Happy Reading
*****
11 Juli 2019
"Bang, roti bakar rasa coklat 2," pesan gadis bertubuh semampai.
Yang dipanggil Abang tadi mengangguk, "duduk dulu mbak"
Arabella Caroline Lesmana mengangguk sebelum mendaratkan bokongnya pada kursi plastik yang disediakan oleh penjual roti bakar tersebut.
Roti bakar rasa coklat.
Bahkan hanya melihat si gadis datang menghampiri stand dagangannya, sang penjual sudah hafal di luar kepala apa yang hendak Arabella pesan. Karena bukan sekali dua kali Bella membeli barang dagangannya. Lima kali dalam seminggu setidaknya ia datang berkunjung.
"Tumben beli 2 porsi?" Karena tengah sepi pembeli, abang tampan penjual roti bakar tersebut bertanya.
"Kalo beli satu takutnya gak cukup. Kebetulan mama sama papa lagi di rumah," jawab gadis Lesmana.
Kemudian hening menghampiri keduanya, karena sang penjual asik membolak-balikkan roti agar matang merata. Namun tepat pada detik ke 20 suara bariton rendah milik lelaki berparas rupawan menyapa gendang telinganya.
"Roti bakar rasa coklat 2."
Lelaki itu segera kembali ke tempat dimana motornya diparkirkan. Menunduk seraya jari-jemarinya menggulir layar benda berbentuk pipih miliknya.
Bella terpaku pada pahatan sempurna sosok di atas jok motor itu. Sudah menjadi kebiasaan baginya memberikan kalimat-kalimat pujian setiap disuguhi paras tampan bak pangeran kerajaan. Meski begitu, perasaan tersebut tidak akan bertahan lama. Secepat kedipan mata, karena pada dasarnya gadis itu hanya tengah mengapresiasi ciptaan Tuhan saja.
Segera Bella memalingkan wajahnya agar tidak terlalu kentara bawah ia sempat memuja dalam hati lelaki asing tersebut. Tatapan mata mereka tadi sempat bertemu, dan netra setajam elang itu berhasil membuat nyalinya ciut.
"Roti bakar rasa coklat 2." Sang penjual menyerukan roti bakar yang tadi Bella pesan. Anehnya, si tampan ikut berdiri. Mendekat guna membayar biaya roti bakar dua porsi dalam sekantong plastik itu.
"30 ribu kan mas?"
Hening. Gerald sampai harus mendongak kala tidak ada jawaban yang diberikan sang penjual.
"Ini punya mbaknya. Punya masnya lagi saya buatkan."
Gerald merutuki kebodohannya dalam hati. Namun meski begitu rautnya tetap datar seolah tidak terjadi apa-apa.
"Tunggu sebentar ya mas. Mbaknya dulu." Sang penjual menyerahkan plastik tadi kepada gadis blesteran Amerika tersebut.
Gerald malu. Kepalanya ia anggukan sekali serta ekor matanya mengintip Bella yang baru saja meninggalkan stand setelah membayar menggunakan uang pas.
Tungkainya ia bawa ke bangku yang tadi sempat di singgahi oleh Bella. Kini fokusnya justru terpusat pada punggung sempit milik si gadis yang hendak menyeberang. Terlihat kesusahan karena jalanan nampak padat.
Gerald tersenyum tipis saat Bella masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Sampai pada akhirnya supir gojek mengalah dan menghampiri gadis Lesmana.
Lucu, batinnya.
Kesadarannya ditarik kembali oleh sang penjual yang memberitahukan bahwa pesanannya telah siap.
"Makasih bang."
"Sama-sama bro," balasnya seolah mereka telah akrab. Padahal Gerald baru beberapa kali kemari karena penjual roti bakar langganannya gulung tikar.
Sebelum melajukan motor tracker hitam miliknya, Gerald mengamati suasana taman kota yang nampak ramai oleh muda-mudi. Kelap-kelip lampu beradu dengan sorot kendaraan. Musik jazz disetel sebagai pelengkap malam syahdu. Ah, Gerald jadi enggan meninggalkan area ini.
Baginya taman kota akan tetap nampak indah, dan setiap kenangannya selalu membekas dalam memori.
*****
Kenalan dulu sama main character yang ada di cerita ini:
Vincent Geraldo, 2004.
GERALD.Arabella Caroline Lesmana, 2004.
BELLA.⚠️WARNING⚠️
Cerita ini hanya fiksi. Dimohon pembaca tidak membawanya hingga ke real life. Karakter pemain hanya buatan author untuk keperluan cerita. Dan penggunaan foto idol/artis hanya sebatas visualisasi.
xoxo,
sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Teenagers | Haruyyih
FanfictionBagaimanapun juga kita hanya remaja yang berada di umur belasan tahun. • Mar 15, 2022 - Jun 18, 2022. ©septwishes