FCCT 1

256 52 281
                                    

im­_ada jadi gini kelakuan lo? Nyusahin aja!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

im­_ada jadi gini kelakuan lo? Nyusahin aja!

Komentar yang tidak ada sangkut paut dengan ceritanya itu mencuri perhatian Inshira. Ditulis dua hari yang lalu oleh pemilik akun. Tanpa pikir panjang dia membuka akun tersebut, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Bahkan nama akun yang dibuat adalah Not Human. Bisa dilihat juga bahwa akun ini baru bergabung satu bulan yang lalu dan hanya menggunakan foto profil yang disediakan oleh platform tersebut.

Gadis yang duduk di bangku kelas sebelas ini sedang menyelami notifikasi yang masuk dari cerita yang dia tulis sambil menunggu bel berbunyi. Beragam komentar yang dia baca. Dari mulai kritik dan masukan untuk ceritanya, mengomentari kelakuan tokoh, curhat karena merasa relate, dan tentu saja meminta update part cerita yang baru.

Diminta untuk segera melanjutkan cerita oleh pembaca adalah salah satu hal paling horor dalam hidup Inshira setelah teriakan Wakasek Kesiswaan di depan gerbang sekolah. Dia tidak mengalami writers block, hanya saja sedang dibelenggu rasa malas. Padahal sejak awal menulis api semangatnya begitu membara. Namun, saat salah satu video promosi ceritanya meledak dan mengundang banyak pembaca, api itu perlahan mulai meredup.

Dia merasa bahwa para pembaca akan tetap menunggu dan tidak meninggalkan ceritanya. Perasaan itu membuat Inshira mulai seenaknya dalam melanjutkan cerita yang ditulis. Dalam sebulan dia bisa hanya mengunggah dua part saja.

Rasa penasaran terhadap akun yang mengomentarinya buyar begitu saja karena guncangan di lengan kanan yang disebabkan oleh teman sebangku sekaligus sahabatnya, Naswa atau yang sering panggil Wawa.

"Apaan, sih?" kesal Inshira sambil menoleh heran pada sahabatnya.

"Lihat, deh, Pak Guntur bawa cowok, ganteng lagi," bisiknya heboh. Mata Naswa tidak menoleh sedikit pun pada Inshira. Dia sedang mengagumi ketampanan laki-laki yang berdiri di depan kelas tepatnya di samping guru Sosiologi yang hari ini mengajar di kelas.

Untuk memastikan apa yang dikatakan Naswa, Inshira memutar kepalanya lima puluh derajat. Benar saja, dia itu berdiri tepat di jajaran tempat Inshira duduk. Namun, Inshira merasa tidak asing dengan ciri fisik dan perawakan laki-laki itu. Apa mungkin mereka pernah bertemu sebelumnya?

"Barudak, kalian dapet temen baru. Sok, perkenalkan diri," ucap Pak Guntur mempersilakan, "inget, yang cewek-cewek jangan langsung digodain. Nanti dia takut," lanjutnya seolah-olah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Halo temen-temen, nama gu— nama saya Adami. Panggil Adam atau Dami doang juga gapapa." Adami tersenyum dia akhir ucapannya.

"Sama temen-temen nanti boleh pake lo-gue, tapi kalo sama guru, jangan, ya." Pak Guntur menepuk pundaknya, sedangkan Adami mengangguk pelan dan tersenyum canggung.

Tidak sengaja matanya beradu dengan seorang gadis yang duduk di barisan kedua, pandangannya seolah terkunci ditambah senyum di bibir Adami semakin mengembang. Inshira langsung menunduk dan memutuskan kontak mata, walaupun dirinya masih penasaran dengan teman barunya ini.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang