Part 16 : Nyatus (seratus hari)

2.3K 188 4
                                    

“mbok, nyai widuri kemana?”
“pulang, sementara waktu kamu tinggal dulu disini”
Nirmala hanya bisa pasrah, nirmala duduk terdiam ingatannya menerawang di saat orang tuanya masih hidup dan disaat nirmala masih tinggal di panti.

“ibu, bapak…nirmala rindu” (menangis)
“urip iku kadhang ora jumbuh apa kang awake dhewe arep-arep, apa kang kedadeyan karo kowe pancen dudu salahmu nanging iki wis dadi ratan takdirmu ana di satu garis karo dheweke kabeh.

Aku tuduhake siji bab kang kudu kowe ngerti”( hidup itu kadang tidak sesuai apa yang kita harapkan, apa yang terjadi sama kamu memang bukan kesalahanmu tapi ini sudah menjadi jalan takdirmu berada disatu garis dengan mereka. aku perlihatkan satu hal yang harus kamu tahu)

Mbok pinah meminta mengusap wajah nirmala, diurutnya kening nirmala perlahan sampai nirmala bisa melihat tragedi dimana dirinya dan kedua orangtuanya mengalami kecelakaan.

Saat itu nirmala dan kedua orangtuanya sedang menaiki sepeda setelah pulang dari pasar karena ayahnya mendapat uang lebih dari bosnya, saat dalam perjalanan kerumah tiba-tiba ada sebuah mobil yang menabrak mereka, mobil itu sangat kencang hingga membuat nirmala dan kedua orangtuanya terpental, nirmala selamat dan orangtuanya meninggal ditempat.

Orang yang berada didalam mobil juga tak kalah parahnya, bagian depan mobil ringsek karena menabrak pohon, namun ada wajah yang tak  asing dari korban yang berada didalam mobil tersebut, wajah anak kecil itu mirip sekali dengan wajah anggun, walaupun sebagian wajahnya tertutupi darah yang mengalir dari kepalanya namun nirmala dapat melihat dengan jelas bahwa anak itu adalah anggun.

Mbok pinah mengusap kembali wajah nirmala, dan disitulah nirmala tersadar dengan apa yang barusan ia lihat, bahwa orangtua anggun yang telah menabrak dirinya dan orangtuanya.

Namun baik nirmala maupun anggun sama-sama kehilangan orangtua mereka, itu sebabnya mengapa setiap kali nirmala melihat wajah anggun nirmala selalu teringat kecelakaan itu.

“kowe wis ngerti saiki, banjur apa kang pengin kowe tindakake karo anak iku”
( kamu sudah tahu sekarang, lalu apa yang ingin  kamu lakukan dengan  anak itu)

“emang aku kudu ngapa mbok” (emang saya harus ngapain mbok)
Mbok nipah tersenyum menyeringai, membuat nirmala yang melihatnya bergidik ngeri

“nirmala kowe ngerti menawa kowe sabenere mung didadekake piranti dening widuri kanggo menebus sukma batari kang wektu iki lagi ditahan dening singolangu?”( nirmala kamu tahu jika kamu sebenarnya hanya dijadikan alat oleh widuri untuk menebus sukma batari yang saat ini sedang ditahan oleh singolangu?)

“kowe iku mung dadi tumbal, ben batari bisa ucul saka singolangu lan susuk kantil ireng”( kamu itu hanya sebagai tumbal, agar batari bisa lepas dari singolangu dan susuk kantil ireng)

Entah harus percaya atau tidak, tapi mengapa mbok nipah mengatakan ini bukankah mbok nipah adalah guru spiritual nyai batari.

“nanging kowe ora usah kuwatir kowe ora kudu ngorbanake awakmu, nanging itupun ora gampang , dadi gantine kowe kudu mepersembahkan satus prawan kanggo singolangu.
Dudu aku ora mengini batari bali nanging saka wiwiting aku wis menehi ngerti marang widuri menawa mengko ana kang gelem dadi penebus dheweke kudu ngerti kang sabenere, nanging widuri ora sanjang ning kowe kang sejujure”

(tapi kamu tidak usah khawatir kamu tidak harus mengorbankan dirimu, tapi itupun tidak mudah , sebagai gantinya kamu harus mempersembahkan seratus gadis  untuk singolangu. Bukannya aku tidak menginginkan batari kembali namun dari awal aku sudah memberi tahu kepada widuri jika nanti ada yang bersedia sebagai penebus dia harus tahu yang sebenarnya, namun widuri tidak mengatakannya padamu yang sejujurnya)

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang