Bu Cindy dan teman-teman sekelasnya sudah meninggalkan rumah Inshira sekitar lima belah menit yang lalu. Selama bertemu dengan teman-temannya, Inshira mencoba mengingat siapa saja mereka, tetapi tidak bisa. Inshira tidak bisa mengingat teman-temannya. Satu hal yang sempat terlintas di benaknya hanya bising sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang yang seumuran dengannya itu pun membuat kepalanya sedikit pusing.
Di tengah-tengah temannya, Inshira tidak melihat laki-laki yang kemarin datang dengan Naswa. Sejak pertemuan pertamanya setelah Inshira mengalami kecelakaan, dia merasa jika laki-laki itu sedikit berbeda dengan teman-teman yang lain. Inshira seperti mengenalnya, tetapi tidak tahu siapa. Rasanya seperti melihat Julio dan Neisha, sang mamah.
Sekarang gadis yang memakai kaus berwarna biru muda yang dipadukan dengan celana panjang itu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Kedua tangannya memeluk bantal yang ada di sofa. Matanya menatap lurus langit-langit rumahnya. Sepanjang hidupnya Inshira tidak pernah membayangkan jika dirinya akan mengalami amnesia.
Kosong. Sepertinya itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan Inshira saat ini. Dengan diri sendiri saja merasa asing.
"Aku nggak inget rasanya jadi bayi, tapi mungkin kayak gini, nggak tahu apa-apa," gumamnya pelan.
Inshira mengubah posisi tidurnya menyamping dan masih memeluk bantal. Ini kedua kalinya Inshira memperhatikan foto yang terpampang di ruang keluarga. Inshira melihat perbedaan dari foto yang dilihatnya sekarang dengan foto yang dilihatnya di ponsel Julio saat di rumah sakit. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya terangkat. Inshira merasakan kehangatan ketika melihat foto tersebut.
Namun, tiba-tiba rasa sakit menyerang kepalanya. Inshira memekik kesakitan. Namun, tidak hanya itu, dia juga mendengarkan dua orang berbicara.
"Julio mau main sama temen-temen, Pah. Julio nggak mau diikutin dia."
"Dia adik kamu. Ngomongnya yang baik."
"Adik? Julio nggak pernah minta adik. Julio nggak sayang sama dia!"
Setelah suara itu menghilang, Inshira terduduk. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri masih dengan sebelah tangan yang memegang kepala yang berdenyut sakit. Setelah itu, Inshira terdiam cukup lama memandang ke arah televisi yang sama sekali tidak menyala. Apa yang baru saja dirinya dengar? Mengapa kakaknya berkata seperti itu?
Inshira beranjak dari kursi. Dia memilih pergi ke kamar saja daripada memikirkan apa yang didengarnya beberapa saat yang lalu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar pertanyaan Julio yang baru masuk ke dalam rumah. Sejak jam sembilan pagi tadi, Inshira tidak melihat kehadiran Julio di rumah. Ketika bertanya pada Neisha, katanya Julio pergi ke kafe.
"Mau ke mana?"
"Ke kamar."
"Jangan dulu." Julio berjalan mendekatinya dan menuntun Inshira untuk kembali duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...