10

2.7K 348 13
                                    

Petang itu, Bapak tengah duduk di area ruang tengah rumah -berkutat dengan ponsel dan pembukuannya, ketika Asa datang menghampiri. Remaja tanggung itu duduk di hadapan Bapak seraya menunggu Bapak menyelesaikan pekerjaannya. Bapak yang ditunggui Asa seperti itu jelas tidak bisa mem-fokuskan perhatiannya.



"kenapa?" tanya Bapak seraya menurunkan ponselnya dari hadapan.



Asa nyengir kecil. "mau ganggu Bapak sebentar, boleh?"



"boleh..." senyum Bapak terbit. Rasanya sudah lama sekali Asa tidak bersikap manja padanya. Apalagi menghampirinya lebih dulu seperti ini.



"tapi kalau Bapak lagi sibuk banget, Asa bisa tunggu."



Bapak menggeleng. "sudah beres, kok. Kenapa? Adek butuh sesuatu?"



"hm... toko lagi rame nggak pak?"



Pertanyaan Asa mendapat kernyitan di dahi. "tumben tanya keadaan toko?" tanya Bapak heran, "berminat ambil alih toko, kah?" tanya Bapak dengan senyum jahil.



"eh, Adek masih kecil. Tunggu lulus SMA, baru Bapak kasih izin buat ambil alih toko." Kata Bapak kemudian.



"ih.... Serius dulu..."



"loh... Bapak serius banget ini." Kata Bapak kemudian menepuk area kosong kursi di sampingnya. Meminta Asa untuk pindah duduk ke sebelahnya.



Asa menurut. Pindah ke sisi Bapak untuk kemudian mendapat rangkulan hangat. "Kakak sama Abang kan sudah menemukan dunianya sendiri. Bapak nggak bisa maksa mereka putar haluan untuk ambil alih toko. Jadi, kelak Adek yang bakal ambil alih."



Asa menggeleng kecil dalam pelukan Bapak. "nggak minat."



Bapak mengernyit dan memasang wajah pura-pura kecewa. "kenapa?"



"Asa mau jadi dokter aja, Pak."



Bapak manggut-manggut memahami. "hebat banget dong anak-anak Bapak, ya. Yang satu staff kedubes, yang satunya lagi ahli IT, si bontot ini calon dokter. Terus, Adek nanya keadaan toko mau apa?"



Asa berdehem sejenak sebelum mengutarakan niatnya. "mau magang di toko Bapak, boleh?"



"aeh?"



"Asa mau kerja di toko Bapak."



"ngapain?"



"cari dana tambahan...?"



"kenapa Adek perlu dana tambahan?" tanya Bapak tidak mengerti, "uang jajan dari Bapak, kurang?"



Asa menggeleng.



"terus?"



"hm... temen Asa butuh bantuan." Asa berujar dengan ragu.



"bantuan secara finansial?"



Asa menatap Bapak yang tengah menunggu jawaban darinya. "Asa nggak tau cerita jelasnya bagaimana. Tapi sepertinya, orang tua teman Asa terlilit hutang."



"Adek mau bayarin hutangnya?"



"enggak." Jawab Asa cepat, "Cuma kayaknya, gara-gara hal itu dia jadi gak bisa nerusin sekolah. Asa mau bantuin dia biar bisa lanjut sekolah."



"dengan cara kerja?"



Asa mengangguk.



"Adek kan lagi sakit. Sedang dalam masa pengobatan." Ujar Bapak. "Adek nggak boleh kelelahan. Pemeriksaan terakhir, dokter Yulius udah mewanti-wanti Adek untuk selalu jaga pola makan, pola tidur dan jangan beraktivitas berat."

CHRYSANTHEMUM || NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang