Part 35 : Mati Suri

1.7K 158 0
                                    

Kematian Martono membuat semua warga di desa itu menjadi was-was , hanya tinggal menunggu giliran. Belum lagi apa yang menimpa Mira gadis remaja yang hanya bisa berbaring diksur dengan luka nanah dan borok disekujur tubuhnya.Belum lagi kejadian –kejadian aneh lainnya. Para warga dan pak RT berkumpul dibalai pertemuan untuk membicarakan masalah genting ini yang terus memakan korban.
“Wes pak bakar wae omahe”(Sudah pak bakar saja rumahnya) celetuk mitro
“Iyo aku setuju”(hampir semua warga  serempak)
“Opo awakmu kabeh rak iling bencana iki diwiwiti soko kematiane Nirmala?(Apa kalian semua tidak ingat bencana ini diawali dari kematian Nirmala)
Semua terdiam mendengar penuturan pak RT, taka da yang berani berkomentar. Mereka menyesali kegegabahan yang mereka lakukan dengan membakar Nirmala hidu-hidup.

“Aku ngerti carane”(Aku tau caranya) ucap seorang pemuda yang baru datang dengan tas ransel dipunggungnya tubuhnya dibalut jaket dengan wajah menunduk, suara pemuda itu sangat dingin dan datar.
“Awakmu sopo, mas?”(Kamu siapa mas)tanya pak RT. Semua orang yang sedang berkumpul dibalai pertemuan menoleh kearah pemuda tersebut.
“Pras” ucap pemuda itu menyebutkan namanya, yang sontak membuat semua warga kaget mendengarnya. Pras adalah salah satu pemuda yang terkena susuk kantil ireng Nirmala, namun mereka tahu bahwa Pras sudah meninggal bahkan beberapa warga yang ada dibalai pertemuan yang ikut andil dalam proses pemakaman pras. Lalu bagaimana bisa pras ada disini sekarang.

Hening, itulah yang terjadi sekarang. Beberapa warga merasakan tubuhnya merinding saat menatap wajah pras yang pucat seperti mayit namun bau tubuh pras seperti bau minyak kasturi.
“Pras??? Kok iso awakmu u-“(Pras?? Kok bisa kamu hi-) ucapan pak RT tercekat saat tangan pras memberi isyarat untuk berhenti.
“Pagerano deso iki ambek pring kuning”(Pageri desa ini dengan bambu kuning) setelah mengucapkan itu pras pergi begitu saja.
“Sesok podo karo wektu iki aku teko maneh”(Besok seperti waktu sekarang aku datang lagi). Semua yang hadir disana hanya melongo tak percaya, orang yang jelas-jelas sudah mati bisa hidup lagi.

Keesokan harinya pak RT dan semua warga beramai-ramai menanami desa mereka dengan bamboo kuning sesuai dengan apa yang diminta oleh pras.Tak ayal kehadiran pras secara tiba-tiba dan misterius menjadi perbincangan warga.
“Koki so lo kang uwong sing wes mati iso urip maneh?”(Kok bisa sih mas orang yang sudah mati bisa hidup lagi?)
“Awakmu pernah kerungu istilah mati suri?”(Kamu pernah mendengar istilah mati suri?)
“Sak retiku ya kang, yen mati suri kan yen mayite durung dipendem, lha iki aku dewe melok mendemke mayite pras”(Setahuku ya mas, jika mati suri kan jika mayatnya belum dikubur, lha ini aku sendiri yang ikut menguburkan mayatnya pras)
“wes ngene wae kanggo mastikke mengko awake dewe maring kuburane pras”(yasudah begini saja untuk memastikan nanti kita semua pergi ke kuburannya pras)

Pak putra, Hasan dan Mitro pergi ke makam Pras untuk menghilangkan rasa penasan mereka. Apa benar pras hidup lagi. Sesampainya dimakam taka da yang ganjil dengan makam pras, semua masih baik-baik saja taka da bekas galian ataupun tanda-tanda kehidupan kan emang pras udah mati.
“Rak onok opo-opo kang, kuburane ijeh utoh”(Gak ada apa-apa mas, kuburannya masih utuh) Ucap putra
“kepriye yen dibongkar wae”(Bagaimana kalau dibongkar saja) celetuk cotro
“Cocote nak ngomong enteng banget”(Mulutnya kalau ngomong enteng banget)
“Nanging aku setuju usulane kang Mitro , ben iso mastikke yen mayite Pras orak ono sing nyolong”(Tapi aku setuju usulane mas Mitro, biar bisa memastikan jika mayatnya pras gak ada yang mencuri) ucap putra

Akhirnya Hasan hanya bisa pasrah mengikuti ide gila Mitro dan putra. Mereka bertiga bersama-sama membongkar makam pras, namun mereka bertiga melihat dengan mata kepala mereka sendiri jenazah pras masih tertidur pulas disana.

Di balai pertemuan pak RT dan warga lainnya berkumpul menunggu kehadiran pras. Benar saja diwaktu yang sama pras datang menemui mereka tanpa arah yang tak diketahui oleh siapapun, tak ada sepatah katapun yang pras ucapkan dia hanya tersenyum, senyum yang sangat mengerikan dengan tatapan dingin dan wajah pucatnya. Senyuman itu seperti ditujukan untuk putra, hasan dan mitro seakan Pras tau apa yang sudah mereka lakukan. Setelahnya pras pergi begitu saja.

Setelah beberapa bulan dari datangnya kembali pras didesa itu, desa itu kembali tenang tak ada lagi terror dari Nirmala. Dan taka da lagi orang yang berani ataupun penasaran dengan rumah Catra lagi, lebih baik tidak mengusik dari pada apa yang sudah tenang kembali mengguncang.

Semua warga kembali beraktifitas seperti biasanya, dan mereka semua tak lagi membahas soal Nirmala. Mereka sepakat untuk tak lagi membuka cerita kelam itu. Saat seorang wanita, berparas cantik menyapa ramah kearah beberapa orang yang sedang duduk menikmati kopi di warung Bu Nah. Bak disambar petir disiang bolong wanita itu adalah seseorang yang mereka semua kenal.

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang