"Kalian bukan penculik, kan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Inshira saat memperhatikan Julio dan sang mamah sedang mengemasi beberapa barang yang mereka bawa untuk menemani Inshira ketika di rumah sakit. Sejak siuman pagi tadi, Inshira tidak mengatakan apapun. Dia hanya menggangguk kecil ketika diberi informasi dan hanya menjawab beberapa pertanyaan dari dokter.
Neisha dan Julio tertawa kecil mendengar pertanyaan sang adik. Julio mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu membuka galeri yang terdapat beberapa foto kebersamaan mereka selama ini untuk diperlihatkan pada sang adik sebagai bukti agar tidak dikira penculik.
Inshira menatap ponsel tersebut ragu. Namun, melihat Julio tersenyum kepadanya, dia menerima ponsel itu. Satu hal yang pertama kali dirinya lihat adalah nama folder dari kumpulan foto yang tertera di layar ponsel, yaitu Penggila Susu Cokelat. Inshira tidak terlalu memikirkan nama folder tersebut, tetapi itu informasi baru jika ternyata dirinya sangat menyukai susu cokelat.
Perhatiannya beralih meng-klik salah satu foto, kemudian ibu jarinya menggeser layar ponsel Julio untuk melihat foto yang ada satu per satu. Dari yang matanya lihat, folder ini dipenuhi kebersamaannya dengan Julio yang mengaku sebagai kakaknya. Inshira menghentikan gerakan ibu jari pada layar ponsel milik Julio ketika melihat satu foto. Di foto itu terlihat dirinya masih sangat kecil karena mengenakan seragam putih merah dan Julio mengenakan seragam putih biru ditambah dua orang tua yang berdiri di samping mereka. Inshira dan Julio sama-sama memegang rapor. Inshira tidak melihat raut kesenangan di wajah anak laki-laki berseragam putih biru, melainkan anak itu memperlihatkan raut kesal.
Inshira mengangkat kepalanya menoleh pada Julio dan Neisha bergantian. Dia tidak menemukan laki-laki paruh baya yang ada di foto di sini. Saat hendak membuka mulut untuk bertanya, Neisha lebih dulu bertanya, "A, udah semua?"
"Udah, Mah," jawab Julio menutup resleting tas.
Inshira mengurungkan niatnya untuk bertanya. Sepertinya lebih baik jika ditanyakan nanti saja, pikirnya.
Sebelum keluar ruang rawat, Inshira memberikan ponsel itu pada pemiliknya. Kemudian mereka berjalan beriringan keluar ruang rawat dengan Julio yang membawa barang. Di depan rumah sakit seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan satu unit mobil, dan menyapa Inshira, "Tos raoseun, Neng?" (Udah enakan, Neng?)
Inshira hanya mengangguk seraya tersenyum kikuk. Wajah laki-laki ini berbeda dengan yang dilihatnya di foto tadi. Bukan dia, batin Inshira.
Beliau membukakan pintu mobil untuk Inshira dan Neisha. Setelah keduanya masuk, laki-laki paruh baya itu berlari kecil membuka bagasi belakang mobil untuk menyimpan barang yang dibawa Julio, kemudian mereka menyusul masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, Inshira duduk tegak dan melihat ke arah jendela.
***
Julio membukakan pitu mobil ketika mereka sampai di depan rumah. Dia mengambil barang di bagasi dan menyimpannya di depan pintu. Julio dan sang mamah mengucapkan terima kasih kepada laki-laki paruh baya itu. Selain mau membiayai Inshira, beliau juga menawarkan bantuan untuk mengantar Ishira pulang dan memastikan mereka baik-baik saja. "Tidak apa-apa. Ini sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban saya," ujarnya, "semoga putri Ibu segera sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...