FCCT 26

24 5 0
                                    

Sang surya menyapa bumi dengan kehangatan senyumnya diikuti kicau burung yang tidak mau kalah untuk menyambut hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang surya menyapa bumi dengan kehangatan senyumnya diikuti kicau burung yang tidak mau kalah untuk menyambut hari. Seorang gadis berdiri di depan kaca sembari merapikan baju yang sudah menempel di badannya. Dia mengambil salah satu bandana berwarna biru muda dengan motif polkadot. Senyum di bibirnya terlihat ketika bandana itu terpasang dengan sempurna di kelapanya. Bandana tersebut menambah kesan manis pada dirinya.

Jam dinding di kamarnya kini menunjukkan pukul 09.25 menit. Dia keluar dari kamar dan tidak menemukan siapapu di ruang keluarga maupun dapur. Dia mendengus sebal kemudian berjalan ke depan salah satu kamar. Tangannya mengetuk pintu itu berkali-kali, tetapi tidak mendapat jawaban.

"A, udah bangun belum, sih?" Inshira meninggikan suaranya sambil terus mengetuk pintu.

"Masuk aja, nggak dikunci, kok," balasnya dari dalam.

Inshira membuka pintu pelan, ini kali pertama masuk ke kamar Julio setelah kecelakaan. Dindingnya berwarna krem, kamar ini terasa lebih luas karena tidak terlalu banyak barang-barang besar di dalamnya. Hannya terdapat lemari baju, meja kecil, kursi, dan beberapa tas yang dibiarkan tergelak begitu saja.

"Kamu mau ke mana udah rapi aja?" tanya Julio dengan muka bantal yang terlihat masih mengantuk.

"Kan mau nganterin beli buku, semalem aku udah bilang. Ayo bangun! Mandi!"

"Sepuluh menit lagi, gimana? Aa semalem susah tidur." Julio kembali membaringkan badannya di tempat tidur.

"Nggak bisa kayak gitu, dong. Ini udah hampir setengah sepuluh, A. Kalo Mamah nggak kerja pasti di marahin. Ayo buruan bangun, Aa mandinya suka lama kayak ternak . Gramedia jam sepuluh udah buka," omel Inshira mengguncang tubuh Julio agar kakaknya terganggu dan tidak melanjutkan episode tidurnya.

"Ini tuh yang mau beli buku siapa, sih? Perasaan, Aa, deh. Kok kamu yang semangat?"

"Ya ... siapa tahu aku bakal dibeliin nanti." Inshira memperlihatkan jajaran gigi putihnya.

"Haduh, pingsan aja kalo gitu." Julio memejamkan matanya menggoda sang adik.

"A, cepet, ih. Siang ini aku ada janji sama Adami," rengek Inshira.

"Mau ngapain?" tanya Julio seraya bangun dari tempat tidur.

Adami ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan. Kemarin sebenarnya Julio tidak akan mengizinkan Inshira untuk pulang bersama Adami, dia bersedia menunggu adiknya hingga selesai latihan. Namun, karena Inshira memaksa agar dirinya tidak perlu menjemput dengan alasan Adami juga akan mengantarnya pulang sekaligus melihat kondisi laptop, mau tidak mau Julio mengizinkan Inshira pulang bersama laki-laki itu.

Bukan tidak percaya, Julio hanya takut Adami terlalu memaksakan Inshira untuk segera sembuh dan mengingat kembali agar bisa melanjutkan ceritanya yang sekarang sedang terbengkalai tidak tersentuh sama sekali.

***

Lampu merah menyala di tepi trotoar. Beberapa kendaraan berbaris rapi menunggu lampu itu berubah menjadi warna hijau. Begitupula Julio yang menghentikan kuda besinya di salah satu sisi dekat trotoar. Selepas mendengar Inshira akan pergi bersama Adami, Julio tidak langsung pergi ke kamar mandi, melainkan menginterogasi sang adik dengan tujuan kepergiannya nanti bersama Adami. Sayangnya, Julio tidak mendapatkan jawaban yang pasti ke mana mereka akan pergi.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang