"ANJING MATA GUEE!"
Zeyra terkejut lalu bangun dari pangkuan Raga dan menjauh dari orang itu.
Jivan menutup matanya dengan kedua tangan. Rigel dan Gara yang sedang berebut beng-beng langsung mengalihkan pandangannya kearah Jivan lalu kearah dua sejoli yang ada di sofa.
"Mata lo kenapa??" Tanya Gara. Dirinya merasa bingung. Perasaan tidak ada apa-apa sekarang, kenapa Jivan berteriak seperti itu.
Jivan berbalik badan menatap Gara. Ia membuka tutupan matanya. "Si Raga tadi ci-"
"Ekhmm," suara deheman milik Raga membuat Jivan tak berani untuk berbicara lagi.
"Jivan, mau hadiah ga?" Suara lembut itu menusuk telinga Jivan. Mungkin bagi teman-temannya, Raga akan memberikan suatu hadiah yang Jivan suka. Tapi tidak bagi Jivan. Kata-kata itu bagaikan ancaman untuknya.
Jivan berbalik badan dan menatap Raga kembali. Lelaki itu tersenyum paksa menampilkan giginya kearah ketuanya.
"Hehehe, ngga deh bos." Pria tersebut menggaruk tengkuknya yang tak gatal untuk menghilangkan rasa takutnya.
"Kalo si Jivan gak mau hadiahnya buat gua aja sini." Ujar Rigel dengan wajah polosnya yang sedang mengunyah beng-beng yang ia dapatkan dari rebutan tadi.
"Ogah!" Serkas Raga. Tatapan Raga tajam menatap sahabatnya, Jivan.
"Lwu twadi mawu ngwomong apaaan Van???" Tanya Gara sembari sedikit berteriak dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Kagak jadii, tadi tu gue liat si Raga ngomong kalo dia cinta banget sama Zeyra." Jivan terpaksa berbohong, karena jika ia berkata yang sebenarnya, habis lah dirinya kena amukan singa jantan.
"Alah lebay banget, gitu doang sampe teriak-teriak." Ujar Daka yang berjalan kearah bangku depan tv dengan membawa minuman soda yang ia ambil dari kulkas.
"Udah sihh, gitu aja di ributin." Serkas Jivan.
Sekarang suasana disana mendadak canggung. Tidak ada percakapan diantara Raga dan Zeyra. Kedua nya sama-sama diam dengan memikirkan kejadian tadi.
Badan Zeyra tiba-tiba bergetar. Dada nya terasa sakit, perasaan gelisah menyelimuti hatinya, pusing pun ikut hadir di hiasi dengan pikiran-pikiran yang membuatnya tambah gelisah.
Raga yang menyadari itu langsung bertanya kepada gadisnya. "Zey?? Kamu kenapa?? Muka kamu pucett! Kamu sakit?!!" Pertanyaan itu membuat semua yang ada disana memfokuskan pandangannya pada gadis yang sedang memegangi dadanya dengan napas yang tersengal-sengal.
"ZEYRAA!!" Pekik mereka semua.
Zeyra saat ini bingung ingin melakukan apa. Untuk menjawab pertanyaan teman-temannya pun ia tidak bisa.
"Are you okey?" Tanya Raga. Pria itu memeluk gadisnya guna untuk menenangkannya. Gadis dipelukannya itu diam-diam memgepalkan tangannya untuk meredakan rasa gelisah yang ada.
"Bawa ke kamar sana, suruh dia istirahat,"
Raga pun menuruti perkataan Daka. Ia menggendong kekasihnya ala bridal style.
Setelah sampai di kamar yang ada di markas, ia menurunkan gadis di gendongannya secara perlahan. Membaringkannya lalu menyelimuti gadis itu dengan selimut kain sutra yang sangat lembut dan nyaman jika di gunakan.
Zeyra. Gadis itu tidak tertidur, tetapi ia hanya pura-pura tidur agar semuanya keluar dari ruangan itu. Dan benar saja. Setelah beberapa menit mereka menatap Zeyra langsung saja mereka keluar dari sana. Mereka tidak ingin mengganggu gadis kecil itu.
Perasaan gelisah itu tidak segera hilang. Dan itu membuat gadis dibawah selimut menangis dalam diam. Entah kenapa jika dirinya sudah seperti itu sifat cengengnya keluar. Tiba-tiba overthinking, tiba-tiba insecure dan itu yang membuat dirinya tidak berhenti gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeyra And Her Clingy Boy (END)
Novela JuvenilMengandung bahasa kasar🚫 Zeyra Ruby Athalla. Seorang perempuan yang hidupnya tidak pernah bahagia. keluarga yang berantakan, persahabatan yang hancur dan percintaan yang tidak pernah berhasil, membuat dirinya menjadi gadis yang tak peduli sekitar...