Semalam Naswa mengajaknya lari pagi. Tentu saja Inshira menyetujui karena dia tahu niat terselubung sahabatnya, yaitu membeli mi ayam dekat rumah. Agenda lari pagi kali ini akan ditemani Julio yang rutin setiap minggu melakukannya.
Jika kemarin Inshira bangun agak siang, hari ini dia memasang alarm pukul 06.00, 06.05, 06.10, dan 06.15, agar dirinya tidak ditinggalkan oleh Julio dan Naswa setelah berjanji akan menemani Naswa lari pagi. Sayangnya, alarm itu tidak mempan di telinga Inshira, justru teriakan dan rengekan Naswa yang berhasil membuat Inshira bangun.
Mereka lari pagi di sekitar kawasan rumah Inshira. Awalnya mereka memang berlari beriringan sambil mengobrol dan tertawa, tetapi setelah dua puluh limat menit, Inshira merasa kakinya mulai pegal. Efek jarang olahraga selain melakukannya saat mata pelajaran tersebut di sekolah. Akhirnya dia dan Naswa membiarkan Julio untuk melanjutkan kegiatannya dan mereka akan menunggu di sini.
Di depan mereka ada lapangan basket yang sedang dipakai beberapa orang, sedangkan di seberangnya, tepat di belakang Inshira dan Naswa berdiri adalah lapangan futsal yang juga sedang dipakai. Dua lapangan yang mereka datangi untuk lari ini berada di ujung perumahan yang Inshira tinggali, dan dipisahkan oleh dua jalan. Mereka duduk pinggiran trotoar sambil memperhatikan beberapa orang yang main basket. Inshira masih berusaha mengatur napasnya sambil memijat bagian kakinya yang terasa pegal.
Inshira terkejut ketika sesuatu yang dingin mengenai pipi kirinya. Sontak Inshira menoleh dan mendapati Adami yang memperlihatkan jajaran gigi putihnya. Kali ini bukan sekotak susu cokelat, melainkan satu botol minuman isotonik yang ditempelkan di pipi Inshira.
"Nih," Adami memberikan satu botol itu kepada gadis di sampingnya dan satu botol lagi kepada Naswa.
"Makasih," ucap Inshira menerimanya dengan ekpresi datar.
"Adami, kamu baik banget, sih. Makasih, ya," ucap Naswa antusias diiringi senyuman, kemudian dia membuka tutup botol dan meneguknya tanpa ragu, "seger banget." Dia memejamkan mata merasakan dinginnya air yang turun ke kerongkongan.
"Ya seger, orang itu dingin. Kalo panas beda cerita," timpal Adami.
"Kok kamu ada di sini? Rumahmu daerah sini?" Pertanyaan Naswa mewakili rasa penasaran Inshira yang diam-diam bertanya pada diriya sendiri.
"Gue lagi nemenin temen yang lagi nyari temennya di daerah sini. Kebetulan ketemu kalian di sini. Jadi gue samperin," terangnya.
Sekeras apa pun Inshira berusaha menghindari Adami, sebanyak itu juga cara semesta mempertemukan mereka di titik yang sama. Tujuan kedatangan Adami benar-benar di dukung oleh keadaan.
"Lo semalem kenapa nggak nulis?" tanya Adami.
"Kok kamu tahu kalo Ciya nulis cerita?" sebelum Inshira menjawab pertanyaan Adami, Naswa melontarkan pertanyaan pada laki-laki tersebut.
Tahu dong, orang gue tokoh utama yang dia tulis. Ingin sekali Adami menjawab seperti itu, tetapi dia urungkan. "Kita sempet ngobrolin ceritanya yang di kelas waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Character Come True [COMPLETED]
Teen FictionJika sebagian pembaca dan penulis mengharapkan tokoh fiksi menjadi nyata, tapi tidak dengan Inshira. Saat hal itu terjadi padanya, justru dia menolak kenyataan tersebut karena kedatangan si tokoh fiksi, Adami, mengusik ketenangan hidupnya. Di sisi l...