“Kamu dari mana?” tanya Neisha pada Adami.
Mereka sedang berada di meja makan. Julio meminta Adami mengantarkan Inshira karena dia tidak bisa pulang lebih cepat hari ini. Jika Adami meninggalkan Inshira, bisa dipastikan gadis itu akan menunggu Julio sampai pulang, dan Julio tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Saat akan pulang, Adami diminta untuk makan siang bersama Neisha dan Inshira, karena ini pertama kalinya Inshira dianar oleh laki-laki selain Julio. Sang mamah hari ini tidak masuk kerja karena sedang tidak enak badan sejak semalam, meskipun begitu beliau masih bisa memasak untuk sarapan dan makan kedua anaknya.
“Dari Jakarta, Tante,” jawab Adami sambil melirik Inshira melalui ujung matanya.
“Jangan panggil Tante, Mamah aja. Wawa juga manggilnya gitu,” ucap Neisha dengan kedua sudut bibir terangkat.”
Adami hanya menggangguk kecil.
“Kamu di Bandung tinggal di daerah mana?”
“Mamah kepo banget,” sahut Inshira.
“Nanya aja. siapa tahu nanti bisa mampir. Tapi kalau nggak mau jawab juga nggak apa-apa, sekarang kita makan dulu, takut keburu dingin. Nanti nggak enak.”
Beliau mengambilkan nasi dan lauk untuk Adami. Namun, saat meminta piring milik Inshira, tidak ada respons darinya. Neisha menoleh pada sang anak. Gadis itu terlihat lebih banyak diam setelah mendengar cerita Adami di kafe tadi. Dia masih setengah percaya, dan setengah lagi tidak. Ditambah ucapan Adami di Gramedia yang ikut memenuhi isi kepalanya. Dia masih butuh waktu untuk mencerna semuanya.
“Inshira, kok ngelamun? Mikirin apa?” tanya Neisha.
Inshira masih asyik dengan pikirannya sendiri dan tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan sang mamah. Alhasil, Adami menyikutnya pelan.
“Kenapa?” tanyanya terdasar dari lamunan.
“Kamu ngelamunin apa?” Neisha mengulang pertanyaannya.
“Iya, soalnya lagi banyak tugas di sekolah,” alibi Inshira dengan cengiran canggung.
Bohong. Adami jelas mengetahui jika guru-guru sedang tidak memberikan mereka tugas apapun, kecuali mata pelajaran Seni Budaya. Adami menyadari perubahan raut wajah Inshira sejak mereka sampai di rumah. Sepertinya selama perjalanan pulang Inshira banyak berpikir. Walaupun Inshira sering sewot kepadanya, dan terlihat jarang banyak bicara, tetapi kali ini Adami bisa mengetahui jika isi kepala Inshira sedang penuh dan mungkin butuh tempat untuk menumpahkannya.
Inshira memberikan piring kosongnya pada Neisha dan mencoba mengatur pikirannya saat ini agar tidak menganggu. Inshira sadar jika Adami mencuri-curi pandang ke arahnya lewat ujung mata, tetapi Inshira tidak menggubrisnya. Adami hanya ingin memastikan jika gadis yang duduk di sampingnya baik-baik saja, meskipun sebenarnya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Genç KurguJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...