Inshira merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Namun, matanya tidak terpejam. Dia baru saja mandi dan mengganti baju setelah tiga jam berkutat di depan laptop untuk melanjutkan cerita yang sudah satu bulan lalu tidak disentuh.
Tangannya terulur meraih ponsel di nakas dan layar ponselnya sudah dipenuhi notifikasi dari platform yang dijadikan tempatnya menulis. Bab cerita baru itu langsung ramai dikomentari pembaca. Inshira hanya menanggapi dan membalas beberapa komentar yang masuk, sisanya hanya dia baca.
im_ada Ada yang baru dapet hidayah, nih, kayaknya. Gue kira nggak bakal update dalam waktu dekat, tapi bagus, deh, sering-sering update lo.
Komentar dari akun tersebut kembali muncul. Inshira baru menyadari jika nama akun tersebut kebalikan dari nama Adami. Dia langsung bangkit dan duduk di meja belajarnya lalu mencari buku yang sering digunakan untuk menulis semua hal mengenai ceritanya. Buku itu berwarna krem dengan kepala beruang di cover-nya.
Buku itu biasanya ada di dalam laci meja belajar, tetapi kali ini Inshira tidak menemukannya. Dia bergeser ke rak buku yang berdiri di samping meja belajar. Namun, buku itu tetap tidak ada. Dia berjongkok sampai tengkurap memeriksa sela-sela lemari dan kasur. Siapa tahu buku itu tidak sengaja tersenggol dan jatuh. Inshira juga sempat memeriksa tas sekolahnya, tetapi nihil. Buku yang dicari tidak berhasil ditemukan.
"Maaah!" teriak Inshira yang keluar kamar memanggil sekaligus mencari keberadaan sang mamah.
"Kah?" sahut sang mama yang berdiri di meja makan menata makan malam.
"Buku aku yang warna krem ada gambar beruangnya di mana?"
"Kok nanyain buku kamu ke Mamah? Ya mana Mamah tau. Carinya yang bener terus jangan sambil panik," Beliau menatap Inshira sebentar kemudian melanjutkan aktivitas sebelumnya.
"Iya, barusan udah dicari nggak ada. Siapa tahu Mamah pas beberes liat."
"Mamah nggak nemu harta karun berharga dari kamar kamu."
Inshira mendekati beliau dan mengguncang tubuhnya meminta tolong untuk mencarikan buku miliknya. "Kalo Mamah yang nyari biasanya ketemu. Kan, bisa pake jurus the power of mak-emak. Ayo atuh Maaah, bantuin," Inshira merajuk.
"Kalo gitu kamu harus jadi mak-emak dulu," goda sang mamah disertai seringai yang menyebalkan.
"Nggak dulu. Aku masih mau jadi anak muda bisa membanggakan nusa bangsa, agama, negara, dan orang tua dengan prestasi yang aku punya," ujarnya hiperbola.
"Amin," sahutnya setelah melihat makanan berbaris rapi di meja makan, "yaudah, password-nya mana?"
"Mamah Neisha yang masakannya paling enak sedunia akhirat, tolong bantuin nyari buku dooong." Inshira melontarkan kalimat tersebut dengan raut memohon yang dibuat semenggemaskan mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...