02

2.4K 369 14
                                    

⚠️dimohon untuk bijak menyikapi hars words; cursing; dan semacamnya.⚠️

Ibu benar - benar memfasilitasi Asa dengan mobil ke sekolah. Pak Amam di daulat menjadi sopir yang stand by siaga selama Asa berkegiatan di luar rumah. Biaya bensin, e-toll dan lain-lain jelas menjadi tanggungan Ibu. Pokoknya, tugas Pak Amam hanya mengawasi Asa ketika berkegiatan di luar rumah. Lebih ringan daripada pekerjaannya di rumah Ibu dan Bapak yang lebih banyak menggunakan tenaga hingga berkeringat.



Sedangkan segala perizinan sekolahnya, Bapak yang bolak-balik urus. Bapak bahkan bertemu langsung dengan kepala sekolah dan guru kelas Asa untuk memberitahukan kondisi Asa. Tidak minta di-istimewakan, hanya minta tolong bantu di jagai selama masih berada di lingkungan sekolah. Beberapa guru cukup terkejut karena absennya Asa selama seminggu lebih ternyata karena masalah kesehatan yang serius. Pasalnya, wali kelas Asa dalam masa peralihan karena wali kelas yang lama dalam masa cuti melahirkan; sedangkan wali kelas yang baru -baru menjabat selama satu bulan. Dan beliau belum punya pengalaman mumpuni sebagai guru penanggung jawab kelas. Jadi.... Begitulah.



Sejujurnya, beberapa guru keberatan dengan permintaan Bapak -termasuk guru olahraga yang jadi dipaksa harus memutar otak memberikan tugas lain pada Asa diluar nilai praktek. Padahal nilai praktek di mata pelajaran olahraga lebih efektif dan efisien dibanding teori. Mereka juga khawatir jika terjadi sesuatu pada Asa di lingkungan sekolah, nantinya hal itu akan menjadi permasalahan tidak menyenangkan antara pihak keluarga dan sekolah -juga akan menjadi sorotan tajam dari pihak luar. Namun sebagian lainnya memahami permintaan orang tua Asa. Sakit bukan sesuatu yang membuat orang mengalami diskriminasi, kan? Asa jelas perlu mendapatkan haknya sebagai warga negara -untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Terlepas dari kondisinya yang tengah sekarat atau tidak. Lagipula Asa sudah kelas sembilan. Akan sangat disayangkan jika harus pindah sekolah atau bahkan berhenti sekolah; padahal ujian akhir tinggal beberapa bulan lagi.



Jadi, pihak sekolah sepakat untuk memberikan Asa dispensasi dari kegiatan fisik karena kondisi kesehatannya.


----


Hari pertama Asa masuk sekolah, ia dihadiahi tatapan tajam penuh penghakiman dan bisik-bisik dari beberapa siswa yang berpapasan dengannya di sepanjang koridor. Padahal sekilas, tidak ada yang aneh dengan Asa. Pemuda itu hanya mengenakan hoodie hitam dengan kupluk yang menenggelamkan. Lingkar matanya yang cekung dan jemarinya yang kurus tidak begitu kentara. Namun entah kenapa, di pagi dengan rintik gerimis kecil yang membasahi bumi, orang-orang sudah sibuk bergunjing.



Tapi hari itu tetap berlalu dengan tenang. Terlebih, Asa memang terbiasa menghabiskan waktunya sendirian dan kadang mengurung diri di LAB Biologi. Hanya untuk melamun demi membunuh waktu dengan mengamati tengkorak yang berdebu atau gelas ukur yang kotor tak terurus -sebelum akhirnya pulang kembali ke rumah.



Semuanya berlalu dengan damai. Tidak ada keributan yang berarti meski sejujurnya, Asa penasaran, mengapa teman-teman menatapnya dengan pandangan jijik dan berbisik di belakang. Tapi selama mereka tak menyakiti Asa secara fisik, Asa memutuskan untuk abai.



Hari-hari selanjutnya masih berlalu dengan tenang. Tak ada konfrontasi berarti; sampai hari itu datang.



Asa tiba di kelasnya -dan seluruh mata mengintimidasinya dengan pandang tak senang, seperti hari-hari sebelumnya. Tapi Asa tidak mengerti untuk alasan apa. Ia hanya mengangguk tipis untuk menyapa teman-temannya dengan tanpa suara. Sedangkan mereka memalingkan wajah dari Asa. Sesungguhnya Asa tidak ingin ambil pusing. Ia hanya berjalan menuju deretan belakang tempat kursi yang biasa di dudukinya berada.



Ketenangannya hanya berlangsung lima menit; sampai seseorang menghampiri mejanya dan setengah melemparkan beberapa buku catatan ke mejanya. Husni -anak kelas sebelah yang terbiasa menjoki tugasnya pada Asa.

CHRYSANTHEMUM || NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang