24.

539 93 18
                                    

Happy Reading

*****

"Lo habis ini mau kemana Bell?" Tanya Jihan yang kebetulan satu kampus dengan gadis Lesmana. 3 tahun telah berlalu, masa-masa SMA telah terlewati hingga kini keduanya resmi menjadi mahasiswi di salah satu kampus di Jakarta.

"Pulang lah. Kemana lagi emangnya?" Jawab Arabella sekilas melirik gadis di sebelahnya.

Jihan meringis hingga menampakkan deretan giginya yang berjajar rapi, "sebenernya gue pengen ngajak lo ke tamkot," jujurnya.

"Ngapain?"

"Nonton live musik temen-temennya Gerald."

Bella berpikir sejenak, "aduh, sorry ya Han, lo ajak yang lain aja. Matkul hari ini beneran bikin kepala gue mau pecah. Gue pengen cepet-cepet pulang buat tidur," tolaknya sehalus mungkin.

"Yahh, padahal gue pengen ajak lo nonton karna sekalian mau minta tolong buat kenalin gue ke temennya Gerald yang kalo manggung pegang gitar," dengus Jihan kecewa. Dia kan memang sedang mengincar sahabat Gerald yang memiliki kulit tan dan mata bak serigala.

Bella melotot kaget, "Jiwa maksud lo?" Tanyanya. "Dia udah punya pacar anjir. Bisa dipatahin tulang-tulang lo sama ceweknya kalo sampe berani deketin Jiwa," larang Bella demi kebaikan Jihan.

Jihan mendesah penuh kekecewaan. Padahal sudah lama ia menyukai lelaki yang selalu menenteng gitar kala tengah perform di taman kota. "Oh, udah punya pacar."

Arabella merangkul bahu Jihan yang merosot untuk menyemangati gadis itu, "lo kalo mau cari cowok ke jurusan gue aja. Udah banyak yang jomblo, kurbel pula," katanya.

"Ogah!" Jawabnya cepat.

"Kenapa?"

"Lo lupa mantan gue anak dkv? Gue beneran kapok anjir pacaran sama anak-anak dari jurusan lo. Gaya hidup Sisca Kohl kalah kali sama temen-temen lo," curhatnya menyesal karena pernah menjalin hubungan dengan salah satu teman sejurusan Bella yang gaya hidupnya memang tinggi.

Bella tertawa lepas setelah mendengar curhatan Jihan, "gue lupa lo mantannya Yudha," ujarnya masih diselingi tawa. "Balikan gih! Anaknya masih sering nanyain kabar lo ke gue."

Jihan memutar bola matanya malas, "males banget. Jaman sekarang gak level balikan sama mantan."

Gadis Lesmana menoyor kepala Jihan pelan, "awas aja sampe jilat ludah sendiri!"

"Gak akan!"

Keduanya telah berada di parkiran yang hampir sepi karena sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore, "dah lah gue mau pulang," pamit Jihan begitu kakinya sampai di tempat motornya terparkir. "Lo masih nungguin Gerald apa pulang sendiri?" Lanjutnya bertanya.

"Gue pulang sendiri. Gerald udah pulang dari tadi."

"Ya udah, gue duluan ya." Jihan melambai ke arah Bella yang masih harus berjalan beberapa meter lagi.

"Iya," gadis itu balas melambai sebelum meneruskan langkahnya ke tempat mobilnya di parkirkan.

Belum sempat tangannya meraih knop pintu, dering telfon di saku celananya menginterupsi seluruh geraknya. Arabella sontak mengernyitkan dahinya kala nomor sekretaris sang mama muncul di layar ponselnya. Tidak biasanya beliau menghubunginya.

"Halo, ada apa ya bu?" Tanya Bella to the point kala sambungan teleponnya telah terhubung ke ponsel di seberang sana.

"Itu Bell–" Bella jelas dapat merasakan ada nada kekhawatiran pada suara sektretaris mamanya. Entah kenapa firasatnya mengatakan tengah terjadi hal buruk kepada sang mama.

[✓] Teenagers | HaruyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang