Setelah keluar dari kafe, tanpa basa-basi, Adami meminta Inshira pergi dengannya sesuai janji kemarin. Adami membawa Inshira menyusuri jalanan kota Bandung. Tidak ada percakapan di antara mereka selama perjalanan kali ini. Adami sibuk dengan jalanan di depannya, sedangkan Inshira sibuk menebak ke mana laki-laki ini akan membawanya.
Lima belas menit berlalu begitu saja. Kuda besi yang dibawa Adami memasuki daerah yang sangat cantik. Di sisi kanan dan kiri yang mereka lewati terdapat pohon yang berdiri tegak setiap satu meter. Daun rimbunnya menutupi langit dari sinar matahari yang menyelinap di sela-sela daun. Di belakang pohon sebelah kanan terdapat hamparan bunga berwarna merah mudah, sedangkan di sebelah kiri adalah hamparan bunga berwarna ungu yang memanjakan mata. Ditambah cicit burung yang menamani perjalanan mereka.
Inshira tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan yang dia lihat, kemudian dia menyalakan ponselnya untuk mengambil video singkat. Inshira bisa saja mengajak Adami untuk berhenti sejenak untuk berfoto, tetapi dia memilih untuk memintanya ketika mereka akan pulang nanti. Gadis ini tidak tahu dia sedang berada di mana, tetapi dia sangat menikmati pemandangan yang sangat memukau.
Inshira menoleh ke belakang sebentar, tetapi dia tidak menemukan siapapun selain mereka berdua. Seharusnya tempat indah seperti ini banyak diketahui orang-orang, bukan? Atau mungkin ini tempat baru, sehingga belum banyak diketahui orang lain.
"Adami, kita mau ke mana? Masih jauh?" Inshira membuka suara menyita keheningan dia antara mereka.
"Sebentar lagi," jawab Adami singkat.
Mendapat jawaban yang singkat membuat Inshira cukup was-was. Isi kepalanya mulai menebak-nebak kembali ke mana mereka akan pergi. Sejak awal Adami tidak menyebutkan tempat tujuan mereka, dan Inshira lupa menanyakannya.
"Kamu nggak bakal nyulik aku, kan?" tanyanya mulai tidak tenang.
"Lo baru sadar mau gue culik? Tujuan gue bawa lo ke sini emang itu," balas Adami seraya tertawa kecil."
"Adami, serius! Jangan bercanda, ah. Aku takut." Inshira menepuk pundak kanan Adami cukup keras sampai laki-laki itu sedikit mengaduh.
"Gue serius. Lo nggak lihat mobil di depan? Mobil itu bakal bawa lo."
Inshira yang dari awal tidak memperhatikan apa yang ada di depan, kini menoleh ke depan dan menemukan mobil berwarna hitam sedang melaju ke arah mereka. Seketika jantungnya berdegup lebih cepat.
"Adami berhenti! Aku mau turun, aku mau pulang," pintanya tergesa-gesa. Matanya terus melihat ke depan memperhatikan mobil yang semakin mendekat.
"Nggak, ya, enak aja mau pulang," bantah Adami tetap melajukan kuda besinya mengindahkan permintaan Inshira.
"Berhenti atau aku loncat?" ancam Inshira. Tangannya mengcengkram bagian belakang jaket yang dikenakan Adami.
"Oke, oke. Gue berhenti," balas Adami menghentikan kuda besinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...