narendra. Tepat berada dikamar Ares dan Falres. Alasannya?

FLASHBACK ON.

Panglima berdecak kecil, setelah mendapat balasan dari Bunda Arumi.

Bunda Arumi : Kmu cowok, bukan? Gih, sana minta sendiri. Tadi Bunda nggak sengaja kehapus. Jdi nggak punya lagi.

Panglima Sky :
Nnti Lima bntu, Bun. Bunda lgi kerepotan cri vokalis band ‘kan?

Bunda Arumi : Ck, Lima! Astaga. Kamu ini bsa bngt ngebujuk Bunda. Yaudah, nanti Bunda kirim. Lgi sbuk skrang.

Panglima Sky :
Mksih, Bund.

Panglima terkekeh pelan, baru saja ingin meletakan benda persegi itu keatas nakas, sebelum benda itu berdering. Ada telpon masuk dari Agsam. Tanpa berpikir, Panglima langsung menerima telpon itu.