TITTLE TRACK : SIDE A

6.3K 406 27
                                    

Kalau ada yang bilang, setiap orang tua pasti sayang sama anak-anaknya sama rata, tolong orang itu suruh menghadap gue dulu. Biar gue perbaiki quotes mereka.

Hanya orang tua waras -yang bisa sayang sama anak-anaknya sama rata. Karena pada kenyataannya, pasti ada satu yang menonjol dan teristimewa. Karena hati manusia kan nggak pernah bisa adil dan merasa cukup.

Dan kalau ada yang bilang kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Suruh mereka ngomong itu depan muka gue. Biar gue keplak kepala mereka agar otaknya kembali ke tempat yang tepat. Kenapa gue kesannya sensitive banget, ya karena gue ngalamin ini.

Jadi, kakak pertama gue perempuan -lulusan S1 komunikasi dari Binus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, kakak pertama gue perempuan -lulusan S1 komunikasi dari Binus. Namanya Irina Hanggini. Sekarang kerja sebagai staff ahli di kedutaan besar Indonesia di Singapura. Sedangkan kakak kedua gue Reyhan Hardianto. Lulusan S1 Teknik Informatika dari President University -dan sekarang punya jabatan bagus di salah satu e-commerce yang lagi naik daun di Indonesia. Dengan kesuksesan kedua kakak gue ini, bayangkan betapa tingginya standard yang orangtua gue tetapin untuk gue. BEBAN BANGET!

Sejatinya, setiap anak juga pengen bikin orang tuanya bangga. Pengen memenuhi standarisasi sempurna di mata orangtua. Toh, nggak ada anak yang dari lahir punya cita-cita pengen jadi anak durhaka. NGGAK ADA! Tapi ya kalau request nya spek dewa, sedangkan kemampuan kita terbatas di pentium dual core; ya anak-anaknya juga jadi gila nurutin permintaan orang tua untuk jadi sempurna.

Padahal sejujurnya, kekurangan yang ada pada diri itu yang membuat kita disebut manusia. Gitu kan?

Oiya, belum perkenalan ya?

Kenalin, gue Asa Hanggriawan. Lima belas tahun -kelas 9 di SMP Matraman.

Pria yang selama ini gue akui sebagai Bapak merupakan pengusaha kelas menengah di bidang tekstil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria yang selama ini gue akui sebagai Bapak merupakan pengusaha kelas menengah di bidang tekstil. Beliau punya beberapa toko kain di Tanah Abang. Sedangkan perempuan yang gue akui sebagai Ibu, merupakan seorang akuntan publik yang sukses dan mandiri. Gue bukan anak kaya raya; type-type crazy rich. BUKAN! Gue cuma anak biasa yang tinggal di rumah sederhana daerah Kebon Jeruk -Jakarta. Kalau lo tau gedung RCTI [TV Swasta di Indonesia], nah... rumah gue deket-deket gedung RCTI.

Hm... sejujurnya gue anak bungsu dari tiga bersaudara. Cuma sayangnya, nama gue dicatat terpisah di kartu keluarga. Kenapa? Karena gue sudah dianggap meninggal dunia. Gue bahkan punya akta kematian -padahal belum mati. Hehehe.

Jadi, enam belas tahun lalu, Ibu gue di culik diangkot dan diperkosa. Terus ditinggalin gitu aja dalam keadaan lebam-lebam dan kehilangan kesadaran (sampe dikira mayat) di area jalan Daan Mogot. Pada zamannya, kasus itu pernah diliput beberapa acara berita, kayak Buser, Liputan6 petang, sama Seputar Indonesia. Pokoknya, rame banget deh. Apalagi ketika ditambah dengan sahutan-sahutan tetangga. Viral tuh! Trending topik selama beberapa minggu. Apalagi setelah diketahui bahwa nggak lama kemudian, diketahuilah bahwa Ibu gue hamil.

Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya?

Ibu gue depresi. Bapak gue bingung. Antara pengen marah, benci, tapi mungkin nggak tega juga buat bunuh gue. Jadi, gue tetap terlahir meski langsung dianggap mati. Lalu dengan proses panjang gue tercatat sebagai anak panti -tapi diadopsi sama Bapak dan Ibu sehingga gue punya surat keterangan sebagai anak angkat. Ngerti nggak sih?

Jadi gue tuh anak kandung Ibu, tapi bukan anak Bapak. Tapi di kartu keluarga, gue tuh anak angkat.

Ribet kan?

Bukan cuma lo sih yang puyeng. Gue juga. Hehehe....

Gimana gue bisa tau kisah ini?

Karena dari sejak gue bisa mengingat, sampai gue umur lima belas tahun, yang dibahas sama keluarga besar Ibu tiap lebaran ya itu. Gue, si anak haram; parasit; manusia nggak guna. Sampai hapal banget gue sama omongan Bude-Pakde dan Lilik gue. Lebaran bukannya ngumpulin duit amplop malah ngumpulin caci maki dari keluarga besar.

Gue bahkan nggak pernah diikut sertakan tiap kali ada acara dari keluarga besar Bapak. Soalnya Kakek gue [bokapnya Bapak] masih nggak terima dengan noda Ibu. Terakhir gue ikutan ke acara kenduri nikahan sepupu -dan disana ada Kakek, Ibu gue dilempar asbak sama Kakek di hadapan tamu. Di rendahin harga dirinya sampe Ibu cuma diem nahan marah. Ketika kita ada di rumah tempat kita nginep, Ibu ngelampiasin kekesalannya ke gue. Gue dicekek ibu sampai hampir lewat. Untungnya masih bisa selamet karena kejadian itu kepergok Bapak.

Kena mental banget nggak hidup gue?

Cerita gue dark ya?

Hehehe... selow lah. Masih banyak orang lain yang punya masalah lebih kompleks dari gue kok. Masih banyak hal yang bisa gue syukuri -dibanding berlarut sama omongan orang yang bilang gue anak haram.

Dosa nggak sih gue membandingkan masalah gue sama orang lain?

Tapi cuma itu kayaknya yang bikin gue feel much better. Gue kalau liat temen-temen gue galau tuh jadi kayak, "ou gapapa, Sa. Masalah lo cuma gara-gara diledekin orang sebagai anak haram doang. Masih lebih enteng dibanding kelilit hutang sampe dikejar kejar debt collector. Atau putus cinta kayak temen-temen lo. Jadi, gausah kepikiran mau bunuh diri. Sakit..."

Ini kisah gue; Asa Hanggriawan.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

⚠️disclaimer⚠️

kisah ini hanyalah fiktif.
tidak berhubungan dengan kejadian nyata.
adapun latar tempat hanya sebagai deskripsi gambaran kasar.
penulis meminjam foto idol sebagai visualisasi tokoh.

cerita ini akan menggunakan sudut pandang orang pertama dan kepenulisan tidak berdasarkan EYD maupun KBBI.

silahkan tekan tombol back apabila terganggu.

Terimakasih.



CHRYSANTHEMUM
kamu adalah teman yang luar biasa

.

.

.

.

.

Kakagalau, 2022

CHRYSANTHEMUM || NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang