26.

651 90 21
                                    

Happy Reading

*****

Jenazah Ina telah selesai dikebumikan. Para pelayat satu persatu mulai meninggalkan area pemakaman. Menyisakan segelintir manusia yang ingin lebih lama lagi menghabiskan waktunya sebelum benar-benar meninggalkan Ina seorang diri. Sayup-sayup masih terdengar tangisan sang anak yang sedari tadi betah mengusap nisan bertanda salib tersebut.

Kemal dan Thea tiba di Jakarta pukul 4 subuh. Begitu selesai bertelepon dengan Tara, Kemal buru-buru mengabari kakaknya dan segera mencari tiket pesawat yang jadwal terbangnya malam itu juga. Rasanya sulit untuk dipercaya bahwa mamanya secepat ini pergi meninggalkan mereka. Bahkan saat tubuhnya dipaksa melongok ke dalam peti, di mana tubuh Ina terbujur kaku berada di sana, isi kepalanya masih terus menepis realita. Menyakinkan bahwa ini semua tak lebih dari mimpi buruk.

Kemal berdiri seraya menunduk dalam. Sedang Thea ikut duduk merangkul si bungsu yang sedari tadi belum berhenti menangis. Bahkan satu jam sebelum mamanya hendak diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, Arabella sempat pingsan setelah semalaman terjaga. Deddy dan Gerald sampai kesulitan membujuk Bella supaya mau menerima satu suap sendok nasi agar setidaknya perutnya tidak benar-benar kosong.

"Tante sama mbak Helma pamit pulang dulu ya Bell. Nanti malem kita balik lagi," kata Jenni sebelum ikut meninggalkan area pemakaman. Dua wanita berparas ayu meski umurnya telah menyentuh angka 40 tersebut bergantian memeluk tubuh ringkih Bella.

"Ikhlas ya, Bell. Biar mamamu juga tenang," bisik Helma ditengah-tengah usapan lembut pada punggung si bungsu yang masih setia bergetar akibat isak tangis.

Kini hanya tersisa Bella, Kemal, Thea, dan Gerald. Karena setelah Helma dan Jenni pamit pulang, Deddy ikut meninggalkan gundukan tanah tempat mantan istrinya disemayamkan, seusai mengucapakan kata-kata penenang dan pelukan kepada tiga anaknya. Bella sekilas melirik punggung papanya yang kini telah tenggelam ditelan tikungan. Pelukan hangatnya masih terasa nyaman meski telah lama tak ia rasakan. Jujur, disaat-saat seperti ini si bungsu ingin dipeluk lebih lama lagi oleh papanya. Sebab selain rasa rindu yang menggebu, afeksi dari beliau juga terasa menghangatkan hatinya.

"Kita pulang dulu yuk Bell. Besok balik lagi," ajak Kemal yang ikut duduk jongkok untuk membujuk Bella.

"Kalian duluan aja kalo mau pulang. Aku masih mau di sini," jawabnya masih dengan mata sembab yang menatap kosong ke arah nisan bertuliskan nama mamanya. Bahkan penampilannya sekarang tak lebih kacau dari pikiran si bungsu. Kemeja hitam yang kini telah bercampur dengan tanah pemakaman. Rambut yang dikuncir asal-asalan. Dan alas kaki yang gadis itu lupa kenakan.

"Bang, lo balik duluan aja sama kak Thea. Biar gue yang bujukin Bella." Bagaimanapun Gerald paham jika Bella masih perlu waktu untuk memaafkan kedua kakaknya, karena mengacuhkan ia dan Ina selama 2 tahun.

Kemal mengangguk, lelaki itu menepuk pundak Gerald dua kali. Setelah itu menarik lengan Thea yang penampilannya tidak kalah kacau dengan si bungsu.

"Makasih Rald," lirih Thea dibalas anggukan oleh Gerald.

"Pulang yuk Bell, bentar lagi hujan."

Sekon berikutnya, seusai Gerald mengucapkan satu kalimat tadi, rintik hujan mulai turun. Awan mendung di sebelah barat siap menyentuh bumi dan basahi raga dua anak manusia tersebut. Tuhan tahu jika salah satu umatnya sedang berduka. Maka untuk menutupi air matanya, Tuhan menghadiahkan hujan untuk menutupi ia yang tengah berkabung.

Bella menatap Gerald yang kini sudah berjongkok tepat di sebelahnya. Memayunginya agar terhindar dari tetesan air langit sembari membujuknya untuk kembali pulang.

"Kalo gue pulang, kasian mama sendirian di sini gak ada yang nemenin."

Hati Gerald terasa seperti diremas oleh benda tak kasat mata. Sakit. Hatinya sakit melihat betapa hancurnya Bella sekarang. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini telah lolos jatuh ke pipi. Ia memeluk erat Bella agar tidak hancur sendirian. Langit kelabu hari ini menjadi saksi bagaimana keduanya saling menguatkan dibawah guyuran hujan.

[✓] Teenagers | HaruyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang