4.

845 123 9
                                    

Happy Reading

*****

Kegiatan di hari kedua hanya penyampaian materi dari para guru dan beberapa tamu yang diundang. Cukup membosankan, hingga rasa kantuk menyerang beberapa murid yang tengah dikumpulkan di aula.

Hingga jarum pendek menunjukkan angka 2, para peserta MPLS baru dibubarkan untuk bersiap ke acara selanjutnya, yakni latihan PBB. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mencari seseorang yang pas untuk dimasukkan ke dalam barisan paskibraka karena sebentar lagi Indonesia akan menyambut hari kemerdekaan.

Pukul 5 sore, kegiatan melelahkan tersebut akhirnya usai. Banyak sekali murid  tumbang akibat kelelahan atau tidak kuat dengan teriknya sang surya yang menyinari. Apalagi dari kaum hawa yang membuat petugas PMR sampai kewalahan.

Murid-murid di gugus Bella sudah meninggalkan area sekolah lima menit yang lalu. Tubuh yang lengket dan tulang yang pegal membuat mereka tidak ingin berlama-lama disini.

Namun gadis Lesmana masih harus menunggu driver ojek yang baru saja menerima orderannya. Duduk di dekat pos satpam sembari khusyuk menghitung berapa banyak daun yang jatuh dari tangkainya untuk membunuh rasa bosan. Ponselnya mati sejak beberapa detik yang lalu akibat semalam ia lupa mengisi daya baterai.

Karena sehabis Gerald mengantarnya sampai depan pagar rumah keluarga Lesmana, Bella segera membasuh tubuhnya yang penuh peluh agar bisa segera pergi tidur sebab kesadarannya telah diambang batas.

Alhasil ponselnya tergelak di atas meja sampai pagi tanpa di cas terlebih dahulu oleh si empunya.

"Buat lo."

Bella mendongak kala sebuah salep  terulur ke arahnya. Tidak menyangka jika pelakunya ialah Gerald.

"Ini buat apa?" Tanyanya tidak mengerti apa maksud kedatangan lelaki itu yang tiba-tiba mengulurkan sebuah salep untuk ruam di kulit.

"Kulit lo obatin. Jangan cuma dibiarin aja," ujar si tampan  perhatian.

"Ah ini." Bella melirik sekilas bintik-bintik merah pada tangannya yang rasanya luar biasa gatal karena kulitnya baru saja terpapar sinar matahari lumayan lama. "Udah biasa kok."

"Iya gue tau lo udah biasa. Tapi mau sesering apapun itu, yang namanya luka tetep harus diobatin!"

Bella tertegun mendapati Gerald yang lagi-lagi memberi perhatian lebih. Mereka baru dua hari saling mengetahui nama masing-masing. Namun lelaki itu terus berusaha menepis rasa canggung yang sering kali mampir kala keduanya hanya berdua seperti saat ini. Bukannya kepedean, tapi Bella merasa Gerald tengah mencoba mengakrabkan diri kepadanya.

Bella menerka-nerka, ada apa sebenarnya dengan Vincent Geraldo?

"Sebelumnya lo kasih obat apa kalo lagi kambuh?" Gerald tidak ingin hening melahap keduanya.

Bella menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Gerald. Selama ini keluarganya tidak ada yang peduli tentang kesehatannya. Termasuk dirinya sendiri yang selalu mengabaikan rasa gatal bercampur panas pada kulitnya itu.

"Emangnya orangtua lo gak ada inisiatif buat bawa anaknya ke dokter?"

"Nyokap bokap gue jarang ada di rumah. Mereka mana tau kondisi kesehatan anak-anaknya."

Lagi-lagi Gerald harus terkejut mendengar jawaban dari Arabella. Sesibuk-sibuknya orangtua bukankah seharusnya mereka masih harus menyempatkan waktunya barang sedetik untuk anaknya? Memangnya ada orangtua yang benar-benar lepas tangan dengan kondisi buah hatinya? Dia kira hal seperti itu hanya terjadi pada alur sebuah sinetron.

"Selain sama Kemal lo di rumah tinggal sama siapa?"

Si cantik mengerutkan keningnya bingung, "sebentar, lo tau nama kakak gue dari siapa? Perasaan gue gak pernah bahas soal keluarga gue deh?"

[✓] Teenagers | HaruyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang