Part 49 : Lanjutan

1.5K 128 1
                                    

“kowe kabeh temen arep budhal esuk iki”( Kalian serius akan berangkat pagi ini)Tanya Dathuk
“luwih cepet luwih apik dathuk, kita arep mampir menyang omah kulawarga catra luwih-luwih dhisik sapa ngerti ana pituduh kanggo kita”( lebih cepat lebih baik dathuk, kami akan mampir ke rumah keluarga catra terlebih dahulu siapa tahu ada petunjuk untuk kami) Ucap Jaeda
“rahayu apa kowe melu karo dheweke kabeh?”( rahayu apa kamu ikut dengan mereka semua?)
“ora dathuk jorke mbak ayuk disini wae , mbak ayuk wis cukup menderita amarga ibuk”( tidak dathuk biarkan mbak ayuk disini saja , mbak ayuk sudah cukup menderita karena ibuk)
“nanging jaeda”( tapi Jaeda)
“wis lah mbak jaeda ora gelem mbak ayuk arep terluka mengkone, mbak ayuk cukup doakan kita”( sudahlah mbak Jaeda gak mau mbak ayuk akan terluka nantinya, mbak ayuk cukup doakan kami)
“baiklah jaeda, kowe kabeh kabehing ati-ati aja nganti lengah tetep waspada lan padha-padha njaga”( baiklah Jaeda, kalian semua hati-hati jangan sampai lengah tetap waspada dan saling menjaga)
“jaeda bawalah iki bareng kowe kabeh pigunakake keris iki saapik mungkin”( Jaeda bawalah ini bersama kalian gunakan keris ini sebaik mungkin)
“kami pamit dathuk” Ucap Bara yang diikuti Jaeda dan Kanthi

Disepanjang perjalanan Kanthi hanya tertunduk diam tanpa mengucapakan sepatah katapun, saat diajak bicarapun taka da respon apapun dari Kanthi.
“Kanthi” Panggil Bara
“Kanthi, heyyy” Panggil Bara kembali
“Eh iya, ada apa?”
“Kamu melamun?”
“Kamu kenapa Kanthi?” Tanya Jaeda khawatir
“Emmm anu Jaeda, aku merasakan firasat yang tidak baik. Saya takut terjadi hal buruk sama kita”
“Kita berdo saja semoga niat baik kita bisa membawa kebaikan juga” Bara mencoba menenangkan
“Kanthi aku aku berjanji kamu akan kembali dengan selamat” Mendengar ucapan Jaeda memudarkan sedikit keraguan di hati Kanthi walaupun masih ada satu hal terasa mengganjal yang tak bisa ia jelaskan. Kanthi, Jaeda dan Bara melanjutkan perjalanan menuju rumah Keluarga Catra. Setibanya dirumah Keluarga Catra berdiri seorang perempuan dengan tas ransel dipunggungnya menatap kearah rumah.
“Permisi, mbaknya ini siapa ya?” Sapa Bara seramah mungkin, namun wanita itu tak menjawab sapaan Bara malah pergi begitu saja.
“Eh mbak kok pergi?” Kanthi mencoba menahan wanita itu
“Mbak, maaf jangan pergi dulu. Saya bisa bantu kamu” Ucap Kanthi dan wanita itu seketika menghentikan langkahnya dan menoleh ke tempat Kanthi berdiri.

“aeee auuuu aik’innnnn” ucap wanita itu, Kanthi mengerutkan dahi mendengarkan ucapan wanita itu.
“Maaf saya tidak mengerti maksud ucapanmu”
“aaauuu itaaaa longgg eeee aaasss nnn aaauuuu” wanita itu menangis, namun Kanthi masih bingung dan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan wanita itu.

Jaeda dan Bara mencoba mendekat ke tempat Kanthi dan wanita itu.
“Nama kamu siapa?” Tanya Jaeda
“Auuuu ayanggggg”
“namamu ayang?” Tanya Bara
“Uannnn ayanggg, ayanggg-ngggg”
“Iya ayang kan?” Jelas Bara
“Uannnnn”
“Uang??”
“Sudah, kamu tulis saja apa yang kamu katakana di buku ini” Jaeda menyerahkan buku miliknya

Wanita itu menuliskan namanya adalah Mayang, dia minta tolong agar dilepaskan dari jerat yang selama ini membuat hidupnya tidak tenang. Teman-temannya menjadi korban tumbal Nirmala setiap malam teman-temannya selalu datang untuk meminta tolong. Dan alasan mengapa dirinya saat ini tidak bisa berbicara adalah Nirmala telah memotong lidahnya sebagai ganti nyawanya.

“Atas nama ibukku aku meminta maaf kepadamu dan ketiga temanmu” Ucap Jaeda
“AUUUUU AAAKKK IAAAAA” ucap Mayang sembari menatap tajam kearah Jaeda. Hampir saja Mayang melampiaskan marahnya kepada Jaeda, namun Kanthi segera menarik tubuh Mayang.
“Sudahlah Mayang, gak ada gunanya kamu melampiaskan amarahmu pada Jaeda dia tidak bersalah”
“Tak apa Mayang, jika dengan memukulku bisa membuatmu sedikit lega lakukanlah meski itu tak bisa mengembalikan nyawa teman-temanmu” ucap Jaeda kepada Mayang
“iiiiuuuu uaaahhhh ikinnnnn auuu aaattttt”
“Sudah-sudah lebih baik kita bersama-sama menyelesaikan semua ini” Ucap Bara
“Kamu mau kan membantu kami Mayang?” Tanya Jaeda
Tak ada jawaban dari Mayang, namun taka da penolakan juga dari Mayang. Jaeda dan yang lain memasuki rumah itu.

“Kanthi dimana kamarnya?” Tanya Bara
“Disebelah sana” Kanthi menuju kamar Nirmala, dan diikuti dengan yang lain.
Nyali mereka ciut saat memasuki kamar Nirmala, entah mengapa aura dalam kamar Nirmala terasa berbeda belum lagi bau bangkai yang sangat menyengat. Namun mereka harus menemukan dimana kotak itu berada.
Kanthi merasakan ada yang tengah mengawasi didalam kamar ini, mereka tak hanya berempat tapi ada yang lain di kamar ini.
“Kanthi, jangan lengah cepat cari kotak itu agar kita bisa segera pergi dari kamar ini” Teriak Bara

Setelah hampir satu jam mencari akhirnya Mayang berhasil menemukan kotak itu.
“iiiii” Teriak Mayang sembari menunjukkan kotak itu
Bara segera menarik Kanthi keluar dari rumah itu, Kanthi merasakan sesak didadanya dan bayangan perempuan menari berputar diotaknya.
“Kanthi, kanthi lawan kanthi” Teriak Jaeda. Bara mencoba merapalkan doa-doa untuk menyadarkan Kanthi. Perlahan-lahan kesadaran Kanthi mulai kembali.

Mayang menyerahkan kotak itu kepada Jaeda, namun Bara melihat senyum aneh dari bibir Mayang. Tak ingin berprasangka buruk Bara mencoba mengaihkan perhatiannya dari Mayang. Bara menghampiri Kanthi yang masih terduduk lemas.
“Apa kamu masih sanggup?” Tanya Bara, yang diikuti anggukan kepada oleh Kanthi.
“Tapi kalua kamu gak kuat kamu bisa kembali kerumah dathuk sebelum kita masuk kehutan” ucap Jaeda
“Tenang Jaeda aku sudah pernah mengalami ini sebelumnya”.
“iaaa eeiii aaannnggg” Mayang berjalan meninggalkan yang lain.

“Sebelum sorop datang, harus sampai digubug tengah hutan yang dathuk ceritakan setidaknya kita bisa menginap disana dan melanjutkan perjalanan besok pagi” Ucap Bara yang disetujui oleh semuanya.
“Aku tahu gubug itu, letaknya tidak jauh dari sini” Ucap Kanthi

Mereka berjalan mengikuti arah yang Kanthi tunjukkan, benar saja gubug itu tidak terlalu jauh dari tempat mereka datang. Bara masuk terlebih dahulu untuk memastikan gubug itu aman. Gubug itu hanya terdiri dari satu ruangan sehingga mereka berbagi tempat untuk beristirahat.

Saat tengah malam mereka dikagetkan dengan suara ketukan pintu dari arah luar.
“Bara, mana mungkin ada tamu ditempat seperti ini” Ucap Jaeda dengan nada gemetar
“Biar aku periksa kalian diam disini”

Bara membuka pintu, dan terlihat seseorang dengan wajah pucat tengah berdiri di depan Bara.
“Maaf jika kehadiran saya mengganggu, bolehkah saya ikut menginap disini?” Tanya pria itu
Aroma tubuh pria itu seperti aroma minyak kasturi, dan itu membuat Bara yakin bahwa pria ini bukanlah manusia. Namun Bara tak merasakan aura negative dari pria itu sehingga Bara membiarkan pria itu masuk kedalam gubug.

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang