Langit sudah menyembunyikan penerang dunia. Tidak ada kehangatan lagi dimalam ini. Yang ada hanyalah hembusan angin yang membuat rambut seorang gadis berterbangan.
Dia Zeyra. Gadis itu sedang keteteran membawa barang-barangnya untuk pindah kerumah barunya. Sekarang ia tidak lagi tinggal bersama Riki, melainkan bersama mama dan abang tirinya. Sebenarnya ia sangat ogah untuk satu atap dengan dua manusia titisan setan itu. Tapi mau tak mau ia harus melakukannya. Karena sekali Cello bilang A ya A, keputusannya tidak bisa di ganggu gugat. Sedangkan papanya, dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang di luar kota untuk bekerja kembali.
Tadinya Celiz menyuruh gadis itu untuk ikut bersamanya di mobil, tapi Zeyra terlalu jijik untuk satu tempat dengan perempuan itu. Akhirnya Zey memutuskan membawa barang-barangnya menggunakan motor kesayangannya.
Sekitar tiga puluh lima menit, gadis itu sampai di tempat tujuannya. Rumah minimalis berlantai dua disertai kolam renang di samping dan teras rumah yang sedikit luas.
"Huftt, banyak banget barang-barang gue." Keluhnya setelah melihat ada sekitar tiga koper di jok belakangnya.
"Ini rumahnya? Bagus sih, tapi kalo isinya manusia itu ni rumah jadi berasa neraka." Zey memutuskan untuk duduk di kursi halaman rumah lalu melihat-lihat tanaman yang ada disana sembari menunggu Celiz dan Rio sampai.
"Nyaman lah Arjuna beta, mimpikan yang indah saja, nanti bila kau buka mata." Bibir ranum itu mengalunkan sebuah lagu yang selalu ada dipikirannya. Ia sengaja menjeda dilirik tersebut. Ia menatap bulan sambil terenyum penuh arti. "Semua tak serupa.." Lanjutnya dengan nada yang memelan.
Senyum itu kian memudar, senyuman manis yang tadinya terpampang jelas dibibirnya, kini hanya ada rautan wajah yang tak bisa dijelaskan.
Helaan napas kasar ia ciptakan. Saat ini suasana hatinya sedang buruk. Sebelumnya pikirannya tidak pernah sekacau ini. Mungkin ia hanya butuh istirahat untuk menghilangkan itu semua.
"Manusia itu mana sih kok gak sampe-sampe, huftt. Kecelakaan kali ya di jalan? Hahaha gue bersyukur banget sih kalo itu terjadi." Zeyra mengucapkan kalimat itu dengan tampang tanpa dosanya. Anak durhaka memang.
Tin tinn
Zeyra menoleh ke asal suara. Ternyata itu si nyai dan anaknya. Mereka dengan santainya keluar dari mobil lalu berjalan menuju pintu untuk membuka kuncinya dan masuk begitu saja tanpa memperdulikan dirinya.
Gadis malang itu dengan telaten membawa koper-kopernya menuju kamar miliknya. Ia sudah tau letak kamarnya, karena sebelumnya Cello sudah memberi taunya.
Sebelum ia menaiki tangga dengan membawa barang nya, gadis itu meregangkan tubuhnya terlebih dahulu. Satu persatu koper ia angkat untuk dibawanya keatas. Memindahkan tiga koper ke lantai atas membuat tenaganya berkurang. Ia berharap manusia-manusia laknat yang tinggal bersamanya itu tidak menyuruhnya untuk melakukan kegiatan apapun lagi.
"Huhh capek juga angkat tiga koper ke atas. Tapi gue kan dari kecil makannya batu batre ABC jadi gak mudah lemah." Setelah berdialog dengan diri sendiri, gadis itu mulai mencari kamarnya yang berada di ujung ruangan.
Saat ia sudah sampai di depan pintu, ia mulai membuka kenop pintu secara perlahan. Terbukalah pintu kamar itu. Kamar yang akan ia tempati sedikit luas. Ada satu jendela disebelah tempat tidurnya, sedangkan di sebelahnya lagi ada balkon yang sedikit luas. Kamarnya memiliki dinding berwarna putih dan ada lampu tumbrl berwarna ungu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeyra And Her Clingy Boy (END)
Fiksi RemajaMengandung bahasa kasar🚫 Zeyra Ruby Athalla. Seorang perempuan yang hidupnya tidak pernah bahagia. keluarga yang berantakan, persahabatan yang hancur dan percintaan yang tidak pernah berhasil, membuat dirinya menjadi gadis yang tak peduli sekitar...