23.

548 95 21
                                    

Happy Reading

*****

Tiga bulan telah berlalu, kini Deddy dan Ina telah resmi bercerai. Sidang berjalan lancar tanpa harus bersusah-payah adu argumen soal siapa yang salah dan siapa yang benar. Ina dan Bella memutuskan untuk angkat kaki dari rumah megah kediaman Deddy Lesmana dan istri barunya. Meninggalkan rumah yang telah merekam segala kenangan asam manis mereka ketika masih menjadi satu keluarga utuh.

Satu bulan ini, Ina dan Bella tinggal di rumah milik orangtua Ina yang telah wafat. Kata ibu tiga anak tersebut, dibanding harus membeli, membangun, atau menyema rumah, lebih baik mereka berdua menempati bangunan yang masih layak ditinggali. Toh, rumah milik kakek dan nenek Bella tersebut tidak kalah besar dengan milik papanya.

Lihat, bahkan finansial Ina tetap baik-baik saja meski memutuskan meninggalkan sang suami yang terus dipuja karena jabatannya tersebut. Ia pun mulai berubah untuk tak lupa memberikan sepucuk kasih sayang untuk si bungsu. Mulai mengurangi jam kerjanya agar dapat lebih banyak menghabiskan waktu dengan anaknya.

Bicara soal Thea dan Kemal, mereka memilih untuk stay di Jogja. Tidak ingin dilibatkan dalam masalah papa mamanya yang penuh drama.

"Bell, turun dulu, makanannya udah siap!" Seru Ina dari dapur hingga suaranya menggema ke seluruh ruangan di lantai satu.

Teriakan ini bahkan masih terasa asing ditelinga si bungsu. Saat mendengarnya, entah kenapa terasa seperti menggelitik ulu hati. Ada perasaan melegakan saat sang mama memanggil namanya lantang dari arah dapur.

"Sabar ma, Bella baru selesai mandi," jawab Bella sembari menuruni tangga.

"Tumben jam segini udah mandi?" Tanya Ina curiga. "Gerald mau kesini ya?"

Bella mendengus marah. Bibirnya mencabik hingga maju beberapa senti. Apa-apaan mamanya ini? Padahal Bella memang rajin mandi pagi meski hari libur.

"Apaan sih ma, biasanya kan emang aku mandi jam segini," balasnya sewot. Padahal memang benar jika Gerald hendak kemari. "Mama masak apa?" Tanya Bella mengalihkan pembicaraan. Mamanya itu suka sekali menggoda si bungsu hingga pipinya berubah semerah tomat.

Arabella telah duduk di meja makan. Siap menyantap sarapan meski matahari di ufuk timur sudah lumayan tinggi memancarkan suryanya.

"Ayam bumbu balado," jawab Ina yang baru datang membawa sepiring ayam balado.

Bella tersenyum tipis. Hatinya seperti tercubit saat tahu ternyata sang mama tidak mengetahui bahwa ia tidak suka pedas. "Tapi ma, aku gak bisa makan pedes," cicitnya selirih hembusan angin. Meski pelan, tetapi Ina dapat dengan jelas mendengar ucapan anaknya.

Dia benar-benar gagal menjadi seorang ibu, batin ibu tiga anak tersebut. Bahkan makanan yang Bella suka atau tidak suka saja Ina tidak mengetahuinya. Kemana saja ia selama ini? Sejauh apa dia melarikan diri dari anak-anaknya, karena luka dalam hatinya?

Ina pikir, karena Thea dan Kemal suka sekali makanan pedas si bungsu pun seleranya tidak jauh berbeda. Ternyata ia salah besar. Pantas setiap dirinya memesan sate taichan, Bella memilih dipesankan sate ayam bumbu kacang.

"Maaf ya mama gak tau," sesalnya merasa bersalah sebab secara tidak langsung ia kembali menorehkan luka pada si bungsu.

"Gapapa, Bella ngerti kok." Terulas senyum tipis menghiasi wajah ayunya. Bella lanjut menyendokan nasi dan ayam balado buatan sang mama ke atas piring. Namun segera dicegah oleh Ina.

"Eh, mau ngapain kamu?"

"Ya mau makan lah! Masak mama udah capek-capek masak, tapi gak aku makan."

Ina menggeleng, "biar mama aja yang makan, kamu jangan. Nanti yang ada malah sakit perut," larangnya khawatir. "Biar mama pesenin kamu ayam KFC aja. Sambil nunggu makannya dateng kamu mau makan apa? Piscok goreng atau roti bakar?Biar mama buatin," lanjutnya sembari sibuk berkutat dengan benda pipih berlogo apel tersebut.

[✓] Teenagers | HaruyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang