Nyai widuri dan nirmala pagi-pagi sudah keluar diantar pak marno, seperti yang dibicaran nyai widuri tempo hari saat di omah wingit mereka akan menemui seseorang yang bisa dibilang guru spiritual nyai batari.
Langit mulai gelap mereka belum juga sampai ketempat tujuan, rintik hujan mulai turun membuat jalanan yang dilalui semakin sulit kiri kanan sejauh mata memandang hanya pepohonan yang terlihat, jarak satu rumah ke rumah yang lain lumayan jauh tersekat kebon kosong yang dipenuhi tanaman singkong dan pisang.
Penerangan yang masih temaram membuat suasana didesa itu menjadi mencekam, pintu-pintu rumah warga sudah tertutup rapat, tak ada satu wargapun yang masih beraktivitas diluar rumah.
Suasana didesa ini nampak berbeda kesunyian dan keheningannya seolah menyiratkan sesuatu yang gelap yang ditakuti di desa ini.
Mobil semakin jauh masuk kedalam desa, tepat dipersimpangan jalan nampak dua orang lelaki paruh baya berdiri dipinggir jalan seperti memberi tanda dengan senternya.
Nirmala dan nyai widuri turun menghampiri lelaki paruh baya itu yang kemudian disambut dengan hormat(membungkukkan badan) oleh mereka. Sepertinya mereka sudah saling mengenal, bisa jadi ini bukan kali pertama nyai widuri mendatangi desa ini.
“monggo nyai”
Dua lelaki paruh baya tersebut kini memimpin jalan, dijalan setapak ini mereka terus berjalan dengan penerangan lampu senter.Tak ada obrolan diantara mereka hanya terdengar suara serangga pohon yang menambah kengerian di desa ini.
Sampailah mereka disebuah rumah, bisa dibilang itu bukan seperti rumah melainkan gubug yang terbuat dari anyaman bambu, dan lantainya masih tanah. Belum masuk saja bau kemenyan sudah tercium menusuk kehidung.
Seseorang membuka pintu, wanita tua yang usianya mungkin kisaran 60 tahun, terlihat dari rambut dan kulitnya yang masih terawat, namun tebakan nirmala salah wanita itu hampir berusia 100 tahun.
“ngapunten mbok yen kulo mboten sanjang sakderenge”(maaf mbah jika saya tidak bilang sebelumnya)
“yawes orak opo-opo”(yasudah tidak apa-apa)
“nirmala ini mbok nipah, yang tempo hari aku ceritakan padamu”
Nirmala tersenyum ramah ke mbok nipah“ndok awakmu wes yakin???”(nak kamu sudah yakin?)
“yakin nopo geh mbah?”(yakin apa mbah) nirmala kebingungan menjawab pertanyaan mbok nipah.“bocah goblok, opo durung mbok wenehi ngerti bocah iki??”(anak bodoh, apa belum kamu beri tahu anak ini?) mbok nipah membentak kearah nyai widuri
“dereng mbah”(belum mbah) nyai widuri menjawabnya dengan lirih
“nek gendeng kuwi ojo dipek dewe, ojo grusa grusu iki ngono ora gampang, ojo sampek nyowo sing mbok korbanke iki rak ono gunane”(kalo bodoh itu jangan diambil sendiri, jangan grusa grusu ini semua tidak mudah, jangan sampai nyawa yang akan kamu korbankan ini gak berguna)Nyai widuri hanya menunduk mendengar dirinya dicerca mbok nipah
“wes kadung wes kedaden wes rak iso mundur meneh”(sudah terlanjur sudah kejadian sudah gak bisa mundur lagi)Mbok nipah meminta nirmala dan nyai widuri masuk kesebuah ruang kamar yang tidak terlalu besar ukurannya, disana terdapat dipan dan berbagai macam sesajen lengkap dengan bunga kantil ireng.
Sebelumnya mbok nipah meminta nirmala melepas semua pakaiannya, nirmala ragu menatap kearah nyai widuri, nyai widuri hanya memberikan anggukan kepada kepada nirmala.
Dalam keadaan tak berbusana nirmala diminta duduk disebuah kursi, mbok nipah membakar kemenyan, dan mulai komat-kamit seperti sedang membaca mantra , dimulutnya juga seperti sedang mengunyah sesuatu yang sesekali disemburkankan kearah nirmala, tak lupa wajah nirmala juga ikut disembur.
Kebayangkan baunya seperti apa hehehe
Setelahnya mbok nipah menyiram tubuh nirmala dengan air kembang setaman sebanyak tujuh kali dan tak lupa dengan mulut yang masih komat-kamit tentunya.
Ini baru awal, dari serangkaian proses memasang susuk kantil ireng. Nirmala diminta untuk berbaring diatas dipan yang beralaskan daun kelor, tangan dan kaki nirmala diikat dengan tali berwarna putih , tali itu adalah tali pcong gadis yang masih perawan yang meninggalnya belum genap 40 hari.
Mbok nipah memijit kening nirmala yang lama-lama menjadi tekanan yang sangat keras membuat nirmala memekik karena tak dapat menahan rasa sakitnya.
Nirmala merasakan tempurung kepalanya seperti akan pecah bila mbok nipah tak menghentikan apa yang dia lakukan.
Nirmala merasakan ada yang mengalir dari hidungnya, ya darah segar keluar dari hidung nirmala, rasa sakit di kepalanya membuatnya hampir pingsan.
Mbok nipah mengambil sebuah kotak kayu yang didalamnya terdapat bunga kantil ireng yang terbungkus kain kafan, satu persatu bunga kantil itu dimasukkan kedalam tubuh nirmala, dimulai dari ubun-ubun, kening, mata, alis, hidung, bibir dan bagian tubuh nirmala lainnya, hingga kebagian intim nirmala.
Jumlah bunga kantil yang dimasukkan berjumlah 40 bunga. Saat bunga kantil dimasukkan nirmala merasakan kulitnya seperti terbakar, sebagai perumpaan seperti besi panas yang ditusukkan ke daging seperti itulah yang kini nirmala rasakan.
Nirmala terus meronta tapi usahanya sia-sia mbok nipah tak mengasihaninya, bahkan untuk memberi ceda bagi nirmala saja tidak. Bunga kantil yang terakhir seluruhnya dimasukkan kedalam bagian intim nirmala (vagi**) jumlahnya hampir separuh dari jumlah susuk kantil ireng.
Nirmala mengerang menahan sakit yang luar biasa, serasa besi panas menancap di vagi** nirmala. Dosa macam apa yang telah dilakukan nyai batari hingga nirmala harus merasakan sakit seperti ini.
Nirmala sudah tak sadarkan diri seluruh tenaganya terkuras habis.
“mbok nirmala gak kenopo-kenopo kan mbok?”(mbah nirmala gak kenapa-kenapa kan mbah?)
“rak opo-opo jarke bocah iki ning kene sik”(gak apa-apa biarkan anak ini disini dulu)Nyai widuri dan mbok nipah pergi meninggalkan nirmala yang masih terbaring tak sadarkan diri.
“widuri bukane kowe wis dakwenehi ngerti, kanggo mengambik sukma mbakmu lan nguculake mbakmu saka susuk kantil ireng iku ora gampang” (widuri bukankah kamu sudah kuberi tahu, untuk mengambik sukma kakakmu dan melepaskan kakakmu dari susuk kantil hitam itu tidak mudah)
“iya mbok aku ngerti nanging aku kudu slametake mbakku” (iya nek saya tahu tapi saya harus selamatkan kakakku)
“bocah ngeyel, kowe ngerti kan sapa kang lagi kowe adhepi saiki”( bocah ngeyel, kamu tahu kan siapa yang sedang kamu hadapi sekarang)
“singolangu”“demit sing dinikahi mbakmu iku dudu demit kulina, nanging dheweke yaiku rajane demit, salah langkah sathithik nyawa totohane, saiki jorke anak iku disini. anak iku kudu ngerti apa kang kudu dheweke adhepi, sawise satus dina kowe bisa bali menjempute”( demit yang dinikahi mbakmu itu bukan demit biasa ,tapi dia adalah rajanya demit ,salah langkah sedikit nyawa taruhannya, sekarang biarkan anak itu disini. Anak itu harus tahu apa yang harus dia hadapi, setelah seratus hari kamu bisa kembali menjemputnya.)
Nyai widuri kembali kerumah catra bersama pak marno, dan meninggalkan nirmala untuk tinggal bersama mbok nipah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTIL IRENG NIRMALA
HorrorSebelum baca harap follow dulu ya☺️ Tinggalin komentar kamu di setiap part nya🙏 ~~~~~~~ Enjoyed Reading ~~~~~~~ Seorang anak bernama Nirmala, yang hidupnya mengalami ketidakberuntungan. Berawal dari kecelakaan yang membuat ketua orangtua Nirmala m...