Suara gaduh di dalam kelas perlahan menghilang seiring keluarnya setiap siswa. Suasana sekolah masih cukup ramai karena bel baru berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Inshira selesai merapikan dan memasukkan semua alat perangnya ke dalam tas, sedangkan Naswa izin pergi ke kantin untuk membasahi tenggorokannya sambil menunggu Inshira dan Adami yang akan berdiskusi.
Adami mengisi kursi di depan seorang gadis berkacamata dengan rambut sebahu yang memeluk tasnya. Tanpa mengulur waktu Adami segera melipat celana sebelah kanannya sampai di bawah lutut dan beranjak ke sisi Inshira untuk memperlihatkan sesuatu yang ada di kaki kanannya.
"Ini, kan, yang pengen lo lihat? Bukti luka bekas jahitan karena Akhtar jatuh dari pohon mangga terus kena pecahan kaca," ucapnya seraya mengangkat kakinya yang penuh bulu ke atas meja untuk memperlihatkan bekas jahitan yang ada di betisnya pada Inshira.
Inshira memperhatikan luka itu, tepat seperti apa yang tertulis di buku rahasianya. Akhtar mempunyai luka bekas jahitan di betis sebelah kanan.
"Tapi bisa aja itu bikinan lo," jawab Inshira enteng.
"Ini bikinan dokter, bukan gue! Lagian lo kenapa, sih, bikin gue jatuh dari pohon mangga? Nggak ada keren-kerennya. Harusnya jatuh dari motor pas balapan, itu baru keren," protesnya lalu menurunkan kakinya dari atas meja.
"Terus masuk rumah sakit dan meninggal, gitu maksudnya, kan?" tambah Inshira dengan senyum mengejek.
"Si aduh, mulut lo minta dicabein banget. Gue nggak mau punya gelar almarhum, ya!"
"Abisnya, tokoh fiksi aja banyak gaya!" Inshira masih dengan senyum mengejeknya.
"Ini bukti lain buat meyakinkan lo kalo gue ini adalah Akhtar." Adami memberikan ponselnya pada Inshira mengalihkan pembicaraan.
Disodorkan ponsel, Inshira menerimanya tanpa ragu. Matanya beralih menatap layar ponsel yang menampilkan laman galeri. Inshira menyentuh layar ponsel untuk memperbesar salah satu foto yang menarik perhatian. Foto itu memperlihatkan kedekatan Adami dengan adiknya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat, dia teringat dengan kedekatannya bersama sang kakak yang juga seperti Adami dan adiknya. Jari Inshira kemudian menggeser satu persatu foto yang ditampilkan. Ponsel ini didominasi foto-foto pacar Adami, yaitu Klarin. Namun, beberapa fotonya blur karena dibidik langsung oleh Adami.
Setelah puas melihat isi galeri di ponsel Adami, Inshira mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. Saat ini dia cukup dibuat yakin jika Adami adalah Akhtar.
"Bucin," ucap Inshira pelan, tetapi ucapannya bisa didengar oleh laki-laki di depannya.
"Sejak ada kata bucin, ketulusan itu seakan-akan lenyap dilalap pengkhianatan. Giliran disakitin bilangnya semua cowok sama aja. Lagian gue bucin sama pacar sendiri. Justru yang bikin heran itu penulis yang nulis cerita pacaran, romance, pernikahan, sedangkan mereka sendiri jomlo tapi seolah-olah tahu apa yang dirasain tokoh yang mereka tulis. Kan, nggak relate sama diri sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...