Part 33 : Kangen Ati

1.9K 175 3
                                    

“Pak Jeda mimpi” Adu Jaeda kepada Wahyu Ayahnya
“Mimpi apa saying”
“Jaeda mimpi ibuk, pak. Ibu teriak-teriak minta tolong tubuh ibuk kebakar pak tangan dan kaki ibuk diiket ibuk kesakitan”
“Astagfirullah” Wahyu mengusab dadanya, apa yang Jaeda ceritakan sama persis dengan apa yang Nirmala alami.
“Pak, boleh kan Jaeda datang kemakam ibuk jaeda kangen pak”
“Boleh saying, lusa kita kemakam ibuk”

Untuk waktu yang lama ini adalah kali pertama Wahyu menginjakkan kakinya kembali kerumah itu. Rumah yang membuat Wahyu menahan air matanya jika mengingat kejadian demi kejadian yang menimpa keluarganya.
“Ini rumah siapa pak?” tanya jaeda kecil yang usianya kini sudah tujuh tahun
“Ini rumah mendiang ibukmu”
“Lalu dimana makam ibuk pak?”
“Nanti bapak tunjukkan”
“Apa kita akan masuk pak?”
“Iya kita akan masuk kedalam”

Wahyu membuka gembok pintu, saat Wahyu membuka daun pintu terdengar bunyi engsel yang berdecit karena dimakan karat. Alasan Wahyu membuka kembali rumah itu karena ingin mengambil lukisan Nirmala. Karena Jaeda selalu merengek ingin melihat wajah ibunya.
“Kamu tunggu disini ya jangan kemana-mana , bapak masuk sebentar” Jaeda mengangguk
“Jaeda….Jaeda” Jaeda mendengar seseorang memanggil namanya, Jaeda berlari kearah sumber suara.
“Jaeda, ini ibuk sayang”
“Ibuk???”
“Sini nak, ibuk kangen sekali sama kamu peluk ibuk jaeda”
Dengan ragu Jaeda melangkahkan kakinya mendekat ke Nirmala
“Ibuk……ini ibuk???” Tanya Jaeda dengan mata berbinar
“Iya sayang”
Jaeda memeluk tubuh anaknya, anak yang selalu dirinya rindukan hingga akhir hayatnya. Bahkan disaat terakhirnya dia hanya ingin melihat wajah putri kecilnya.

“Ibuk, kenapa menangis?” Tanya Jaeda sembari mengusap air mata Nirmala
“Ibuk tidak suka ya jaeda datang kesini?”
“Ibuk bahagia sayang”
“Ibuk kenapa pergi ninggalin Jaeda? Ibu gak sayang ya sama Jaeda”
“Siapa yang bilang??? Asal Jaeda tahu betapa sayangnya ibuk sama Jaeda”
“Bapak selalu bilang katanya wajah Jaeda mirip sekali dengan ibuk”
“Oh ya???”
“Ibuk jangan tinggalin Jaeda lagi ya? Jaeda mau sama ibuk”
“Ibuk gak akan ninggalin Jaeda asalkan Jaeda mau tinggal disini sama ibuk”
“Sama bapak juga”
“Cuma kamu sama ibuk”
“Kenapa ayah gak boleh tinggal bersama kita, buk?”
“Bukannya gak boleh sayang, tapi ayah tidak bisa tinggal bersama ibuk. Jaeda mau kan tinggal bareng ibuk?”
“Iya buk Jaeda mau”

Wahyu berlarian kesana-kemari mencari keberadaan Jaeda, namun Jaeda tak kunjung ia temukan.
“Assallammualaikum” Sapa pak Marno yang tak sengaja lewat dan melihat pintu gerbang terbuka
“Waalaikumsalam” jawab Wahyu
“Mas Wahyu??? Sedang apa mas disini, kenapa wajah mas Wahyu nampak kebingungan?”
“Gini pak saya mohon bantuannya, tadi saya datang kesini dengan putri saya Jaeda namun sekarang putri saya tidak ada”
“Tidak ada bagaimana maksud mas Wahyu?”
“Saya sudah mencari kesana kemari tapi anak saya gak ada”
“Mas wahyu tenang dulu ya, saya akan meminta bantuan warga untuk mencari putri mas wahyu”
“suwun nggeh pak”

Pak Marno datang dengan beberapa orang warga, dengan berbekal obor ditangannya, mereka semua mulai mencari keberadaan Jaeda. Salah seorang warga diminta untuk mengumandangkan adzan. Hari sudah gelap namun Jaeda tak kunjung ditemukan.
“Mas wahyu sabar yo, Jaeda lagi digowo ibune”(Mas wahyu sabar ya, Jaeda sedang dibawa ibunya”
Wahyu meminta semua warga untuk kembali kerumah masing-masing, karena hari semakin larut. Pak Marno menawarkan wahyu untu pulang bersamanya namun wahyu menolak.

Selama tiga hari tiga malam wahyu berdzikir di depan rumah catra, pak Marno yang melihat wahyu merasa iba. Pak Marno tahu jika Nirmala tidak akan mengembalikan putrinya.

Pak Marno meminta warga untuk membantu Wahyu untuk mendoakan Jaeda, digelarlah doa bersama di depan rumah Catra.

Wahyu sudah lemas dan pucat karena selama tiga hari berturut-turut dia tidak makan didak minum bahkan sama sekali tidak beranjak dari tempatnya sekarang berada.

"Kasihan sekali mas Wahyu" ucap salah seorang warga
"Yasudah mari kita bantu doa agar putrinya segera kembali
"Pasti putrinya lagi dibawa sama ibunya"
"Hushhhht sudah jangan ngomongin orang yang sedang berduka"

Para warga duduk berdampingan berdzikir dan mengaji bersama, pak Marno duduk disebelah mas Wahyu yang wajahnya sudah pucat. Mas Wahyu selalu menolak jika ditawari minuman atau makanan oleh pak Marno. Mas Wahyu seperti orang yang kehilangan jiwanya, nelangsa sekali melihatnya.

Salah seorang warga berteriak saat melihat gadis kecil tertidur diatas kuburan Nirmala.
"astaghfirullah, Iki bocahe Nang kene"(astagfirullah , ini anaknya disini)
mas Wahyu yang mendengar teriakan warga segera mendekat, matanya mengeluarkan air mata saat ia dapat memeluk wajah putrinya kembali. Namun tubuh Nirmala sangat panas.

Mas Wahyu dan Jaeda sementara tinggal dirumah pak Marno.
"Assalamualaikum" ucap seseorang dari luar pintu yang ternyata adalah Bayuaji paman Wahyu
"Walaikumsalam" jawab pak Marno dan Wahyu berbarengan.

Wahyu menyalami tangan Bayuaji.
"Le, onok opo? awakmu mrene kok rak ngabari pakde?"(Nak, ada apa? kamu kesini kok gak ngabarin paman)
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Jaeda pakdhe, Jaeda selalu mimpi didatangin Nirmala yang meminta tolong makanya saya bawa Jaeda ziarah kemakam ibunya"
"Oalahhh, gitu toh ceritane?"
"Iya pakdhe, aku gak tau kalau semuanya akan seperti ini"
"yawes yawes sing wes yawes" (sudah sudah yang udah ya sudah)
"Terus piye anakmu?"(terus sekarang gimana anakmu)
"Teseh panas pakdhe" (masih panas pakdhe)
"delok ngkas mari, anakmu mor kangen marang ibune"(sebentar lagi sembuh, anakmu hanya kangen dengan ibunya)

"Le, awakmu ngerti kan nopo Jaeda diadohke Karo Nirmala"(Nak, kamu tahu kan kenapa Jaeda dijauhkan dari Nirmala)
"ngertos pakdhe"(tau pakdhe)
"Wong sing nganggo susuk kantil ora oleh sing jenenge duwe anak, mergo opo iso ngrogot nyawane anakke. Amargo kui Batari anakku ngangkat Nirmala dadi anakke mergo deweke rak duwe hubungan darah Karo Nirmala. Bedo cerito Yen Nirmala karo Jaeda. Siji maneh Jaeda duweni dino weton sing podo kare Nirmala. Rak iso nek mbok temoake"(orang yang memakai susuk kantil Ireng gak boleh yang namanya punya anak, karena apa bisa menggerogoti nyawa anaknya, Karena itu Batari anakku ngangkat Nirmala jadi anaknya karena batari gak punya hubungan darah sama Nirmla. Beda cerita jika Nirmala sama Jaeda. Satu lagi Jaeda punya hari lahir yang sama seperti Nirmala. Gak bisa jika kamu pertemukan)

Wahyu memikirkan semua perkataan yang diucapkan Bayuaji, dirinya tak menyangka jika apa yang dilakukan sudah kelewat batas bahkan tak ada yang namanya darah daging.

"mas Wahyu dahar rumiyen"(mas Wahyu makan dulu) ajak pak Marno
"inggih pak matursuwun"(iya pak terimakasih)
"saya tahu berat untuk mas Wahyu menerima semua ini, tapi mas Wahyu harus tahu Nirmala tidak sepenuhnya bersalah, dia hanya diperalat untuk membebaskan nyai Batari dari karmanya"
"tapi dia tega menyakiti darah dagingnya sendiri"
"sudah, sudah mari makan dulu mas"

"Bapak Jaeda mau ketemu sama ibuk" Jaeda terus menangis
"Bawalah Jaeda pulang mas, nanti akan ada waktunya Jaeda kembali ketempat ini untuk mencari kebenaran soal ibunya"

(Hy semua terimakasih yang sudah setia dengan Nirmala, jangan lupa di like dikomen juga ya, aku pasti bales kok komen kalian....see you❤️)

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang