Part 10 : Omah Keluarga Catra

2.8K 207 2
                                    

Nirmala tiba di rumah yang sangat mewah, rumah bernuansa jawa belanda, rumah yang sama dengan rumah yang pernah nirmala datangi dalam mimpi.

Apa yang dikatakan nyai widuri dalam mimpi nirmala benar adanya bahwa rumah ini akan menjadi tempat tinggal bagi nirmala.

“sakdurunge mlebu omah, awakmu wajib mangan kembang kantil sing mbok gowo, iku salah siji syarat sing paling dasar yen arep dadi anggota keluarga catra”.(sebelum masuk rumah, kamu harus makan bunga kantil yang kamu bawa, itu salah satu syarat yang paling dasar untuk jadi anggota keluarga catra).

“ta-tapi”.
“awakmu wes paham kan yen aku ora seneng dibantah!!!”. (kamu sudah tahu kan jika saya tidak suka dibantah).

Nyai widuri berbicara dengan suara lantang serta tatapan matanya tampak tegas. Nirmala menuruti apa yang diperintahkan nyai widuri , satu persatu bunga kantil ireng nirmala masukan mulutnya, ia kunyah bunga kantil itu dengan perlahan.

Tidak terlalu buruk bunga kantil itu terasa hambar hanya saja baunya yang wangi sesekali membuat nirmala mual. Dengan susah payah nirmala menghabiskan bunga kantil itu.

“saiki aku bakal dudohke ning awakmu bagian-bagian soko omah iki, oleh lan sing ora oleh mbok ambah, yen awakmu nganti ngelanggar ono hukumane lan kui ora gampang, iso wae nyowomu”.(sekarang aku akan nunjukin ke kamu bagian-bagian dari rumah ini, yang boleh dan yang tidak boleh kamu datangi, jika kamu melanggar aka nada hukumannya dan itu gak mudah, bisa saja nyawamu).

“saben bagian soko omah iki ono  abdi daleme masing-masing”.(setiap bagian rumah ini sudah ada pelayannya masing-masing).

“omah iki dibagi dadi wolu, sing kapisan EMPERAN, emperan bebas dilewati sopo wae ora ono batesane, sing keloro PENDOPO, awakmu weroh pendopo sing nang kunu???

Ojo nganti pisan-pisan awakmu duweni niatan nyedaki pendopo kuwi, pendopo kuwi panggonan sing ora angger wong iso mlebu, sing ketelu PRINGITAN, sing dienggo kanjeng ratu nompo tamu, sing kepapat OMAH NJERO, keluarga catra bakal ngumpul ning kene yen ono acara geden.

Sing kelimo SENTHONG TENGAH , ora ono siji pun wong sing oleh mlebu ning ruangan iki kecuali raden baswara catra lan kanjeng batari catra, sing keenem SENTHONG TENGEN, ruangan iki panggonan para abdi nyepakno panganan, sing kepitu GANDHOK , omah paling mburi”.

(rumah ini terbagi jadi delapan, yang pertama emperan (teras), bebas dilewati siapa saja gak ada batasan, yang kedua pendopo, kamu liat pendopo yang disan?? Jangsn sikali-kali kamu punya niatan mendekati pendopo itu, pendopo itu bukan tempat tiap orang bisa masuk, yang ketiga pringitan(ruang tamu) dipakai untuk kanjeng ratu biasanya menerima tamu, yang keempat omah njero(ruang keluarga), keluarga catra akan berkumpul disini jika ada acara besar.

Yang kelima senthong tengah (kamar utama), gak ada satupun orang yang boleh masuk diruangan ini kecuali raden baswara catra dan kanjeng batari catra, yang keenam senthong tengen(dapur) ruangan ini tempatnya para abdi menyiapkan makanan, yang ketuju gandhok(gudang), rumah paling belakang).

Nirmala mendengarkan dengan seksama penjelasan dari nyai widuri , tapi nyai widuri baru menjelaskan tujuh dan dirumah bagian mana nirmala akan tinggal, juga dimana semua orang mandi dan buang hajat.

Banyak sekali pertanyaan yang sebenarnya ingin nirmala tanyakan , dan satu hal yang mengganjal hati nirmala jika memang kanjeng ratu batari catra yang ingin mengangkat nirmala jadi anaknya mengapa sedari tadi ia tidak menemui nirmala, mengapa bukan is sendiri yang mengajak nirmala berkeliling.

“aku reti opo sing lagi awakmu pikirke, nirmala.Nah iki ruangan sing ke wolu SENTHONG KIWA , awakmu lan abdi dalem sing ono ning omah iki tinggal ning kene termasuk aku.

Awakmu wes tak siapke abdi sing bakal ngancani lan nyepakno kabeh kebutuhanmu”(aku tau apa yang sedang kamu pikirkan ,nirmala.

Nah ini ruangan yang ke delapan senthong kiwa, kamu dan semua pelayan yang ada dirumah ini tinggal disini termasuk saya. Kamu sudah saya siapkan pelayan yang akan nemenin dan menyiapkan semua kebutuhanmu).

“lalu dimana kanjeng ratu berada?”,
“iki durung wayahe kamu ketemu kanjeng ratu”.
“kapan wayahe?”
“hemmm rak ono sing reti mala, saiki siapno awakmu kanggo nglakoni syarat selanjute”.(hemmm gak ada yang tau mala, sekarang persiapkan dirimu untuk ngejalanin syarat selanjutnya).

Nyai widuri melenggang pergi dari kamar nirmala. Nirmala mengamati setiap sudut ruangan yang kini menjadi kamar tidurnya, ruangan yang berkali-kali lipat lebih luas dari kamarnya di omah panti.

Fasilitasnya pun sangat lengkap, ranjang tidur bak ratu yang ada dicerita dongeng meja rias yang penuh dengan ukiran tapi lagi-lagi diatas meja rias terdapat nampan yang berisikan bunga setaman dan bunga kantil yang masih kuncup. Ada seseorang yang mengetuk kamar nirmala.

“Tokk…tokkk…tok”.
Nirmala membuka pintu, dihadapannya berdiri seorang perempuan memakai kemben dan jarik dengan rambut disanggul yang jika dilihat dari pakaiannya sepertinya dia abdi dalem.


“ngapunten nimas sampun nganggu, aku di dhawuhi nyai widuri dadi abdi dalem panjenengan”.(maaf nona sudah mengganggu, aku disuruh nyai widuri untuk jadi pelayanmu).
“celukken wae nirmala, jenengku nirmala”.(panggil saja nirmala, namaku nirmala)

“orak patut nimas”(tidak boleh nona)
“aku risih diceluk nimas, yen ora awakmu nyeluk aku mba wae ketone dewe sepantaran”.(aku gak suka dipanggil nona, kalau tidak kamu manggil aku kakak saja kelihatannya kita seumuran).
“baiklah jika nimas ehhh mbak mala memaksa”.

“emmm aku kepengen nyegerke awak, wes pliket banget rasane”.(emmm aku ingin menyegarkan badan, sudah lengket sekali rasanya).
“mari mbak tak anter ning padusan”.
“baiklah, ngomong-ngomong siapa namamu?”.

“Panggil saja rahayu, tapi dulu waktu masih dirumah ibuk suka manggil saya dengan panggilan ayuk”.
Nirmala menganggukkan kepala sembari mengekor rahayu berjalan, walaupun poster tubuh rahayu lebih kecil dari tubuh nirmala tapi cara berjalan rahayu sangat cepat sehingga membuat langkah kaki nirmala kewalahan.

Jarak menuju ke padusan lumayan jauh dari kamar nirmala, lokasinya berada dibagian rumah paling belakang tetapi tidak sampai ke gandhok.

Sampailah nirmala dan rahayu didepan pintu yang sangat tinggi dan besar itu tersebut dijaga dua orang pria tapi ada yang aneh tatapan kedua pria itu tampak kosong.

Kedua penjaga membukakan untuk nirmala dan rahayu masuk, nirmala masih memandangi kedua penja itu dengan tatapan penasaran, tak selayaknya manusia normal kedua penjaga tidak melihat kearah nirmala maupun rahayu, entah kemana matanya menatap.

“wes mbak rausah direken, sok yo bakale awakmu ngerti kabeh soal omah iki”.(sudah mba gak usah dipedulikan, ada saatnya kamu tahu semua mengenai rumah ini).

Rahayu memberikan selembar kain jarik kepada nirmala, nirmala melepaskan satu persatu pakaiannya dan melilitkan jarik ke tubuhnya.

Air dipadusan ini sangat-sangat sejuk, ditambah bunga setaman yang ada didalamnya , disisi kalan padusan terdapat dua pancuran.

Setiap orang yang mandi dan berendam disini akan betah berlama-lama berada disini, setiap kali nirmala menenggelamkan wajahnya kedalam air yang berada di padusan seakan-akan ingatannya kembali mengingat kejadian kecelakaan orang tuanya, tragedi kebakaran omah panti serta wajah ketiga sahabatnya (dela, anggun dan nur).

Apa yang sebenarnya terjadi apa yang tidak mala ketahui, hingga nirmala mulai kehabisan oksigen didalam tubuhnya. Rahayu segera menarik tangan nirmala, nirmala kaget wajahnya nampak syok dengan sembari mencoba mengatur nafas yang masih tersengal-sengal.

“sampeyan ora apa-apa mbak?”.(kamu gak apa-apa mbak)
Nirmala mengangguk sembari mengatur ulang nafasnya yang masih tersengal. Rahayu membantu nirmala untuk keluar dari padusan dan mereka kembali ke kamar nirmala. Disepanjang perjalanan menuju ke kamar hanya ada keheningan diantara mereka berdua.

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang