Part 30

247 55 11
                                    

Beijing adalah kota yang ramai. Itu yang Yuki fikirkan sekarang.

Dia berdiri di trotoar jalan sambil menunggu lampu jalan untuk pejalan kaki diperbolehkan menyebrang jalan.

Untuk sejenak ia melamun memimirkan hidupnya selama ini.

Dari sekian banyak orang. Adakah orang yang menjalani hidup atau punya jalan hidup sama sepertinya?.

Yuki merasa kalau selama hidupnya, dia terlalu banyak mengalami kehilangan. Kehilangan orang yang dia sayangi.

Mengingat betapa jatuhnya dia saat itu membuatnya merasa sendirian. Namun saat melihat masih ada orang-orang yang menyayanginya Yuki sadar kalau dirinya harus tetap tegar. Ditinggal orang teekasih hukanlah akhir dari dunia. Yang ditinggalkan hatus menjalani hidup dengan baik agar Mereka yang meninggalkan bisa pergi dengan tenang.

Salah satu yang membawa Yuki kembali dari keterpurukannya adalah Yi Fei. Perempuan yang lembut dan anggun ini sudah menganggap Yuki sebagai adiknya sendiri.

Saat kecil Yi Fei sangat menginginkan seorang adik, nanun harapannya harus pupus karena kondisi ibunya yang ternyata tidak bisa memiliki anak lagi.

Yuki siap menyenrang jalan saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala. Dia melambaika tangannya pada seseorang yang dia lihag di seberang jalan. Tepatnya di dalam cafe di sebrang jalan. Wanita itu juga membalas lambaian tangan Yuki.

Yuki berlari kecil menyebrangi jalan menuju tempat keberadaan Yi Fei.

Yi Fei duduk termenung sambil memandangi Americano panas di depannya. Telapak tangannya memeluk cangkir Americano itu dan membeeikan efek hangat yang setidaknya sedikit menenangkan.

"Kenapa harus bicara disini. Kan bisa tadi sirumah aja (Cn)" ujar Yuki seraya duduk menghadap Yi Fei. "Tapi gak papa, sekalian aku ada urusan juga jadi sekalian keluar (Cn)" Lanjut Yuki.

Pagi ini sebelum Yi Fei berangkat ke kantor, Yi Fei meminta Yuki untuk menemuinya pada saat jam makan siang, yaitu sekarang.

Yi Fei menatap Yuki sendu, dia terlihat ragu untuk membuka mulutnya.

Yuki yang menyadari perilaku aneh Yi Fei hanya terdiam. Dia merasa aneh, tidak biasanya Yi Fei seperti ini.

Yi Fei merogohkan tangannya kedalam tas. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan lagi tangannya dengan menggenggam sesuatu lalu memberikannya pada Yuki, menaruhnya di meja tepat di depan Yuki.

Yuki menatap benda di depannya.

"Apa nih? Flahdisk? Gue baru tau ada flashdisk modelan begini"

"Aku hamil" ucap Yi Fei.

"Wow"

Yuki terkejut dengan petnyataan perempuan di depannya itu. Perempuan yang dia kenal lebih mementingkan pekerjaan dan mencari uang telah melakukan hal yang akan sangat mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

Entah Yuki harus merasa senang atau tidak namum tanpa sadar wajah terkejutnya perlahan mengukirkan senyuman. Wntah kenapa Sebagian dari dalam hatinya Yuki merasa senang.

"Kenapa tersenyum?"

"Apa?"

"Kamu senang?"

"Aku gak bisa membanyangkan akan menjadi bibi seperti apa aku nantinya. Hahaha"

"Yuki!" Yi Fei merasa mulai agak kesal karena merasa Yuki tidak menganggap serius peenyataannya itu.

"Apa?"

"Aku serius!"

"Aku tau, perihal aku akan menjadi seorang Bibi ini adalah masalah yang serius"

"Aku hamil sebelum menikah!" Yi Fei menekankan kalimatnya namun dengan suara yang rendah, takut terdengar oleh orang-orang disekitarnya.

Yi Fei sadar kalau hal yang sedang menimpanya adalah hal yang memalukan. Kalau orang-orang tahu dia hamil diluar nikah, maka  dia akan menjadi bahan peebincangan ibu ibu komplek kang gosip.

"Kalau begitu segera menikah" sahut Yuki dengan entengnya.

Yi Fei menghela nafas sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Pacar kakak gak mau tanggung jawab?"

Yi Fei menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa? Dia belum tau?"

Yi Fei menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu segera beri tahu dia!"

"Dia bukan pacarku, itu hanya one night stand, dan asal kamu tahu, aku tidak punya pacar. Pria hanya akan menghambat pekerjaanku"

"Ow... Wow... menghambat pekerjaan katanya." Yuki sedikit tercegang dengan perkataan kakak angkatnya itu. "Kalau dipikir pikir memang iya"

"Iya kan?"

Yuki mengangguk setuju.

"Jadi apa rencana Kakak sekarang? Tapi sebelum itu, aku menentang aborsi.titik."

"It's not gonna happen, dont worry about that"

"Jadi?"

"Tentu saja aku akan membesarkan anak ini dengan penuh kasih sayang dengan seluruh hidupku" kalimat ini keluar dari mukut Yi Fei dengan sendirinya. Bagaimanapun seorang anak adalah anugrah paling indah yang diberikan Tuhan.

"Tentu saja itu harus dilakukan. Aku mendukungmu dengan hidupku."

Yi Fei kembali bersemangat. Dia pikir Yuki akan mengomelinya dan memaksanya untuk menikahi ayah dari anaknya itu.

"Kalau boleh tau ayah dari anakmu ini siapa? Jangan bilang kakak gak kenal dia! Jangan bilang kakak tidak ingat karena terlalu mabuk!"

"Tidak, walaupun aku sedang mabuk, aku bisa mengingat setiap detik kejadian malam itu..."

"Oke. Terus siapa dia?" Yuki memotong kalimat Yi Fei. Melihat dari ekspresinya, Yuki tahu kalau Yi Fei tidak menyesali kejadian itu sama sekali. Dia malah terlihat jauh dari kata menyesal.

"Soal itu aku belum bisa membeeitahumu"

"Argghh.... sudah ku duga!"

Yi Fei tahu perangai Yuki. Kalau saja dia memberitahu Yuki, orang itu tidak akan dalam keadaan aman.

"Ayolah kak. Beri tahu aku siapa dia...?"

Mulut Yo Fei terkunci dengan rapat dan tidak ada yang bisa membukanya selain dirinya sendiri.

"Kakak! Siapa dia?" Yuki merengek kepada Yi Fei seperti anak kecil yang ingin dibelika mainan.

Saat sedang terus berusaha membujuk Yi Fei. Telepon Yuki berbunyi. Ini sudah yang kesekian kalinya. Sejak tadi Yuki sengaja mengabaikannya karena pembicaraan dengan Kakaknya lebih penting dari apapun.

"Ada telepon tuh"

"Biarin aja"

"Sepertinya penting. Dari tadi bunyi mulu"

"Ck..!" Yuki merasa agak kesal tapi dia tetap mengangkat teleponnya.

"Halo"

"..."

"Okay."

Entah apa yang dibicarakan namun wajah Yuki terlihat serius.

"Ada apa?"

"Aku menemukannya!"

"Apa? Siapa?"

"Alasan aku datang kenegara ini. Sudah tercapai Kak"

Yuki mengeluarkan seringai yang tidak terduga. Apapun yang Yuki rencanakan sebelumnya. Sepertinya sudah menemukan titik terang.

***

Sekian untuk chapter ini. Mohon tunggu capter selanjutnya dengan sabar ♡

Jangan lupa vote ya ♡♡♡

Tiba Tiba MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang