Happy Reading
*****
"Kemal semalem nyariin lo," ujar Stella setelah mobil yang dikendarainya berhenti tepat di depan kediaman keluarga Lesmana.
"Bodo amat," jawab Bella seolah tidak peduli.
Stella menghela nafas. Mencoba menahan agar tidak mengeluarkan kata-kata yang nantinya justru akan menyakiti gadis yang menatap ke depan dengan pandangan kosong tersebut. Perasaan Arabella tengah terluka, jadi untuk sekarang bukan petuah memuakkan yang dibutuhkan.
"Lo cepetan turun gih! Gue keburu mau jalan sama Dani," usir yang lebih tua.
Bella berdecak kesal, "sabar, gue juga mau turun kali." Setelah pintu tertutup, si cantik sedikit membungkukkan badannya, "makasih semalem udah mau nampung gue," sambungnya.
"Santai, kek sama siapa aja," jawab Stella diakhiri senyuman manis. "Btw, driver gocar yang semalem nganterin lo ganteng Bell." Stella terkekeh geli sembari mengedipkan sebelah matanya, bermaksud menggoda.
Bella yang tidak mengerti maksud ucapan Stella hanya menggeleng samar, "terserah lo aja."
"Besok-besok kalo mau boongin gue harus lebih pro lagi sahabat," ejek gadis Pricillia masih belum ingin mengakhiri percakapan mereka.
Bella melipat bibirnya kedalam. Dengan gerakan yang kaku si cantik kembali menegakkan tubuhnya. Bermaksud ingin segera pergi dari hadapan sang karib sebab Stella sepertinya tahu jika semalam dirinya berbohong.
"Gak jelas banget sih lo! Udahlah gue masuk," usir Bella nampak jelas jika tengah salah tingkah.
Semalam, sesampainya Gerald dan Bella di depan hunian dengan interior bergaya klasik milik keluarga Stella, yang kebetulan penghuninya sedang keluar rumah, si tampan secara sukarela menawarkan untuk menemani gadis Lesmana menunggu di teras.
Bella sempat menolak tawaran tersebut, dan menyuruh Gerald supaya lekas pulang ke rumah. Pemuda Geraldo tentu saja menolak keras. Tidak mungkin dia tega meninggalkan gadis itu sendirian di depan rumah yang keadaannya gelap.
Bodohnya lagi, ketika Stella datang dan menanyakan siapa si tampan yang visualnya tampak tak nyata itu kepada Bella, si lugu dengan pikiran super kacau karena takut diinterogasi lebih lanjut oleh sang karib yang terkadang rasa keingintahuannya begitu tinggi tersebut menjawab, driver gocar.
Yang lebih tua menjatuhkan rahangnya tidak percaya. Tidak mungkin manusia tampan yang di pergelangan tangannya melingkar sebuah jam rolex dan mengendarai mobil yang harganya Stella ketahui hampir menyentuh angka 500 juta, harus bersusah payah mengais rezeki dengan menjadi sopir taksi online.
Omong kosong apa yang tengah Bella utarakan? Lagipula Stella mengenal siapa lelaki yang bersedia mengantar bungsu Lesmana. Vincent Geraldo, sahabat kekasihnya yang hobi ikut balapan motor dan masih satu tongkrongan dengan Daniel.
Untungnya saja Gerald tidak mendengar jawaban nyeleneh Arabella semalam sebab telah berpamitan terlebih dahulu kepada mereka berdua.
"Dasar remaja." Stella geleng-geleng kepala menatap punggung bungsu Lesmana yang telah hilang sepenuhnya tertelan gerbang.
*****
"Selamat ulang tahun Bell."
Langkah kaki gadis itu otomatis terhenti pada anak tangga kedua. Bella memutar bola matanya malas. Mendengar satu kalimat meluncur dari mulut Kemal hatinya kembali seperti diremas. Mati-matian semalam ia mencoba melupakan kejadian yang membuatnya begitu menyedihkan.
"Hari ini gue gak ulang tahun," balasnya sarkas.
"Bell, gue minta maaf. Gue bener-bener lupa kemaren," ujar Kemal merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Teenagers | Haruyyih
FanfictionBagaimanapun juga kita hanya remaja yang berada di umur belasan tahun. • Mar 15, 2022 - Jun 18, 2022. ©septwishes