"Ci, kemarin kita, kan, nggak jadi beli mi ayam deket rumah kamu karena si mang-nya nggak jualan, itu sampe kebawa mimpi tahu," adu Naswa kepada Inshira setelah mereka mengganti baju selesai mata pelajaran Olahraga.
"Segitunya banget ngidam pengen mi ayam deket rumahku?" tanya Inshira diiringi kekehan, "padahal bisa beli di kantin."
"Bukan ngidam, tapi suka. Kalo kita suka sama sesuatu itu pasti disebut-sebut dan diinget terus. Makanya istirahat nanti mau balas dendam karena udah tiga hari nggak makan mi ayam," sahutnya.
Kaki mereka melangkah santai menuju kelas untuk melanjutkan pembelajaran selanjutnya. Guru mata pelajaran selanjutnya selalu memberikan waktu lima belas menit untuk mereka istirahat sebelum kembali belajar. Koridor sekolah masih lengang karena istirahat masih satu jam lagi. Namun, terlihat di beberapa kelas ada keributan kecil seperti biasa karena guru yang mengajar tidak mengawasi kegiatan yang sedang berjalan.
Inshira melihat Adami dan Kailash yang berjalan di depannya. Dia tidak menghiraukan keberadaan tokoh fiksinya. Sejak obrolan pulang sekolah kemarin Inshira menghindari laki-laki itu. Dia tahu jika Adami akan terus meminta Inshira untuk melakukan permintaannya.
Mi ayam masih menjadi topik pembicaraan di antara dirinya dan Naswa. Sayangnya, Naswa juga menangkap kehadiran Adami di depan mereka dan Inshira kurang memberikan briefing kepada sahabatnya, sehingga Naswa memangil Adami.
"Adami!" seru Naswa diikuti erangan karena mendapat cubitan dari Inshira di tanggannya, "nyeri, ih." Naswa membelalakkan matanya sambil mengusap bagian tangan yang dicubit Inshira. Tatapan itu dibalas oleh Inshira dengan hal yang sama.
Mendengar namanya dipanggil, Adami memutar badannya untuk melihat Naswa dan Inshira, gerakan itu diikuti Kailash. Walaupun baru tiga hari sekolah di sini, dia hafal siapa pemilik suara itu. "Hai," sapanya mengangkat tangannya.
Bukannya menyahuti sapaan Adami, Inshira justru menarik Naswa untuk mempercepat langkahnya dan melewati dua teman sekelasnya begitu saja. Jelas hal itu membuat kening Adami berkerut. Mengerti arti raut wajah teman sebangkunya, Kailash menepuk pundak laki-laki itu kemudian berujar, "Namanya juga cewek."
Di sisi lain Naswa juga kebingungan dengan tingkah Inshira semenjak pulang sekolah kemarin. Sahabatnya sedikit lebih sensitif dan terus memasang wajah sinis ketika melihat Adami. "Kenapa make nyapa dia segala, sih?"
"Loh, kenapa? Nggak boleh? Bukannya kemarin kalian abis ngobrol? Kok jadi kayak musuhan gitu? Lagian tadi Adami ganteng banget waktu main bola, Ci. Masa lo nggak lihat?"
"Pokoknya jangan deket-deket dia," pinta Inshira. Jika bisa meminta untuk pindah kelas, sepertinya itu yang akan dilakukan Inshira saat ini demi menghindari Adami.
"Kalian belum bestie-an?"
"Nggak ada yang mau temenan sama dia," jawab Inshira ketus.
"Aku mau, kok," sangkal Naswa dengan wajah polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Novela JuvenilJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...