3.

980 131 14
                                    

Happy Reading

*****

Murid kelas 10 baru diizinkan pulang setelah mendapatkan seluruh tanda tangan anak OSIS. Waktu telah menunjukkan pukul 5 lewat 15 menit. Bella setengah berlari menuju halte bus yang letaknya tidak jauh dari gerbang utama. Untuk berjaga-jaga jika tidak ada satupun driver ojek yang menerima orderannya.

Mulutnya sedari tadi tidak berhenti menyumpah-serapahi para OSIS yang mempersulitkannya dalam mendapatkan sebuah tanda tangan. Bahkan tadi ada yang tega menyuruh Bella agar membelikan mereka es teh terlebih dahulu.

Demi apapun, itu bagian paling menyebalkan pada sepenggal kisah hari ini.

Bella ingin segera pulang. Badannya terasa remuk setelah melakukan beberapa perintah tidak masuk akal hanya untuk sebuah coretan di atas kertas.

Sesampainya di halte yang sudah sepi tanpa penghuni, gadis itu menatap arloji di pergelangan tangannya. Pukul setengah 6 kurang 10 menit. Apa ini artinya ia sudah ketinggalan bus?

Jari-jarinya merogoh ponsel di saku. Menekan kontak milik kakaknya, berharap Kemal sudi untuk menjemputnya. Namun nihil, justru suara operator yang menjawab panggilan telponnya.

Sekali lagi Bella memeriksa apakah ada driver ojek yang telah menerima orderannya. Tetapi ia harus dikecewakan oleh harapan. Dan semakin putus asa saat langit hampir sepenuhnya berwarna gelap.

Beberapa menit melamun, terlintas seseorang dalam benaknya. Lelaki manis yang sepuluh bulan terakhir ini dekat dengannya. Coba-coba berhadiah, akhirnya Bella memberanikan diri mengirim pesan kepada Khail Bagaskara.

Khail

Khail |
Sibuk nggak? |

Ah, rasanya percuma Bella mengirim pesan kepada orang yang jarang pegang handphone tersebut. Percaya atau tidak, pesannya itu baru akan dibaca dua jam kemudian oleh si penerima.

Dibanding harus menunggu di tempat sepi yang rawan kejahatan, bungsu Lesmana memutuskan untuk berjalan ke arah minimarket. Mencari tempat ramai agar tidak terjadi hal-hal mengerikan.

Kini tubuhnya telah sampai persis di depan toko berlogo lebah. Badannya ia ambrukkan di salah satu kursi di sana. Tidak terasa, jarum panjang telah menunjukkan angka 12. Merubah warna jingga pada langit Jakarta sore hari ini menjadi gelap sempurna.

Sepertinya takdir belum puas mempermainkan hidupnya. Buktinya ponselnya berkedip dua kali untuk memberitahukan bahwa daya ponselnya tersisa 5 persen. Bella berpikir keras, harus meminta bantuan kepada siapa kali ini?

Terasa sungkan jika Bella harus menghubungi satu-satunya teman yang ia miliki hanya untuk dia repotkan, karena bungsu Lesmana yakin Stella pasti sedang  menghabiskan waktu bersama sang kekasih.

Tidak ingin menyia-nyiakan sisa baterai di ponsel, Bella mantap untuk menekan kontak sang mama. Hendak meminta sopir pribadi beliau untuk datang menjemputnya. Semoga wanita karir yang sibuk bukan main tersebut mau mengangkat teleponnya barang 30 detik saja. Mengenyampingkan setumpuk berkas penuh kalimat panjang atau meeting dengan klien super penting demi menanyakan perihal mengapa sang buah hati menghubunginya.

Hampir putus asa karena tiga kali telponnya tidak kunjung tersambung. Bella menghembuskan nafas lega saat mendengar suara mamanya yang langsung bertanya tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Kenapa telfon mama Bell?" Tanya Ina Puspitasari. Desainer terkenal yang produknya telah mengudara ke berbagai belahan dunia.

"Pak Maman bisa jemput aku gak ma?"

[✓] Teenagers | HaruyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang