Sinar mentari yang sangat terik membuat sensasi panas di kulit lembab milik seorang gadis bermata coklat. Gadis itu sedari tadi hanya memutari tempat itu. Ia sendiri juga bingung, kenapa sedari tadi yang ia temui tempat ini saja? Apakah dirinya tersesat?
"Ah anjing kenapa dari tadi gue muter kesini mulu sih. Mana disini ga ada sinyal lagi." Ucap gadis itu seraya menggoyang-goyangkan handphone nya di hadapannya.
Disinilah Zeyra berada. Di hutan lebat yang penuh dengan pepohonan serta suara-suara tonggeret yang riuh seperti alunan lagu khas Hutan rimba. Gadis tersebut yang tadinya ingin berjalan-jalan pagi menikmati udara yang sejuk tapi akhirnya tersesat sendirian tanpa teman.
"Aih gimana ni ga ada sinyal pula. Nanti kalo gue ga ngabarin lagi kaya waktu itu nanti pada panik semua sama gue," Zeyra berpikir keras bagaimana supaya ia bisa menghubungi kerabat-kerabatnya agar mereka tidak panik seperti ia menghilang beberapa waktu lalu. Tapi sayangnya tuhan sedang tidak berpihak padanya. Sudah beberapa jam Zeyra berdiam di bawah pohon besar, sampai sekarang pun masih belum ada sinyal yang menyangkut di ponselnya. Ia memutuskan untuk melajukan motornya sekali lagi.
Zeyra kembali mengendarai motornya menuju jalan-jalan yang ada. Sekarang dihadapannya ada dua jalanan, ia bingung harus memilih yang mana, ia takut jika dirinya tersesat makin dalam.
Zeyra memutuskan untuk mengambil jalan yang kanan, mungkin saja di depan sana nanti ada tanda-tanda kehidupan yang muncul.
Tak membutuhkan waktu lama ia bertemu dengan sebuah sungai yang mengalir dengan santai. Ia berhenti sejenak dan mengambil air bersih dari sungai tersebut lalu ia meminumnya untuk menghilangkan rasa dahaga yang sudah daritadi ia tahan.
"Ahh, seger banget," Zeyra melihat kekanan dan kekiri. Ia melihat sebuah gubug kecil yang berada tak jauh darinya. "Apa gua kesana aja kali ya??" Dirinya bermonolog sendiri.
Dengan perasaan yang sedikit dag-dig-dug ia memberanikan diri untuk memasuki rumah tersebut dengan mengucap salam. Ia terkejut saat ada yang menjawab salamnya. Gadis itu kembali keluar dari dalam sana dan menunggu seseorang keluar dari rumah kecil itu.
"Ekhm, anak kota nyasar??" Pertanyaan itu tepat sasaran sekali. Zeyra menatap orang tersebut dari bawah hingga atas. Zey tersenyum canggung.
"I-iya saya dari kota, tadi saya nyasar kesini. Dan maaf ya tadi langsung masuk gitu aja soalnya saya kira tidak ada orang," Zey menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sedikit heran mengapa orang tersebut tidak menjawabnya melainkan hanya memperhatikannya.
"Saya mau nanya, jalan keluar dari sini dimana ya?" Zeyra yang sedikit tak nyaman di perhatikan seperti itu pun memutuskan untuk bertanya.
"Kamu tidak akan bisa keluar dari sini kecuali," Wanita paruh baya itu menggantungkan kalimatnya yang membuat Zeyra penasaran.
"Kecuali apa nek?" Tanya Zeyra.
"Kecuali kalau ada tiga orang yang menjemput kamu kemari." Jelas wanita itu. Zeyra pun sedikit terkejut. Siapa yang akan menjemputnya? Mereka saja tidak tahu bahwa ia berada disini. Ingin memberi tahu pun percuma karena tidak ada sinyal sedari tadi.
"Tidak ada cara lain selain itu, nek?"
"Ada." Jawabnya singkat.
Zey yang mendengar pun sangat senang, ternyata ada cara untuk kembalinya pulang tanpa harus ada yang menjemputnya. "Apa itu?" Tanya nya lagi.
Nenek-nenek tersebut menunjuk ke salah satu jalan disana. Mata Zeyra pun segera mengikuti arah yang dimaksud oleh lawan bicaranya itu. Kosong?
"Kamu ikuti jalan itu, nanti kamu akan menemuka desa kecil disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeyra And Her Clingy Boy (END)
Novela JuvenilMengandung bahasa kasar🚫 Zeyra Ruby Athalla. Seorang perempuan yang hidupnya tidak pernah bahagia. keluarga yang berantakan, persahabatan yang hancur dan percintaan yang tidak pernah berhasil, membuat dirinya menjadi gadis yang tak peduli sekitar...