Part 17 : Sowan (Berkunjung)

2.2K 172 2
                                    

Nirmala meminta ijin untu pergi keomah panti, nirmala merasa rindu dengan bu laksmi dan adik-adiknya disana, ditemani rahayu nirmala pergi kerumah panti diantar oleh pak marno.

“kenapa tah yuk kok kamu senyum-senyum terus dari tadi?” tanya nirmala yang sedari tadi melihat rahayu tak berhenti tersenyum.

“rahayu seneng mbak, bisa kembali menghirup udara segar diluar rumah, selama ini kan rahayu didalam rumah terus”
“oalah kirain kenapa”
“mbak boleh ndak kalo kita mampir kerumah rahayu setelah selesai dari omah panti rahayu kangen banget sama bapak ibuk dan adik-adik rahayu?” rahayu menatap nirmala dengan tatapan memelas sehingga membuat nirmala tak tega dan mengabulkan permintaannya.


Mobil terpakir tepat didepan omah panti, di pelataran omah panti juga terdapat satu mobil. Nirmala turun dari mobil diikuti rahayu dibelakangnya.
“pak marno tunggu disini sebentar ya”
“iya mbak”
Kedatangan nirmala disambut oleh bu laksmi

“nirmala?”
“ibuk, gimana kabarnya”
“baik, mari duduk kebetulan ada dela juga…mari nak masuk”
Benar saja di kursi tengah ruang tamu ada dela.

“Nirmala???? Cantik sekali kamu sekarang” sembari memeluk nirmala
“luka dimuka kamu udah hilang?” dela meraba pipi nirmala yang dulunya ada bekas luka kebakaran disana, namun tangan dea segera ditepis oleh nirmala.

“maaf mala”
“apa tujuanmu kesini ,dela”
“aku ingin mengambil barangku yang tertinggal, namun aku cari-cari barang itu sudah gak ada disini”
“ini yang kamu cari?” nirmala mengeluarkan barang dari tasnya.
“darimana kau mendapatkan buku itu ,mala?”

“aku menemukannya diatas dipanmu dela”
“apa kau membacanya mala?”
“tentu saja, dari situ aku tahu bahwa kamu tak sungguh-sungguh mengganggap ku sebagai sahabatmu dela”

“maafkan aku mala, aku tak seperti itu kamu hanya salah paham”
“kamu menyakitiku dela, bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku sendiri”

“maafkan aku mala, aku terpaksa aku tidak punya pilihan lain”
Dela dan nirmala diam sejenak saat bu laksmi keluar dengan nampan ditangannya.
“mala, apa kamu sudah tahu nak jika anggun sudah gak ada?"

Mata nirmala membola, seketika wajahnya memucat mendengar ucapan Bu Laksmi.

“ibu sangat sedih mendengar kabar dari dela kalau anggun sudah lebih dulu pergi meninggalkan kita”
“ANGGUN PANTAS MATI” sahut nirmala

“apa maksudmu nirmala? Tak sepantasnya kamu berkata seperti itu” bentak dela
“lalu???”
“bagaimanapun juga anggun juga sahabatmu ,mala"
“sudahlah kalian jangan bertengkar” pinta bu laksmi

“saat anggun ditemukan jasadnya pucat seperti tak memiliki darah, namun tak ada bekas luka ditubuh anggun, kematian anggun sangat aneh sehari sebelum anggun ditemukan meninggal anggun sempat menghubungiku dia cerita setiap malam dia selalu bermimpi hal aneh kalau tidak salah anggun selalu bermimpi jika dirinya didatangi perempuan paruhbaya memintanya untuk ikut dengannya, namun anggun selalu menolak”

Nirmala hanya mendengarkan cerita dela dengan seksama, memilih dian dan tak berkomentar karena nirmala lebih tau kejadian yang sebenarnya. Dari cerita dela nirmala tahu bahwa yang pulang bersama mbok nipah waktu itu adalah sukma anggun. Lalu makan yang nirmala lihat dibelakang rumah mbok nipah makam siapa? jika mbok nipah hanya membawa sukma korbannya. Nirmala memilih untuk pamit.

“yasudah buk, nirmala mohon pamit karena nirmala tidak bisa lama-lama , nirmala masih ada urusan yang lain”
“iya nak, terimakasih sudah mengunjungi ibuk”
Nirmala dan rahayu menuju ke mobil, sesaat terdengar suara dela memanggil nirmala.

“Mala” panggil dela
Nirmala menutup kembali pintu mobilnya, dela menghampiri nirmala.
“mala bisa gak kalau kita ketemu lagi, aku pengen jelasin semuanya ke kamu”

Nirmala mengangguk, menyetujui permintaan dela.
Sepanjang perjalan pulang nirmala melamun, ada sedikit rasa bersalah dihatinya.
“mbak mala ndak apa-apa?” tanya rahayu membuyarkan lamunan nirmala

“oh iya yuk, aku sampai lupa”
“pak marno kita kerumah rahayu sebentar ya pak”
“tapi mbak, nanti kalau nyai widuri tahu bagaimana?”
“gak akan pak, jika bapak tidak memberitahu nyai kalau kita kerumah rahayu”
“ndak usah saja mbak, rahayu takut kalau nyai tahu nanti kita kena hukum”
“kamu tenang aja, nyai gak akan tahu”

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang