14.

2.8K 321 8
                                    


Di sebuah ruangan dengan dekorasi serba putih, dua orang tengah bermain catur, namun bukan sembarang catur. Setiap catur memiliki peran penting yanng kalah akan tunduk pada  yang menang.

"Kau kalah Yurgen." Ucap seorang pemuda dengan surai perak panjang, ia menyeringai.

"Sepertinya aku memang tidak bisa menang darimu ya, Xavier." Pemuda bernama Yurgen itu menyugar surai hijaunya ke belakang.

Xavier, siapa yang tak mengenal nama itu? Seorang ahli taktik dan strategi istana, juga merupakan kekasih gelap Ratu saat ini. Seorang pemuda dengan surai perak panjang dan iris mata biru gelapnya yang indah bisa membuat perempuan mana saja terjerat dalam pesonanya.

Yurgen, sang penasihat Raja yang mengetahui segala gerak-gerik istana dan merupakan serigala Raja yang paling berbahaya.

Lalu kedua orang ternama itu kini duduk bersama sambil bermain catur, menunggu kedatangan orang lain atau lebih tepatnya, kedatangan 11 pilar penopang kekaisaran.

Sebelas pilar kerajaan terdiri dari ;

- Granduke Abelum dari Dukedom Estater, perwakilan Dianos.
- Duchess Irish dari Duchy Carroline, perwakilan Flantivel.
- Saintess Agung Catrina, perwakilan dari pihak Kuil.
- Marques Wilton, perwakilan Wilton.
- Marchioness Noctuera, perwakilan Noctuera.
- Earl Eden dari manor house, perwakilan Eden.
- Countess Athalan, perwakilan Athalan.
- Baron Noble, perwakilan Noble.
- Count Yurgen, sang penasihat Raja.
- Marques Xavier, ahli taktik dan strategi.
- Duke Gelburg, sang monster perang.

Sebelas orang itu kini tengah mengadakan pertemuan rahasia tanpa diketahui pihak istana, lokasi pertemuan mereka tepat berada di lantai paling atas kuil yang dibawahnya terdapat patung dewi kekaisaran.

Pertemuan rahasia ini jarang dibuat maupun dihadiri dengan anggota yang lengkap, namun kemungkinan pertemuan kali ini akan semuanya akan hadir karena Firman Dewa.

Beralih ke Irish yang kini telah sampai ke kuil, ia menggenakan topeng berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Angin menerbangkan dedaunan yang jatuh di tanah, surai coklat Irish berkilau di bawah sinar matahari yang menyinarinya.

Daniel merangkul pinggang Irish ia tersenyum menatap Irish yang menatap tajam kuil. Seorang kardinal menatap Irish dan Daniel lalu Irish memberikan sebuah surat yang mempunyai cap tempel berwarna ungu, kardinal itu membungkuk memberi hormat lalu mengarahkan Irish ke dalam kuil.

"Daniel, kau pergi ke arah tenggara kuil, lalu curilah isi firman dewa saat ini." Bisik Irish, bagaikan perintah mutlak bagi Daniel yang tersenyum dan menghilang secepat kilat.

"Duchess Irish de Flantivel Carroline dari Duchy Carroline memasuki ruangan." Ucap kardinal yang membuat dua orang ternama yang sedang bermain catur itu mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu.

Sosok Irish muncul dan masuk, begitu juga pintu yang ditutup setelah Irish masuk.

"Wah Duchess, kau yang ketiga." Yurgen tersenyum ramah pada Irish namun Duchess satu itu menghiraukannya.

"Xavier, bagaimana keadaan istana Ariel?" Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Irish kepada Xavier yang tersenyum mendengar pernyataan itu.

"Cukup heboh, karena sebentar lagi upacara kedewasaan sang tuan putri itu tiba, namun firman dewa seperti ini malah muncul." Xavier menjatuhkan bidak Yurgen.

"Tentang pemberontakan yang terjadi di barat laut, apa respon dari Raja?" Kali ini bisa dipastikan bahwa pertanyaan satu ini untuk Yurgen.

"Akhirnya kau bertanya Duchess. Mengenai respon dari si tua bangka itu, dia menghiraukannya dan menyuruh Baron Noble yang mengatasinya." Jawab Yurgen dan Irish mengangguk mengerti.

"Aku harus memuji kelalaian Raja tua itu." Irish tersenyum mengejek diikuti tawa Yurgen dan Xavier.

Tak berapa lama Saintess Agung Catrina, Countess Athalan, Marchioness Noctuera, dan Earl Eden memasuki ruangan secara bersama-sama.

"Ku kira kalian tidak akan datang seperti tahun lalu." Sarkas Yurgen dengan senyum mengejeknya.

"Aku tidak mungkin tidak akan datang kalau pertemuannya ada di wilayahku sendiri." Saintess Agung Catrina membalas ucapan sarkas Yurgen dengan senyum liciknya.

"Catrina lebih baik kau duduk daripada terus berdebat, kalian tidak akan pernah berhenti ribut jika bertemu." Irish mengeluarkan suaranya dan Catrina mengangguk dengan senyuman, duduk di samping kiri Irish.

Semua yang ada di rungan duduk di kursi memutar mengelilingi sebuah meja bundar, setiap kursi memiliki simbol dari masing-masing perwakilan, simbol yang berbeda dari simbol nama yang biasa terletak pada kereta kuda ataupun stempel cap surat.

Pintu terbuka seorang pemuda dengan jubah hitam yang hampir menutupi seluruh tubuh dan wajahnya, menyisakan matanya yang berwarna emas menyala seolah menghipnotis siapapun yang menatapnya. Namanya tidak disebutkan tetapi mereka semua tau siapa orang itu, Duke Gelburg sang monster perang dari Barat Laut di semenanjung Utara.

"Kau juga datang rupanya, Duke Ravian Halmos Gelburg." Countess Athalan cukup mengenal Duke Ravian karena dirinya adalah seorang pedagang   yang juga menjadi penjual senjata pada pasukan Duke Ravian. Duke Ravian mengangguk lalu menatap Irish yang menatap lurus ke meja bundar.

"Lama tidak bertemu Duchess." Sebuah senyuman terbit di bibir Duke Ravian yang terhalang oleh jubahnya.

"Ya, lama tidak bertemu Jendral." Senyuman tipis juga terbit di bibir Irish, keduanya saling menatap satu sama lain.

To be continue..

🦇🦇🦇

___________

Story by : DindaQueenza [Zaza]

Selamat berpuasa Ramadhan semuanya, semoga sehat selalu!

Jangan lupa Vote dan Comment
Bye..bye..

The Cursed Villain Couple [Crazy Villain Couple]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang